Episode 1 : Dua ratus lima puluh juta.

177 8 2
                                    

Semoga cerita ini seru dan bermanfaat bagi pembaca yang tekun dan teliti.

By :

JULIA NOVITA SARI

♡♡♡

"Aaaaaaaaah dasar gila! Lo semua mati aja!" pekik seorang wanita tengah mengendarai mobil mercedes benz membelah jalanan ibu kota sambil menangis sesegukan.

Brak

Bugh

Brak

"Mati aja lo semua! Aaaarggh gue benci sama, lo. Dasar gila!" gerutunya lagi dengan nada berteriak.

Gadis pemilik rambut pirang panjang serta berpakaian dress hitam yang tidak berlengan itu terus memukul stirnya geram. Matanya begitu layu. Kecepatan mobilnya semakin lama semakin kencang.

Beberapa menit kemudian dia tertawa lepas. Aneh! Apa dia mengkonsumsi minuman beralkohol? Tatanan make up di wajahnya sudah mulai berantakan akibat air mata yang membanjiri wajahnya. Matanya memerah dan tak lupa lingkaran hitam mulai tampak jelas di matanya.

Rintone ponsel bermerek Iphone itu berdering keras di sebelah kirinya.

"Ah siapa lagi yang nelpon gue?" Dengan wajah sebal, mencoba menyentuh silmbol hijau sembari mengarahkan benda pipih itu ke indera pendengarannya.

"Hallo siapa ini? Gue nggak terima panggilan hari ini!"

"Sayang, kamu kenapa masih belum pulang? Ini sudah jam empat pagi loh," tutur seorang pria bernada kecemasan.

Gadis ini mendecih sembari tersenyum kaku.

"Papa nggak usah cemasin Riska! Riska udah gedek, mau jam berapa aja Riska mau pulang, yaa terserah aku. Nggak usah ditungguin!" cetusnya tanpa rasa bersalah.

"Papa khawatir kamu kenapa-kenapa, Nak. Dari kemaren perasaan Papa rada nggak enak. Di saat Papa kerja, bayangan kamu saja yang Papa ingat. Makanya, Papa nungguin dari kemaren malam nggak pulang-pulang," jelas pria itu di seberang sana.

Gadis ini menyeringai. Gue bisa jaga diri sendiri! Kenapa sih kalian semua sok khawatir. Gue nggak butuh! Termasuk Papa!

"Udahlah Pa! Riska udah gede!" ketusnya sembari membanting ponsel di mobil.

Gadis itu menancap pedal gasnya lebih keras hingga lajuan mobilnya semakin cepat. Tangisnya semakin membuncah, kenapa dia merasa hidupnya kali ini penuh kekecewaan. Hatinya remuk bagaikan kaca pecah.

"Aaaaaaaaaaaaaaah mendingan gue mati! Mati! Bangsat!" teriaknya begitu memilukan.

Dia terlihat semakin menggila. Jiwanya telah bertebangan ke mana-mana. Rambutnya sedari rapi kini terlihat acak-acakan. Maskara yang sedari dipakai telah luntur hingga membuat di sekitar matanya berwarna hitam pekat. Sudah berapa waktu yang dihabiskannya untuk menangis? Sepertinya sudah lebih dari dua jam sembari melajukan mobil tanpa tujuan.

Di sisi lain, seorang pria berusia berkisar dua puluh lima tahun itu berjalan kaki menuju suatu tempat. Sepertinya ke masjid, soalnya dia memakai baju muslim, sarung, dan tak lupa sebuah peci hitam menempel indah di kepalanya. Wajahnya begitu berseri.

Mata pria itu membuka sempurna. Jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Apakah malaikat maut segera mengambil nyawanya detik ini juga? Padahal, Dia belum melaksanakan sholat subuh. Dia tidak mau meninggal sebelum menyelesaikan sholat. Sepanjang hidupnya dia hanya ingin meninggal dalam keadaan beriman.

Surat (Terakhir) Untuk Imamku ☑️ (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang