Cynthia mengambil kartu ATM-nya dari saku jaket yang dipakai Maria saat ke rumah sakit. Tanpa sengaja, ia bersenggolan dengan Emi.
"Mau kemana, Cynthia?" Tanya Emi kepada menantunya yang seperti orang ketakutan.
"Cynthia mau ke ATM, Bu." Cynthia kaku menjawab pertanyaan Emi.
"Memangnya uangmu sudah habis, Cyn?"
"Iya, Bu. Cynthia nggak memegang cash. Cynthia mau ngambil uang di ATM. Cynthia ada perlu, Bu. Karena uang Cynthia sudah habis untuk beli makanan dan ongkos transport. Selama Bang Nofri sakit Cynthia mana pernah memasak."
"Ya sudah, kamu hati-hati."
Cynthia mengendarai mobilnya lalu pergi. Beberapa menit kemudian, ia sampai di depan bank. Ia masuk ke dalam bank lalu mengambil uang tersebut. Ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana jadinya nanti ketika ia telah membeli hadiah ulang tahun kepada Nofri. Ia pergi meninggalkan bank lalu pergi ke toko serba ada. Setelah itu, ia memarkirkan mobilnya lalu memasuki toko tersebut. Ia mengambil keranjang belanja beroda dan keliling memilah-milih barang yang akan dibeli.
"Kak, kaos yang ukuran L ada nggak?" Tanya Cynthia ramah kepada seorang karyawan toko itu.
"Ada, di sebelah kanan." Karyawan itu menunjukkan tempat barang yang diminta Cynthia.
"Makasih, Kak."
"Kembali."
Ia mencari bagian baju kaos yang cocok untuk Nofri. Tak membutuhkan waktu lama, kaos yang ia pilih sesuai dengan kesukaan Nofri. Barang kedua yang ia masukkan ke keranjang belanja adalah kue nastar. Setelah itu, ia pergi ke kasir yang tak ada pembelinya.
"Ada tambahan, Kak?"
"Inhaler asma satu."
Kasir tersebut memindai harga barang tersebut dengan alat pemindai dan memasukkannya ke dalam plastik.
"Empat ratus ribu rupiah."
Cynthia menyodorkan uang pas kepada kasir tersebut. Lalu ia membawa belanjaannya dan pergi dari toko serba ada itu. Ia memasukkan barang tersebut ke bagasi agar tidak diketahui oleh siapapun termasuk orang tuanya, ibu mertuanya, dan suaminya sendiri. Hanya dirinya dan ayah mertuanya-lah yang tahu.
"Satu lagi benda yang belum kutempah, yaitu gelang yang ada ukiran hurufnya." Gumam Cynthia dalam hati karena ia takut lupa.
Ia mengendarai mobilnya dengan cepat ke tempat bagian aksesoris. Jaraknya tak terlalu jauh dari toko serba ada tersebut. Ia pun turun dan pergi kesana.
"Dek, bisa nempah gelang?"
"Bisa, Kak."
"Tempahkan satu, boleh?"
"Iya, Kak. Tulisannya mau apa?"
"Cyn Cyn sayang Bang Nofri."
"Ya sudah, Kak. Hari ini selesai."
Anak tersebut mengerjakan pesanan Cynthia dengan telaten. Cynthia menungguinya sambil duduk. Ia kasihan melihat anak itu, setelah pulang sekolah harus bekerja. Mungkin dalam hati Cynthia anak itu dipaksa bekerja oleh orang tuanya atau bekerja sendiri karena orang tuanya sakit. Mungkin saja anak itu adalah seorang yatim piatu, yang tiada berayah dan tiada beribu.
"Dek, kamu tinggal dimana?" Tanya Cynthia canggung.
"Disana, Kak. Gang seberang." Jawab anak tersebut sambil menunjuk arah jalan.
"Ohh. Kamu kerja setelah pulang sekolah?"
"Iya, Kak."
"Orang tua kamu kemana, Dek?" Tanya Cynthia heran karena melihat anak itu. Masih kecil sudah harus bekerja mencari uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nofri, Maafkan Cynthia
General FictionCynthia Zaurina dan Nofriansya adalah sepasang suami istri yang usianya berjarak empat tahun. Tetapi, Cynthia tidak mencintai Nofri. Ia menikah dengan Nofri lantaran paksaan orang tuanya. Ia selalu kasar dan membangkang kepada Nofri. Bahkan ia tak p...