Part 3

34 2 0
                                    

Malam itu setelah Aya selesai belajar, tiba-tiba ponsel-nya berbunyi. Malas-malasan Aya melirik nama si penelpon yang tertera di layar ponselnya. Ternyata dari Dion.

"Yoooo, what's up bro," jawab Aya mengikuti gaya sapaan Danu dan Dion tiap kali bertemu.

Terdengar suara terkekeh di seberang sana, "Gak pantes Ya. Gue bukan brother elo."

"Hehehe suka-suka gue dong. Ada apa malem-malem telpon?"

"Mau ngingetin jangan lupa besok gue jemput jam setengah tujuh. Jadi kan nemenin gue ketemu bokap gue?"

"Ya jadilah. Gue kan udah janji."

"Siiip. Pakai baju biru yang elo pakai di pesta Debby ya?"

"Emang kenapa?"

"Biar kembaran kayak waktu itu, gue juga bakalan pakai baju biru yang elo kasih."

"Oke deh. Eh tapi tunggu dulu, jangan mentang-mentang gue pura-pura jadi pacar elo, elo ambil kesempatan dalam kesempitan ya. Nggak ada tangan gurita dan nggak ada nyosor sembarangan."

"Kagak Ya, gue kan udah bilang klo udah insyaf."

"Hehehe, bagus deh. Elo tau kan gue punya sabuk item taekwondo?"

"Paham. Nggak usah pakai ngancem segala kali Ya."

"Nggak ada salahnya gue ingetin. Siapa tahu elo khilaf."

"Tapi gandengan tangan boleh dong, namanya juga pacaran."

"Pura-pura pacaran," Aya mengingatkan.

"Iya, iya. Tapi biar bokap gue percaya paling nggak kita gandengan tangan dong Ya."

"Ya udah, ya udah. Sebatas gandengan tangan ya."

"Siiip kalau gitu. Sampai besok. Eh ngomong-ngomong besok pagi elo latihan volley di kampus kan?"

"Iya, dan jangan nontonin kita latihan lagi ya. Awas lo!"

"Yaelah emang kenapa sih Ya?"

"Temen gue pada salah fokus men"

Dion tergelak.

"Oke deh. Sampai besok ya."

Walaupun Aya sudah melarangnya untuk menonton cewek itu latihan, keesokan harinya Dion kembali menyambangi lapangan volley seusai ia dan teman-temannya latihan basket. Dengan cuek sambil menunggu Aya selesai latihan ia duduk di atas rumput di pinggir lapangan dan membuka laptopnya untuk menyelesaikan PR yang harus dikumpulkan hari Senin ditemani dengan sebotol air mineral kemasan. Matahari bersinar lumayan terik, untungnya lagi-lagi cuaca hari itu cukup berangin.

Tiba-tiba sebuah bayangan gelap menutupi dirinya. Saat Dion mendongak ia melihat Aya bertolak pinggang di depannya dengan raut wajah kesal.

"Udah selesai Ya latihannya?" tanya Dion sambil nyengir tanpa merasa bersalah.

Aya tidak menjawab tapi malah balas bertanya, "Ngapain lo di sini lagi? Kan udah gue bilang...."

"Sabar dulu Ya. Jangan marah. Ada yang mau gue tanyain nih ke elo. Tapi elo kelarin dulu deh latihannya."

Tahu-tahu tanpa peringatan apapun Aya menarik tangan Dion untuk bangun dan menyeretnya ke arah teman-temannya yang menunggu di lapangan. Teman-teman Aya langsung bersorak girang.

"Girls... kenalin nih yang nontonin kita latihan dari minggu lalu, ini namanya Dion dari tim basket kampus, kalau ada yang penasaran, boleh deh dicolek-colek dulu daripada dia gangguin kita terus," kata Aya kepada teman-temannya.

Selayaknya jumpa fans, Dion langsung dikerubuti oleh teman-teman Aya dengan riuh rendah. Ada yang mencubit pipi Dion, mengacak-ngacak rambutnya, menarik bajunya, pokoknya Dion dijahilin habis.

Dion terkekeh-kekeh. Ia tahu ia dikerjain oleh Aya yang menonton sambil nyengir.

"Puas lo?" tanya Dion setelah teman-teman Aya pergi.

Aya tertawa terbahak-bahak.

"Resiko jadi abang tampan."

Hidung Dion kembang-kempis, "Jadi menurut elo gue ganteng?"

"Iyalah. Kalau nggak ganteng nggak akan dirubungin sama temen-temen gue. Tapi jangan GR ya, gue nggak naksir."

Dion langsung menjatuhkan kedua bahunya dan memasang muka sedih.

Aya nyengir lebar. "Nggak usah pura-pura sedih begitu. Gue mandi dulu ya," kata Aya sambil berlalu meninggalkan Dion.

Dion menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengawasi Aya menghilang dari pandangannya.

"Oke, elo mau tanya apa?" tanya Aya setelah selesai mandi dan duduk di samping Dion di atas rumput di samping lapangan volley. Aya telah mengganti seragam latihannya dengan overall denim dengan sobekan-sobekan di lututnya dan t-shirt garis-garis putih biru. Rambut panjangnya yang masih setengah basah ia biarkan tergerai di bahunya. Walaupun wajahnya dibiarkan polos tanpa bedak dan lipstick, Aya tetap pemandangan indah untuk dilihat. Ditambah lagi bau harum sabun dan shampoo Aya bermain-main di hidung Dion.

Dion mengambil ranselnya dan mengeluarkan dua buah sticker mobil bergambar jeep willys dari salah satu kantong ranselnya.

"Gue punya sticker ini udah lama banget waktu gue ngebet-ngebetnya punya jeep. Elo mau nggak Ya untuk dipasang di mobil lo?"

"Widiiiih," seru Aya girang, "beneran untuk gue?"

Dion mengangguk. Hatinya mengembang melihat Aya senang akan pemberiannya.

"Thank you banget, pasti akan gue pasang di mobil gue."

"Boleh nggak Ya gue nyetir mobil lo lagi? Jalan-jalan sekitar sini aja. Gue kebayang-bayang terus nih dari semalam."

Aya tertawa, "Hayuk deh. Bentar aja ya. Soalnya nanti malem gue ada date sama abang tampan, gue perlu luluran dulu dong."

Dion tergelak. Ia lalu membereskan laptopnya dan mengejar Aya yang sudah mendahuluinya ke lapangan parkir. Sesampainya di lapangan parkir dilihatnya Aya tanpa ragu langsung memasang sticker yang ia dapatkan dari Dion yang bertuliskan I AM DRIVING A WILYSS di kaca belakang jeepnya. Lalu ia melemparkan kuncinya kepada Dion yang langsung ditangkap oleh cowok itu dengan girang.

Mereka berdua berputar-putar sekitar kampus sekitar setengah jam sebelum akhirnya kembali ke lapangan parkir.

"Thanks, Ya, sampai nanti gue jemput jam setengah tujuh ya," kata Dion sambil turun dari mobil jeep Aya.

Aya mengangguk dan langsung berlalu dengan mobilnya.

****
Terimakasih sudah membaca, kalau suka tolong vote ya....

Playboy Versus TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang