'Senja'
Sepulang dari sekolah, Senja menunggu Azka yang menyuruhnya untuk menunggu di depan gerbang sekolah, Senja tampak celingukan mencari sosok Azka yang juga belum menampakkan hidungnya.
Senja berdecak kesal, sudah lima belas menit dia menunggu, tapi kakak kelasnya tak juga kunjung datang.
"Nunggu siapa?." Senja tersentak kaget, tiba saja Rizal datang di depannya.
"Nunggu kak__ emm nunggu temen kak." Ucap Senja gugup, dia ingat percakapannya dengan Fini tadi, dia harus waspada.
Rizal mengangguk, lalu menoleh ke gedung sekolah, "Bukannya anak IPA kelas sepuluh udah pulang semua? Kamu nunggu kelas berapa emang?."
Senja menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, apa yang harus dia katakan pada Rizal.
"Nunggu kelas dua belas IPS kak."
Alis Rizal terangkat, "IPS berapa?."
"Du_dua."
Senja terlihat takut pada Rizal yang saat ini menatapnya tajam, lalu Rizal mengangguk seraya tersenyum tipis.
"Ohh, yaudah kakak pulang duluan ya, kamu hati-hati disini, bentar lagi yang kamu tunggu bakalan dateng kok."
Senja mengangguk sekali, ada sebersit rasa bersalah di hatinya, tapi dia tidak tahu harus apa, Rizal punya hubungan dengan Siska, dan dia tidak boleh mendekati Rizal. Dia tidak ingin mempunyai masalah di sekolah.
Semenjak kepergian Rizal, Senja memilih untuk duduk di bangku dekat pos satpam, pak Amir yabg biasa menjaga di pos satpam tidak kelihatan sama sekali dari tadi, mungkin dia sedang memantau ke kelas-kelas yang belum terkunci pikirnya.
Beberapa menit kemudian, motor ninja berwarna hitam berhenti di depannya, Senja menerka-nerka siapa yang ada di balik helm full face itu.
"Segitu gantengnya ya gue diperhatiin kaya gitu." Ucap Azka membuka helmnya.
Senja berdecak, kakak kelasnya ternyata, dia menggerutu kesal, lalu menerima helm pemberian Azka.
"Ma'af, tadi gue disuruh pak Heru buat rekap data, yukk naik."
Senja melihat jok motor Azka yang tinggi, dia memakai rok selutut, lalu melihat jok Azka lagi, berkali-kali, merasa pacarnya belum naik, Azka menoleh ke belakang.
Mulutnya berdecak, "Gue kira lo lagi ngapain, kalo lo gak bisa naik bilang dong, kan gue bisa bantuin lo."
Azka memberikan telapak tangannya ke belakang, menyuruh Senja agar berpegangan pada tangannya.
Tapi Senja tak bergeming, dia tidak meraih tangan Azka, roknya kependekan jika naik motor Azka, apalagi nanti pahanya pasti akan terekspos.
Azka menoleh lagi, kali ini dengan hembusan nafas lelah, dia menarik jaket di tasnya, lalu memberikannya pada Senja.
"Pake ini, lain kali kalo lo naik sepeda ke sekolah pake celana yang agak panjang, terus pake rok panjang juga."
Senja mendengus, lalu naik ke motor Azka setelah melilit jaket Azka ke pinggangnya. dengan bantuan tangan Azka yang memapahnya untuk naik pula.
"Lagian sekarang gue gak bawa sepeda, sengaja karena tadi pagi Bunda yang anter, lagian sih kak Azka ngajaknya mendadak."
"Ma'af, udah siap?."
Dari kaca spion Azka melihat Senja mengangguk, ada senyuman tipis di bibirnya saat melihat Senja menyimpan tangannya di samping tubuhnya.
"Kalo mau pegangan, pegangan aja gapapa, kalo gue kebut nanti lo jatuh 'kan bahaya."
Azka terkekeh geli, lalu mulai menstater motornya, Senja akhirnya memegang tas Azka, daripada nanti dia terjatuh pas di jalan.
Azka menggeleng, sesekali dia terkekeh karena melihat wajah Senja yang terlihat lucu di matanya, sedangkan Senja sibuk mendengus.
Azka menarik gas, dan motornya melaju dengan kencang membelah kota Jakarta, kali ini di waktu ini, Azka harus bisa mengambil hati Senja, karena kebahagiaan adiknya ada pada Senja.
"Lo udah punya pacar?."
Pertanyaan itu terlontar di mulutnya tiba-tiba, Senja berdehem beberapa kali, tenggorokannya tercekat.
"Kenapa kakak nanya itu?." Tanya Senja dingin.
"Gue nanya aja, emang salah ya kalo gue nanyain itu?."
Senja berdehem lagi, lalu menggelengkan kepalanya, dia merapikan rambut panjangnya yang tertiup angin.
"Engga sih, mm gue gak punya pacar, emang gak ada niatan buat pacaran, dari dulu gue selalu nentang pacaran, gak ada di kamus gue yang namanya pacaran."
"Massa sih lo gak pernah pacaran?."
Senja memutar bola matanya malas, lalu menggeram dalam hati, apa salahnya jika dia tidak pernah pacaran.
"Berarti gue pacar pertama lo dong?."
Senja refleks memukul punggung Azka, mereka hanya pacar pura-pura saja, tidak lebih, dan Senja tidak menganggap Azka pacarnya, dia hanya menganggap Azka sebagai kakak kelas saja tidak lebih.
"Aws, Ja, jahat banget sih lo pukul gue, harusnya lo berterimakasih sama gue, karena gue lo bisa punya pacar ganteng, terus gue juga cukup terkenal loh di sekolah."
Lama kelamaan kakak kelasnya resek juga ternyata, Senja tak habis pikir, yang dia tahu dulu, Azka selalu bersikap dingin, berbeda dengan Rizal yang hangat.
"Lagian ngeselin sih."
Azka tertawa, dia berdehem, dia melihat wajah Senja dari kaca spion motornya, wajahnya merah padam, sampai segitunya adik kelasnya jika digoda langsung blushing.
"Gimana kalo kita pacar beneran aja, pasti seru tuh, nanti gue juga gak bakalan ada yang ngejar-ngejar lagi di sekolah, oke gak?."
"Apaan sih kak."
"Ya, masa gak mau sih, kita jalanin aja hubungan kita ini, daripada pura-pura 'kan, kalo lo gak cinta sama gue dalam waktu sebulan, gue lepasin lo, kalo lo cinta dalam sebulan ini sama gue, kita lanjut, gimana?."
"Gimana sama kak Azka, apa kakak suka sama gue?."
"Gue ya?."
Senja berdehem sekali, ada kecemasan dalam dirinya, bagaimana jika Azka hanya mempermainkan dirinya saja demi adiknya, Lili.
"Gue suka sama lo pas pertama kita ketemu."
Alis Senja mengerut dalam, kapan itu? Apa saat MPLS waktu itu saat Senja menabrak Azka dan ditolong oleh Rizal?.
"Gue suka lo pas gue lihat lo di Danau pertama kali, gue diam-diam jadi pengagum rahasia lo, gue penasaran waktu itu lo siapa, dan pas itu gue malah kepergok sama lo."
Azka terkekeh geli mengingatnya, apalagi saat itu Senja kasih bersikap dingin padanya, pada dasarnya mereka itu sama-sama memiliki sikap yang dingin, tapi alangkah baiknya salah satu dari mereka berubah dan mengalahkan itu.
"Oh ya?."
Senja tidak bisa mengontrol jantungnya yang kian berpacu lebih keras lagi, ingin rasanya dia berteriak keras guna menghilangkan degupan di jantungnya.
"He'em, kalo boleh gue jujur sih, gue gak bisa dapetin lo, karena sahabat gue Rizal suka sama lo, gue gak mau egois soal perasaan gue."
"Lalu kenapa kakak ngajakin gue pacaran?."
"Rizal yang nyuruh gue buat dapetin lo, intinya sih gue sama Rizal harus dapetin lo dalam sebulan ini, dia nantangin gue, kalo gue gak mau, maka dia gak mau jadi sahabat gue lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine [ENDING]
Teen FictionPertemuan mereka di saat senja tiba, pertemuan yang membuatnya penasaran sosok itu. pertemuan yang seharusnya tak pernah terjadi itu membuatnya penasaran dan penyesalan.