6

17 0 0
                                    

        Nofri sudah siap dengan baju kemeja dan jas yang terpasang rapi di tubuhnya. Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Nofri namun bagi Cynthia justru hari ini adalah hari tersial. Ia akan segera mengambil tanggung jawab seorang ayah dari Cynthia. Ia sangat bahagia karena akan menikahi Cynthia.

"Tuhan, kenapa harus dia jodohku?" Cynthia menggerutu dan merutuki takdirnya.

"Cynthia kenapa? Kok nampak sedih gitu?" Nofri menatap wajah Cynthia yang sedang tertunduk

"Nggak apa-apa, Bang." Cynthia tertunduk lesu.

"Saya nikahkan engkau, Nofriansya bin Eko, dengan putri saya , Cynthia Zaurina binti Bramantiyo dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sejumlah Rp 2.000.000.000 dibayar tunai." Bram menjabat tangan Nofri untuk melakukan ijab kabul.

"Saya terima nikahnya, Cynthia Zaurina dengan maskawin tersebut dibayar tunai." Nofri membalas ijab kabul yang diucapkan oleh Bram.

"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya Bram kepada saksi pernikahan tersebut.

"Sah." Saksi tersebut menjawab, begitu juga dengan tamu undangan.

"Alhamdulillah, barakallahu lakuma wa baraka wa jama'a bainakuma fi khair." Bram mengakhiri acara ijab kabul.

        Nofri menatap mata Cynthia lalu mencium keningnya. Cynthia mencium punggung tangan Nofri. Walaupun terpaksa, Cynthia tetap harus melakukannya karena ia sudah resmi menjadi istri dari Nofri. Mereka pun mengadakan sesi pemotretan bersama keluarga besar, teman-teman, dan lain-lain. Mau tak mau ia harus tersenyum menjalani sesi pemotretan karena ia adalah pengantin di pernikahan itu.


Nofri, Maafkan CynthiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang