Batu kaca menabrak air aki.
Tercampur namun berbeda rasi.
Bertempur tanpa ada pesimis.
Sebentar namun belum terjadi!~ Zevin Rafs
Next part
Typo bertebaran mba bro...
_____________
"Ayolah pak ketos terima tawaran gue gih, gue ogah lari. Gue juga masih sayang sama kaki kali!?" sahutnya dalam hatiLarin masih tersenyum menyeringai mendapati ekspresi tersulit dari seorang Renzy. Mungkin pikiran seorang Kapten terlalu lemah. Padahal persyaratan yang Larin inginkan tidak terlalu sulit seperti me jawab ujian nasional.
Dan Bukannya dia kapten basket? Tapi kenapa harus bingung. Padahal hanya tantangan biasa.
"Jadi bagaimana mas bro terima tantangan gue apa nggak nih? Atau jangan bilang elo takut lagi? tanding basket dengan gue!?" Larin sekali lagi bertanya pada Renzy, karena keinginan awal Larin hari ini adalah terbebas dari dunia hukuman. Gegara bedebah ketua osis menghalanginya, hancur sudah!
"Takut ? Tanding sama elo?! Hahaha...., harusnya elo yang gue tanya. Yakin mau tanding sama gue? jelas, gue yang bakal menangin ini semua. Otak lo terlalu pengecut ngasih gue tantangan. Lo sendiri bahkan nggak berani bertanggung jawab atas kesalahan yang lo buat sendiri?!"
Renzy termasuk siswa berprestasi dengan otak jenius, sudah seringkali dia memenangkan sebuah pertandingan. Terlebih siswa ini disegani oleh warga sekolah, banyak piala yang dia suguhkan untuk sekolah ini. Semua organisasi, dia yang menjabat sebagai ketua. Bahkan pandai mengatur waktu.
Larin sedikit terkejut atas ucapan Renzy yang memutarbalikkan perkataan. "Hah, bukan berarti gue lari dari satu kesalahan. Tetapi lo sendiri yang menghajar gue untuk lari, lari dari suatu hukuman yang dimainkan seseorang dengan cara licik?!"
"Hari ini gue cuman mau ngerasain kebebasan, lho halangin gue seenaknya. Ahhah! Bahkan bacot nggak nggak guna" ucap Larin meniup poninya kasar.
Larin berjalan ke arah kanan, di mana Larin bisa menatap tajam ring basket "Terus jawaban elo apa? Terima atau nolak? Kalau lo nolak juga nggak papa. Nggak ada pen-garuhnya juga buat gue. Justru itu malah berbalik tameng ke elo sendiri hahahah!"
Renzy mendengus pelan, berhadapan dengan gadis bodoh tentu akan menguras banyak waktu "Okey gue terima tantangan lo? Lebih baik lo siapin tuh kaki yang bakal pincang setelah ini, Hahaha...."
"Hahaha? Belum tentu mas bro, bisa jadi kaki lo yang bakal masuk rumah sakit setelah ini!" Larin menjawabnya begitu mantab, sebaliknya Renzy mengangkat alis sebelahnya.
Dari ekspresi Larin tidak ada kecemasan apa pun, seolah gadis itu yang menang. Lagi-lagi Renzy tergelak tawa, ini terlalu mudah!
"Kita buktikan di lapangan, siapa nanti pemenangnya?" Larin menatap lurus Lapangan, tangannya terlipat di dada.
"Apanya yang dibuktikan di lapangan?"timpal seseorang berjalan menghampiri Renzy dan Larin. Sontak semuanya menoleh ke sumber suara
Sedari tadi Zevin memang telah memperhatikan mereka berdua yang tengah berbincang dari jarak jauh, niatnya ingin cepat menyusul Renzy.
Namun diurungkan sebentar. Sebab Pak Rudi menyuruh dirinya sebentar untuk segera mengumpulkan proposal kepada kepala sekolah terlebih dahulu. Dan akhirnya baru bisa sekarang. Di balik itu Zevin merasa penasaran, karena tidak biasanya Renzy berbincang dengan gadis onar itu.
"Kebetulan elo ada disini. Sekarang lo jadi wasit!"
"HAH!?" Zevin berjengit kaget mendengarnya, barusan bertanya Si Renzy sudah seenaknya nyuruh-nyuruh.
" Ogah, baru aja gue dateng kemari. Dan Lo malah nyuruh gue seenaknya, memangnya ada apaan sih bro? Siapa yang mau tanding? Kok gue disuruh jadi wasit dadakan sih. Ahh.... males gue!?"
Seorang itu bernama Zevin, sahabat baik Renzy sejak SD. Menempuh pendidikan bersama hingga saat ini, oleh karena itu bagi mereka berdua sudah mengerti sifatnya masing. Zevin termasuk orang yang santai berlebihan, hidupnya seakan tidak ada beban. Lalu cerewet , sok asyik. Sok cool, lumayanlah kalau ganteng, tinggi ideal. Tak hanya itu hidung mancung bak standar pinokio.
" Are you seriously?!" Renzy bertanya dengan tatapan tajam, kemudian diikuti embusan napas, karena hanya Zevin yang kebutalan beras di sini. Jadi Renzy terpaksa menyuruh sahabatnya untuk menjadi wasit.
Zevin mendecak pelan. Melihat tatapan Renzy yang seolah mengancam dirinya. Dengan berat mendesah panjang,
"Ouh, okelah.... Iya. Gue mau. Puas Lo!?"
Pemuda itu tersenyum puas akan jawaban Zevin yang secara terpaksa, Renzy sudah berulang kali selalu mengancam sahabatnya itu, mengenai hal apapun."Kalo bukan karena PR Pak Budi. Gue juga ogah?!"
"Terserah lo? Kalau lo mau dihukum sama Pak Budi juga bukan urusan gue?!"
Larin menatap jengah mereka berdua, sangat tidak penting melihat perdebatan dua orang dihadapannya ini. Lantas meninggalkan mereka berdua, berjalan menatap malas lingkungan sekitar. Menuju ke sisi lapangan basket, meletakkan tasnya dikursi panjang disamping lapangan itu.
"Iya mas bro. Aish...., serius amat dah! Santai selow man, jangan emosi. Demi nyontek MTK, Zevin ganteng siap kok sedia membantu." Renzy menganggukkan kepala dalam menanggapinya,
Renzy mengalihkan pandangannya ke arah Larin, Memperhatikan cewek itu berdiri di tengah- tengah lapangan basket. Larin menatap lamat-lamat ring basket,
Dalam hatinya seolah berbicara dari kejauhan melihat Larin seakan banyak beban. Gadis itu seolah tengah mengkhawatirkan sesuatu, melihat dari bola matanya tadi, terlihat jelas mata larin seakan meneduh dipenuhi banyak masalah.
"Apa gue bisa? Apa gue mampu ngelawan masalah ini semua? Arghhh....?!" Larin berbicara dalam hati sambil menatap tajam ring basket. Pikirannya kembali berkelebat.
Akhir-akhir ini memang banyak masalah yang harus dia tekuni. Semakin Larin membiarkan begitu saja, akan semakin membahayakan! Semuanya berhasil membuat Larin tertantang akan sesuatu. Sebuah hal menarik!
__________________
" Melihatnya satu sisi seakan mengerti bagian luka dari berbagai sisi?
____~ Renzy Vlarenzo
See you, semoga Always be happy;)
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID GIRL(update Nyelow)
Ficção AdolescenteBukankah orang pintar seharusnya tidak menyombongkan diri sendiri ataupun merendahkan orang bodoh disekitarnya. Bukankah seharusnya orang yang berilmu mengamalkannya kepada orang lain yang membutuhkan. Bukankah orang pintar berperan untuk memajukan...