Part 10

2K 117 13
                                    

Andreany’s Pov
Setelah mendengar cerita cinta Auris, entah kenapa aku merasa sungguh kasihan padanya. Kisah cintanya sungguh tragis. Pantas saja dia terlihat seperti orang gila yang tiba-tiba datang menghampiriku lalu “menculikku”. Ku rasa dia pasti sangat depresi. Untuk sesaat aku memikirkan momen dimana dia menyatakan perasaan nya kepadaku.

Does she love me now? Atau cuma sekedar pelampiasan? Apakah aku sudah siap untuk merasakan sakit hati ? Entahlah aku tidak tau. Yang kutau aku harus mencobanya. Why? Kurasa aku sudah gila. Iya aku gila karena telah jatuh cinta dengannya.
“Are u sure? Karena jika aku sudah memberimu ijin untuk masuk kedalam hatiku, maka kamu tidak boleh keluar lagi.” ucap Auris dengan tajam

“Yah aku tidak pernah jatuh cinta. Alasannya karena aku tidak ingin merasakan sakit hati seperti dirimu. Kulihat banyak sekali temanku berakhir tragis dan mereka depresi. Bahkan ada diantaranya yang mencoba untuk bunuh diri. Membuatku takut akan cinta, tapi...” ucapku sambil tertunduk
“Aku tidak tau apakah kamu benar-benar mencintaiku atau hanya sekedar menjadikan aku pelampiasanmu. Yang aku tau hanyalah mencoba. Mencoba memberi kesempatan kepada diriku untuk mencintai seseorang dan merasakan pahit manisnya cinta itu. Dan aku percayakan hatiku padamu” ucapku dengan mantap

Dia mengangkat wajahku dan mencium bibirku. Kali ini hanya ciuman biasa, lembut dan tanpa nafsu. Entah mengapa ciuman ini membuatku terharu sehingga sebutir air mata lolos dari mataku. Dia pun mengakhiri ciumannya dan kubuka mataku perlahan. Kulihat dia sedang berkaca-kaca.

“Dre, I love u so much. Thanks dre, thanks. Mari kita berjanji. Aku, Auristela Gwyneth Anastasya berrjanji tidak akan pernah menyakiti hatimu dan akan selalu mencintaimu.  Ur turn” ucapnya sambil memberikan simbol janji kepadaku
“Aku, Andreany Rosseline Christy berjanji tidak akan pernah menyakit hatimu dan akan selalu mencintaimu” ucapku sambil kukaitkan jariku ke jarinya sebagai lambang janji diantara kita. Dia pun langsung memelukku dan menangis bahagia. Senyuman pun terukir diwajahku melihat dia tersenyum begitu bahagia.

Skippp

Setelah pulang dari rumah Auris, aku berjalan menuju rumahku sendiri. Dalam hati aku sungguh takut untuk mengaku ke mama bahwa anaknya adalah seorang lesbian. Sungguh apa yang harus kukatakan padanya? Entahlah aku pun tidak tau. Sepanjang jalan aku hanya bisa murung dan berpikir keras apa yang harus aku lakukan.

“Ma aku pulang” teriakku yang langsung dihampiri oleh mama.
“Yaampun dre lain kali kalau mau nginep bilang-bilang yah, mama khawatir nih sama kamu. Kamu udah makan belum? Tadi pagi ada sarapan? Kalau gak mama masakin dulu yah buat kamu. Sini buka dulu jaketnya. Cepet mandi sana, ganti baju” cerocos mama tanpa hentinya membuatku tertegun. Apa yang harus kulakukan?
“Kenapa masih bengong? Ayo pergi mandi dulu. Mama masak buat kamu buruan uda jam 12” ucap mama sambil berjalan menuju ke dapur.

Aku pun menaiki anak tangga satu per satu. Ku buka semua pakaianku lalu aku berendam air hangat. Mengingat mama begitu khawatir juga peduli padaku membuatku ingin menangis. Mama selalu peduli, perhatian, pengertian terhadapku. Kurasa dia adalah mama yang ideal. Meskipun terkadang ketika dia marah padaku, dia akan mengeluarkan kata yang teramat kasar, namun setelah itu dia akan berubah menjadi sangat baik lagi kepadaku. Aku dapat memaklumi sifat mama yang cepat berubah mengingat dia mempunyai masa lalu yang kelam membuatnya begitu tertekan.

Iya, masa lalu mama sangatlah buruk membuatku takut untuk jatuh cinta. Papa adalah seorang pecandu narkoba, minuman alkohol, dan suka “bermain” dengan cewek malam. Tiap pulang ke rumah mama akan dihajar habis-habisan  agar mama memberikan dia uang. Papaku tidak pernah kerja menafkahi diriku sehingga mama memiliki 2 peran. Menjadi mama dan papa. Semua uang yang mamaku simpan selalu dirampas oleh papaku untuk diberikan ke istri keduanya.

SomethingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang