(14) Menjenguk Senja

25 8 0
                                    

'Senja'

"Ma'af banget ya, waktu itu gue, Fini sama Dinda pulang duluan, kak Azka juga yang nyuruh kita pulang, pas gue mau pulang, ada kak Rizal, kak Zeta, kak Farel sama kak Zara, kayanya emang mereka jenguk lo."

"Tapi cuma ada kak Azka aja Sya." Potong Senja karena ia ingat hanya Azka yang berada di sampingnya.

Syasya menepuk kepalanya pelan, laku ia tertawa lebar sampai-sampai matanya terpejam karena tawanya.

"Lo kalo ketawa lucu ya Sya."

Dengan bangga Syasya melebarkan tawanya, lalu Senja mengatakan hal yang membuatnya jatuh ke jurang yang paling dalam.

"Kalo ditinggalin pas ketawa, abisnya lu merem sih kalo ketawa."

"Asem lu ah Ja, hinaan itu namanya, ah gak asik lo jadi temen, Senja gue kira lo udah jadian loh beneran sama kak Azka kalo lo bilang tadi gak ada hubungan."

"Apaan, hubungan apaan? Gue kan cuma gak ada hubungan yang spesial kaya pacar gitu, apasih lo ini." Semburnya.

Syasya mendecak, lalu melemparkan headset ke kepala temannya, mungkin kepalanya yang luka itu membuat Senja menjadi sedikit tergeser kecerdasannya.

"Maksud gue hubungan keluarga Senja, ish lo mah." Syasya merajuk diiringi dengan tawa Senja yang meledak.

"GILA LO." Dinda yang baru saja masuk langsung mengatakan itu saat melihat Senja tertawa padahal dia sedang sakit.

Di belakangnya Fini terlihat heran melihat Senja yang puas tertawa berbeda dengan Syasya yang memasang wajah masam. Lalu Senja menghentikan tawanya dan langsung berbinar-binar saat mencium harum makanan yang ia rindukan.

"Apasih hidung lu Ja, jangan kayak kucing deh lu." Ucap Dinda.

Dinda menjauhkan plastik berisi bakso dari Senja, Dinda dan Fini duduk di bawah beralaskan karpet tipis, dekat ranjang Senja, karena sofa itu dekat pintu, otomatis mereka pasti akan berebutan untuk mengambil bakso.

"Kalian kok kesana?," Tanya Senja, ia mengangkat selang infusnya, lalu duduk lesehan di samping Fini, Syasya juga ikut duduk disana.

"Lahh, kok punya gue gak pedes sih?," Senja membuka plastik itu tanpa semangat, di otaknya tadi ia berpikir akan memakan bakso ekstra pedas, dan yang didapat hanya bakso dengan kecap yang banyak sehingga warna hitam sudah berbaur dengan kuahnya. Tidak ada saus sama sekali.

Senja melirik bakso di tangan Fini, terlihat sangat nikmat karena sambalnya banyak, dan kecapnya hanya sedikit. Fini memberikan tatapan tajam pada Senja sambil menjauhkan baksonya.

"Apa hah? Kamu lagi sakit sayang, jadi kita sengaja bikin bumbu kaya gitu." Ucap Fini tegas, tapi Senja malah merengut.


"Gue gak suka kecap Fin, gue maunya sambel yang banyak biar beler gitu, lah ini malah manis gini, yang ada enek gue makannya."

Sunshine [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang