Tidak semua jalan hidup menanjak bahkan masuk jurang, adakalanya merasakan indahnya benang halus terikat.______________________
~Keizar
Saat ini Larin bergerak cepat berjalan menuju kantor guru, dilewatinya lorong- lorong kelas. Tasnya di sebelah kanan punggung, Nampak mata-mata anak- anak siswa kelas Ipa dan Ips memandanginya dari bilik jendela, Larin melihat mereka sambil berbisik- bisik menghibahnya, dia bisa melihat dari sudut- sudut kelas yang terlihat tidak suka padanya.
Namun Larin hanyalah menganggap mereka layaknya angin lewat. Dengan santai mengunyah permen karet, bola mata coklatnya bisa melihat sudut- sudut ruangan.
Dirinya yang awalnya ingin kabur mencari udara segar diluar, akhirnya dibatalkan juga. Sebab bu Devi, guru muda berparas cantik nan anggun. yang mana beliau tiba- tiba menelphone dirinya tanpa sebab.
Hanya sepatah kata" Larin, ibu tunggu di kantor sekarang!"
Mau tidak mau ia harus mengikuti perintahnya, demi keamanan diri. Entah sudah berapa kali badan ini masih terasa sakit, bila ayahnya mengetahui bahwa dirinya kembali berbuat ulah lagi. Bisa habis nih badan.
Tidak membuang waktu lama, baru beberapa menit akhirnya sampai. Karena jarak dari gerbang belakang kekantor tidaklah terlalu jauh, lantas melangkah masuk tanpa mengetuk pintu.
"Hei kamu anak muda mengapa tidak mengucapkan salam! Kau tahu sopan santun santun tidak? atau kamu selama ini tidak pernah diajarkan oleh orang tuamu untuk bersikap sopan santun?!" Sergah salah satu guru, yang tengah duduk dikursi, tangannya sambil mengacung marah kearahnya .Ibu Resi, seorang guru yang berkepribadian baik dalam tutur kata, termasuk tidak penyuka seorang yang bertindak seenaknya, guru pendidikan kewarganegaraan. Mendidik moral bahkan sikap bertanggungjawab. Tetapi baginya munafik guru itu, karena dia tidak menggunakan apa yang dia katakan. Kalau orang jawa baru biasa menyebutnya Jarkoni
Nampak larin dengan santai mengunyah permen, menghiraukan seorang yang duduk dikursi.
"Heh kamu dengar nggak perkataan saya? Dasar Siswa Bo-"
"Stop bu, anda tak memiliki hak untuk bicara seperti itu! " sentak bu guru muda berbalut jilbab pashmina, beliau datang memotong pembicaraan.
Sorot mata bu devi menatap Larin tersenyum lalu bergantian ke Bu Resi yang duduk sambil makan buah apel yang sudah dipotong- potong menjadi 5 bagian. Bu Devi, lalu berjalan mendekati kami."Bukankah etika berbicara itu lebih baik dari pada sebuah tindakan?"
Bu Resi lantas pergi begitu saja. Sambil meraih map bersamaan perasaan kesal, baru kali ini ego direndahkan.
Larin melihat itu semua, tetapi tindakan mereka masih tak acuh, ia seakan menganggap seorang didepan hanya kendaraan lalu lalang. Dia tak suka basa - basi.
"Ada perlu apa ibu manggil saya? Saya siap jika anda ingin menghukum saya, akibat keterlambatan saya. "Ceplosnya santai.
Karena sudah biasa bu Devi memanggil namanya agar senantiasa menjalani sebuah hukuman.
Bu Devi tersenyum manis mendengar penuturan Larin "Ada banyak hal yang ingin ibu sampaikan kepadamu,?"
"Ini tentang...,"
______________________,,,,
Hayooo kira- kira maksud ibu itu apa ya?
Sedikit dulu, nanti baru lanjut
Ada yang ngeh?
Sama aku juga nggak ngeh, terlalu nyelow sampai lupa. Sudah lama juga nggak tengok larin.
Lihatlah awan yang datang membaca ceritaku
~nurfaz
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID GIRL(update Nyelow)
JugendliteraturBukankah orang pintar seharusnya tidak menyombongkan diri sendiri ataupun merendahkan orang bodoh disekitarnya. Bukankah seharusnya orang yang berilmu mengamalkannya kepada orang lain yang membutuhkan. Bukankah orang pintar berperan untuk memajukan...