Mereka berlima, Aya, Dion, Tiara, Danu dan Andy terpaksa janjian bertemu setelah pulang kuliah supaya Dina tidak ikut. Mereka berkumpul di sebuah kedai kopi yang agak jauh dari kampus.
Setelah memesan kopi dan donat, Andy menyetel hasil rekaman obrolannya dengan Sophia semalam. Semua serius menyimak dengan muram hingga selesai.
"Jadi terbukti kecurigaan kita beralasan," gumam Tiara sedih setelah selesai mendengarkan, "tapi siapa yang harus memberi tahu Dina?"
Aya dan Dion lihat-lihatan.
"Menurut hemat gue, kita bikin Rizky mengaku sendiri ke Dian." kata Dion memberikan usul seperti yang semalam sudah lebih dulu ia sampaikan ke Aya.
"Caranya?" tanya Danu tertarik.
"Kita ajak Rizky ketemu lalu kita setel rekaman ini di depan dia. Dia nggak akan bisa mengelak. Kita ancam kalau dia tidak mau mengaku, kita yang akan kasih tahu Dina."
"Keren men, gue setuju tuh," Andy manggut-manggut.
"Siiip, lalu siapa yang mau nemuin Rizky?" tanya Danu sambil memandang teman-temannya.
Tiara tersenyum, "Dion sama Aya. Kan mereka yang mergokin Rizky jalan sama Sophia minggu lalu."
Semua setuju.
"Tunggu dulu," kata Aya tiba-tiba, "kalau kita mau nemuin Rizky kita harus pastikan Sophia lagi nggak ada."
"Sophia off tiap hari Rabu," Andy nyengir, "gue sempet tanya kemaren waktu rekaman udah gue matiin."
"Kalau begitu kita nemuin Rizky hari Rabu malam." Dion memutuskan.
"Sementara Dion dan Aya menjalankan misinya, kita nunggu mereka di sini ya," usul Tiara bersemangat.
Semua mengangguk setuju.
Singkat cerita, Rabu malamnya Dion menjemput Aya untuk bersama-sama menemui Rizky di cafenya. Sesampainya di sana, tanpa basa-basi mereka langsung minta waktu untuk bertemu secara pribadi dengan Rizky. Dengan heran, Rizky langsung mengajak mereka ke kantornya yang terletak di lantai dua cafe tersebut. Sewaktu Dion menyetel rekaman hasil percakapan antara Andy dan Sophia dua malam sebelumnya Rizky tidak bisa mengelak dan kelihatan sangat terpukul.
"Oke, emang gue khilaf," kata Rizky dengan kepala tertunduk, "Tapi nggak semua yang diomongin sama Sophia benar. Gue nggak pernah ngomong sama dia kalau gue bosen sama Dina dan gue juga nggak pernah bayaran uang kostnya. Itu fitnah. Gue masih sayang sama Dina, gue cuma iseng aja men."
"Apapun men, elo udah selingkuh," ujar Dion sambil menatap mata Rizky dalam-dalam, "Mending elo sportif aja ngakuin ke Dina. Dina berhak tahu."
"Aduh men, nggak segampang itu. Elo tau kan siapa bokapnya Dina? Selama ini cafe gue selalu aman karena preman-preman sekitar sini tahu kalau gue pacaran sama anaknya Kapolres."
"Itu problem elo," jawab Aya gemas, "elo harusnya udah tahu resikonya."
"Gini aja men, kalau elo nggak mau jujur sama Dina, kita yang akan beberin borok elo ke dia. Kita nggak rela sehabat kita diselingkuhin," ancam Dion serius.
Rizky mengangkat kedua tangannya menyerah, "Oke... oke, gue akan ngomong sama Dina. Kasih waktu gue seminggu."
"Aya, gue merasa perlu kasih tahu elo," kata Dion dalam perjalanan menuju kedai kopi tempat teman-teman mereka menunggu, "terserah elo mau percaya apa enggak, tapi walaupun selama ini orang banyak yang bilang gue playboy, gue nggak pernah selingkuhin pacar gue. Gue emang badung, sering ganti-ganti pacar, tapi gue nggak pernah duain cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Versus Tomboy
ChickLit"Elo tau kan gue punya sabuk item taekwondo?" tanya Aya sambil bertolak pinggang. Dion menyembunyikan senyumnya, "Paham. Nggak usah pakai ngancem segala kali Ya." "Nggak ada salahnya gue ingetin." Aya yang cantik tapi tomboi baru putus dari pacarny...