"Ayah, Ibu, Nofri berangkat kerja dulu." Nofri mencium tangan Bram dan Maria.
"Iya, Nak. Hati-hati." Bram menepuk pundak menantunya itu.
"Cynthia, Abang berangkat dulu." Nofri memberikan tangannya kepada Cynthia agar Cynthia menciumnya.
"Pergi aja sana!" Bentak Cynthia.
"Nofri, maafkan Cynthia." Kata Maria sambil memeluk Nofri.
"Pintu maaf akan selalu terbuka untuk Cynthia Zaurina." Nofri membalas permintaan maaf Maria atas kelakuan yang baru saja diperbuat oleh putrinya.
Nofri pun pergi meninggalkan rumah. Bram dan Maria sangat geram melihat sikap putrinya. Mereka sudah berusaha menasihati dan mengingatkan Cynthia. Mungkin memang begitu sifat Cynthia atau karena menjalani paksaan kedua orang tuanya.
"Cynthia, Nofri itu kerja mencari uang untuk kamu. Kamu tidak boleh seperti itu, ntar kamu kualat." Maria membentak putrinya itu.
"Berdosa kamu, Cyn. Kamu sudah menyakiti hati suamimu." Bram menyambung kalimat yang dilontarkan istrinya kepada Cynthia.
"Cynthia Zaurina, kamu mungkin senang karena menyakiti hati Nofri. Tapi ingat, Cynthia. Suatu saat nanti kamu pasti akan menyesal." Maria menyumpahi putrinya itu karena menurutnya kelakuan Cynthia itu sudah diluar batas.
Cynthia menjerit dan duduk di kursi teras. Telinganya panas mendengar nasihat orang tuanya yang hanya itu-itu saja. Maria dan Bram masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya ia kabur dari rumah dan menceraikan Nofri. Namun apa daya, menurutnya semua itu tak akan terjadi.
"Cynthia, kamu kenapa?" Kadita mengejutkan Cynthia yang sedang murung.
"Ngapain kamu disini, Kadita? Vina mana?" Cynthia heran mengapa Kadita tidak bersama Vina.
"Vina lagi tidur di rumahnya."
"Oh, biasalah. Aku lagi berantem sama orang tuaku gara-gara lelaki rese itu." Cynthia menjawab pertanyaan Kadita tadi.
"Emang orang tuamu apain kamu?"
"Orang tuaku marahin aku, terus mereka bilang aku seperti istri durhaka. Mereka sumpahin aku menyesal nantinya." Cynthia kesal.
"Oh, yang sabar Cynthia." Kadita memeluk Cynthia.
"Makasih, Kadita." Cynthia membalas pelukan Kadita.
Cynthia mengajak Kadita berjalan-jalan keliling komplek. Tak hanya itu, mereka bermain ayunan di taman yang tak jauh dari rumah Cynthia. Cynthia merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktunya bersama Kadita. Namun ia merasa ada yang kurang, yaitu Vina tidak ada di samping mereka.
"Kadita, kita sering-sering gini ya sama Vina. Aku malas dirumah terus. Apalagi dengan ocehan dari orang tuaku dan liat muka lelaki itu."
"Apa suamimu nggak marah?"
"Biar aja. Harus kali aku minta persetujuan dari dia. Dulu aja kami bukan siapa-siapa kok udah sok ngatur." Cynthia merasa benci dengan pertanyaan Kadita.
"Ya sudah kalau itu maumu."
Cynthia tertawa dalam hatinya. Ia merasa bisa melakukan sesuatu sesuka hatinya. Ia lebih nyaman menghabiskan waktu di luar bersama Kadita dan Vina daripada dirumah bersama orang tuanya dan Nofri. Baginya, rumahnya adalah neraka karena setiap hari ribut dengan orang tuanya.
"Cynthia, ini dah sore. Aku pulang, ya." Kadita merangkul Cynthia.
"Dahh, hati-hati Kadita." Cynthia membalas rangkulan Kadita.
Kadita pulang ke rumahnya. Cynthia melambaikan tangannya yang mengiringi langkah Kadita. Kemudian ia menutup pintu rumahnya dan lari ke kamarnya. Ia mengambil handuk dan pakaiannya lalu mandi. Setelah mandi, ia berpakaian dan bersantai di kamarnya.
"Hoamm." Cynthia menguap lalu tidur.
Nofri baru pulang bekerja. Ia memasuki kamar Cynthia dan melihat Cynthia sedang tertidur lelap. Ia menyelimuti tubuh Cynthia agar tidak kedinginan. Tak lupa ia mengelus rambut dan mencium kening Cynthia lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nofri, Maafkan Cynthia
General FictionCynthia Zaurina dan Nofriansya adalah sepasang suami istri yang usianya berjarak empat tahun. Tetapi, Cynthia tidak mencintai Nofri. Ia menikah dengan Nofri lantaran paksaan orang tuanya. Ia selalu kasar dan membangkang kepada Nofri. Bahkan ia tak p...