*~BAB 11~*

38 4 0
                                    

_Benar sepertinya lebih baik ku hadir menambah luka_

~ Larin

"Lo serius?"

Zevin mengangguk- anggukan kepala bahwa yang dirinya katakan itu benar. " Tadi siang tuh, awalnya niat gue mau ngumpulin  tugas Bu Reka dikantor. Nah pas gue dah nyampe dikantor. Nggak sengaja denger suara guru- guru lagi pada debat, ya gue penasaran kan yah? Terus gue intip sebentar, nah pas banget kuping gue  denger suara bu Devi, lalu  'bu devi bilang. Lebih baik larin dipindahkan dikelas unggulan, dengan begitu Larin bisa belajar dari anak- anak yang unggul' Kalau nggak salah bilang gitu!"

Renzo tercenung mendengarnya " Sepertinya kelas kita bakal nambah pintar!"

Zevin melotot seketika, lalu menggeleng tak setuju "Kagak mungkin, yang ada? Larin akan memperburuk kelas kita. Bukannya nambah pintar? Nanti kita bisa ketularan bodohnya dodol!"

Renzy kembali mengalihkan pandangannya kearah laptop, tuk melanjutkan tugasnya belum selesai. Dia tak memperdulikan hal itu, Mau Larin Pindah atau tidak. Bukanlah urusan baginya, nggak ada gunanya juga memikirkan cewek itu.

"Sana lo balik! Kerjain tugas dari pak Roji! Besok dikumpul,"

"Aelah lo ini, ngerusak kesenangan gue aja. Lagi main juga. Masalah tugas Pak Rojer mah, gue dah kelar keless," jawabnya santai tersenyum bangga sembari meletakkan Stick gamenya di meja.

Zevin melihat pemuda itu terlalu fokus dan sibuk, Zevin berjalan lambat mendekati Renzy dan duduk dikasur sampingnya. Dengan sigap Zevin menyabet Laptop di tangan Renzy. Sambil menyengir tak berdosa, Jahilnya Zevin mengundang tatapan menghunus dari Renzy.

"Jangan serius- serius ah, baru juga pulang sekolah. Otak lo harus istirahat dulu," kata Zevin Menjauhkan benda itu dari Renzy

Renzy menghela nafas kasar. Dengan cepat tangannya mengambil kembali alih laptop miliknya "Terserah gue. Minggir sana! jangan ganggu gue sekarang. Banyak tugas yang harus gue kerjakan, sana balik!"

" Iya, iya. Nanti gue baliknya, gabut gue dirumah sendirian. Hari ini mama dan papa gue kerumah nenek gue. Padahal yah. Gue tuh mau ikut, udah lama juga gue nggak kesana
Terus-"

"Terus lebih baik lo pergi, berisik!" ujar Renzy menutup laptop. Sementara Zevin lantas menarik selimut miliknya, lalu memejamkan mata seenaknya.

"Bodo, hari ini gue nginep dirumah lo!" jawabnya santai


**



Larin kini sudah sampai didepan rumah, setelah bertemu dengan Jeska hatinya seakan lega. Dirinya dengan Jeska mengobrol panjang lebar, hingga lupa waktu bahwa sekarang udah jam 23.49 malam. Larin melihat sekeliling rumahnya tampak sepi, sepertinya sudah pada tidur. Dan mungkin ayahnya akan memarahinya, jika telat pulang kerumah. Larin mengindahkan langkahnya kesamping rumah, karena sudah yakin papa dan mamanya akan habis- habisan memarahinya. Dirinya tidak mau mendengar hal itu semua.

Perlahan-lahan Larin mencongkel jendela ruang dapur yang memang bisa di bobol, setelah itu Larin mencoba masuk dengan memasukkan kakinya terlebih dahulu baru kepalanya. Kemudian menutup kembali jendela tersebut dan mengunci kembali. Larin dapat melihat sekeliling ruangan tampak sepi dan kondisi lampu mati jadi sangat gelap. Larin mengendap- endap, melambatkan langkahnya dengan pelan. Namun baru beberapa langkah, tiba- tiba Lampu menyala membuat Larin sedikit terkejut.

Dia mendapati seorang kedua orang tuanya tengah tersenyum. Sementara Larin mendecih menatap mereka semua, lalu melangkahkan kaki melewati mereka begitu saja.
"Nak, selamat ya? Mama ikut senang mendengarnya."ujar wanita paruh baya yang kini mendekat lalu memeluk Larik dengan bahagia.

Larin bingung lantas tersenyum miring lalu mencoba menguraikan pelukannya. Enita yang merupakan mamanya Larin sedikit terkejut akan sikap Larin yang tidak ingin di peluk oleh mamanya.

"Hah? Tangis palsu dan kebahagiaan palsu? Apakah ini sebuah kejutan?  Dasar Bodoh!!" ucap Larin tersenyum licik dan berlalu pergi begitu saja.

Kedua orang tua Larin  terkejut atas jawaban yang tidak masuk akal, Keizar yang tadinya tersenyum jadi terpaku atas jawaban Larin.

"Larin! Nggak ada sopan santunnya kamu sama orang tua!" teriak papanya saat menatap Larin tengah berjalan cepat menaiki anak tangga.

Larin terus berjalan tanpa memperdulikan papanya berteriak. Dan  tangis mamanya. Dengan bergegas cepat Larin masuk kekamar, lalu mendorong kuat pintunya sampai tertutup hingga terdengar keras gebrakan. Kemudian menguncinya dengan cepat, setelahnya mengambil kunci itu dan membuangnya asal ke Lantai.

Larin lantas menghempaskan tubuhnya dikasur. Matanya kini memandang atap berwarna putih itu , bersamaan air matanya yang jatuh keluar begitu saja.

Disamping itu Keizar berlari menuju kamar Larin, tepat disana. Keizar berusaha membuka pintu dan ternyata telah dikunci terlebih dahulu oleh Larin.

_Tok... Tok!! TOK!!!

"Rin! Arin... Buka. Buka Pintunya!?"ujar Keizar menggedor-gedor pintu kamar Larin "Arin... Piliss bukain pintunya! Ada yang pingin gue bicarain sama lo?"

TOKK...TOKK....TOKK...TOKKK!!

" Arin! Larin... Lariiiinnnnn? Gue mohon, kali ini aja gue mau ngomong sesuatu sama lo!" teriak Keizar sekali lagi, namun belum ada jawaban dari tadi.

"LARIN ANGGRAENI! CEPAT BUKAIN PINTUNYA? ATAU GUE DOBRAK SEKARANG JUGA!"

"Keizar Udah malam. Tidur nak! jangan teriak- teriak." Ucap Enita  menasehati Keizar yang sedari tadi berisik

Keizar menghentikan aksinya saat mendengar titah mamanya. Pandangannya langsung beralih ke jam ditangannya. Tepat sekarang jam 00.00. Benar, sudah larut malam.
Keizar menghela nafas kasarnya.

"Mungkinkah Dia sudah tertidur?" batin Keizar dalam hati.

"Okey, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Lebih baik gue tunggu besok pagi. "

Keizar beranjak pergi dari tempat itu,  Dirinya tidak ingin Mengganggu Larin beristirahat.

Dibalik itu Larin terdiam menatap hamparan bintang yang menyala terang, Dia berada dibalkon.
Sembari duduk memeluk lutut dengan kedua tangannya. Dia bisa merasakan hembusan angin malam yang menyembul, Hari sudah malam. Namun Larin masih saja terjaga. Suara kelawar seakan menjadi temannya sekarang.
 
Sedari tadi Larin bisa mendengar suara kakak lelakinya yang berteriak- teriak dan menggedor-gedor pintu. Dengan sengaja membiarkan begitu saja  pemuda itu yang kerap memaksa untuk  dibukakan. Larin tak peduli atas hal itu. Karena sekarang ini Larin butuh waktu untuk menenangkan diri.

______________

Hai, hai kak? Liburan udah selesai yah? Selamat menjalankan aktifitas kembali yah😊

Hei, gimana mba bro?  Bang Keizar pakai acara gedor- gedor segala coba, padahal udah malem juga tuh. Kasihan tetangga udah pada tidur, nanti jadi  pada keganggu. Lagian larin juga kenapa nggak dibukain aja , memendam rasa sakit sendirian nggak enak sayangku...

Ouh jadi gini Arin itu panggilan khusus dari Keizar untuk Larin. Terus apa lagi?

Terimakasih yang udah mau meluangkan waktu membaca hingga saat ini, dan ku ucapkan terimakasih yang sekedar lewat- lewat sekilas membaca. Dan terimakasih yang sekadar membaca tidak sedekah vote, dan sekali lagi aku suka dengan kalian semua. Apapun disini, menjadi pelajaran bagi diriku sendiri.
Maaf  jika penulisan banyak typo bertebaran, tulisan acak- acakkan. Dll. Tetapi aku suka, karena masih belajar. Ahh udahlah segitu aja kali ya ootnya

Next nyellow update esok!
Maafkan aku yang labil
Assalamualaikum,
Tunggu kisah selanjutnya!

________________

"Gue baru nyadar, kalau hari ini adalah hari pertama gue ngerasain pelukan pertama dari seorang ibu."

~lirih Larin

_____________

STUPID GIRL(update Nyelow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang