Dion baru saja selesai mencuci mobilnya pagi itu sebelum berangkat kuliah sewaktu pesan di whatsapp dari Danu masuk.
Men, elo lihat tuh IGnya Dina
Emang ada apaan?
Banyak foto Aya. Kata Tiara kemarin Aya dijadiin modelnya Dina untuk beauty vlognya.
Oke, gue lihat sekarang. Thanks men.
Dion buru-buru masuk ke IGnya Dina melalui ponselnya. Ia langsung nyengir antara girang dan terpesona melihat banyak foto-foto Aya di situ. Didandanin Dina Aya jadi terlihat makin cantik dan lebih feminin. Benar kata papanya, cantiknya Aya terlihat klasik. Iseng ia screenshoot foto Aya yang terlihat sedang mengerling sambil tertawa dan menjadikannya screensaver di ponselnya. Nah, kalau kangen ia tinggal lihat foto Aya di ponselnya.
"Aya, foto elo banyak banget yang nge-like di IG Dina. Video make over-nya juga. Dina harus traktir tuh," kata Tiara sore itu saat mereka selesai kuliah.
"Masak sih?" tanya Aya tidak percaya.
"Beneran," jawab Dina sambil tersenyum dan merangkul pundak Aya, "Makanya gue mau nraktir kalian berdua mie ayam sore ini. Setuju?"
Teman-temannya langsung bersorak girang.
"Tiara, abis ini elo ya yang gue jadiin model."
Tiara mengangkat jempolnya, "Siaaaap."
"Eh, gue denger ada yang mau taktir nih," Danu tiba-tiba sudah nimbrung diikuti oleh Dion dan Andy, "ikutan dong."
Dina tertawa, "Oke deh. Tapi minumnya air teh aja ya, jangan jus."
"Dalam rangka apa nih?"
"Yeee...gue yang dijadiin model kok elo semua yang ditraktir. Gue minta diistimewakan dong, gue jus ya." Aya menyela.
Dion menunjukkan handphone-nya ke Aya, "Foto yang ini ya?"
Aya terbelalak melihat fotonya sudah jadi screen saver di handphone Dion, "Hah, kok udah ada di situ. Hapus ah," kata Aya setengah malu. Pipinya memerah.
Dion tergelak, "Obat kangen."
Aya buru-buru mau merebut handphone Dion, tapi Dion lebih cepat, diangkatnya handphone-nya tinggi-tinggi supaya Aya tidak bisa mengambil. Aya tidak kehilangan akal, dengan jahil ia menggelitik pinggang Dion dengan jari-jarinya. Dion tergelak dan cepat-cepat lari menghindar.
"Kejar Ya," suruh Tiara sambil ikut tertawa.
Tanpa disuruh dua kali, Aya langsung mengejar Dion yang sudah menjauh. Teman-temannya yang melihat menggeleng-gelengkan kepala mereka sambil terkekeh.
"Serasi ya?" komentar Dina sambil nyengir.
Semua setuju.
Tak terasa hari Sabtu yang ditunggu-tunggu oleh Dion tiba. Seperti biasa setelah latihan basket ia menyebrang ke lapangan volley dan nonton Aya beserta timnya latihan sebentar. Setelah itu setelah mengobrol sebentar dengan teman-teman Aya, ia dan Aya langsung ke rumah singgah dimana mereka harus mengajar.
Hari itu anak-anak yang ikut kelas melukis Dion hadir lengkap. Mereka dengan bangga mengumpulkan hasil karya masing-masing dengan harapan karyanya yang terpilih untuk menghiasi t-shirt di distro guru melukisnya. Dion berjanji minggu depan ia akan mengumumkan karya siapa saja yang terpilih. Sekilas ia sempat melihat hasil-hasil karya anak-anak muridnya yang keren-keren dengan perasaan bangga. Akan sulit ia memilih dua karya yang ia anggap terbaik.
Seusai mengajar dan mengumpulkan hasil karya anak-anak didiknya yang akan ia nilai untuk menentukan siapa yang hasil karyanya terbaik, Dion mengobrol sebentar dengan Mas Randy mengenai kejadian minggu lalu dimana sepasang spion mobilnya raib dan salah satu ban mobil Aya ada yang menggembosi saat mereka berdua pulang mengajar di rumah singgah.
Mas Randy kelihatan gusar. "Pasti ulah preman-preman senior itu lagi. Wah, mereka sudah mulai kriminal. Kemarin saya dengar ada beberapa anak yang hampir dikeroyok di bawah jembatan. Untung pas patroli polisi lewat, jadi anak-anak itu selamat."
Lalu Mas Randy berpesan kepada Dion dan Aya sebaiknya lain kali kalau bisa tidak usah membawa kendaraan ke rumah singgah karena riskan. Lebih aman naik ojek online. Dion dan Aya setuju dengan usul Mas Randy. Mobil bisa mereka titip di kampus dan mereka ambil lagi saat selesai mengajar. Untunglah hari itu mobil yang mereka parkir kembali di kebon kosong dekat rumah singgah tidak dijahilin lagi. Tapi minggu depan Dion dan Aya sepakat akan mengikuti saran Mas Randy.
"Gue jemput jam setengah tujuh nanti malam ya Ya," kata Dion mengingatkan saat mereka berpisah.
Aya mengangguk sebelum berlalu dengan mobilnya, "Oke."
Sewaktu Aya tiba di rumah, ia mendapati Tiara dan Dina sudah duduk di teras depan rumahnya sambil mengobrol dengan papanya.
"Nah, itu Aya sudah datang, "kata papanya begitu melihat Aya keluar dari mobilnya, "Oom tinggal dulu ya masuk ke dalam."
"Hei geng, tumben mau main ke rumah nggak bilang-bilang," sapa Aya senang sambil menghampiri teman-temannya.
"Kejutan!" kata Dina dan Tiara berbarengan.
"Anggep aja kita ibu peri yang mau nyulap elo jadi Cinderella malam ini," kata Dina sambil menunjukkan beauty case-nya.
Aya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak tahu harus berkata apa. Ia pun lalu mengajak teman-temannya untuk masuk dan naik langsung ke kamarnya. Tak lama kemudian teman-temannya langsung beraksi, mendandani Aya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dandanan untuk Aya masih seperti tempo hari di rumah Tiara, tapi kali ini Dina mengoleskan warna lipstick yang agak lebih gelap dan blush on yang lebih terlihat dengan alasan untuk make up malam hari memang harus lebih sedikit dramatis. Lalu Tiara membuat sanggul kecil ditengkuk yang membuat tampilan Aya makin klasik.
Begitu selesai mendandani Aya, Dina dan Tiara pun langsung pamit karena sudah punya acara masing-masing. Selang tak lama kemudian Dion datang menjemput. Entah dapat bocoran darimana, Dion juga mengenakan kemeja warna senada dengan gaun yang dikenakan Aya.
"Cantik," komentar Dion begitu Aya muncul menemuinya yang menunggu di ruang tamu.
Aya tertawa. Tak urung pipinya memerah mendengar pujian dari Dion. Setelah pamitan dengan papanya Aya, mereka berdua pun berangkat menuju gedung konser.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Versus Tomboy
ChickLit"Elo tau kan gue punya sabuk item taekwondo?" tanya Aya sambil bertolak pinggang. Dion menyembunyikan senyumnya, "Paham. Nggak usah pakai ngancem segala kali Ya." "Nggak ada salahnya gue ingetin." Aya yang cantik tapi tomboi baru putus dari pacarny...