"Jangan berhenti jadi baik."
"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zaarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
- QS. Az-Zalzalah : 7
♡♡♡
18:00
Gadis itu berjalan gontai ke arah tangga dengan sedikit sempoyongan tanpa memperhatikan penghuni rumah mewah ini.
"Dari mana kamu, Riska?" Seorang lelaki paruh baya menghampirinya membuat gadis dress hitam itu menoleh malas.
"Dari luarlah," balasnya malas tanpa menatap wajah ayahnya.
"Dari mana kamu!" tanya pria itu mulai mengeras.
Gadis ini terperanjat. Tapi berusaha menormalkan detak jantungnya kembali.
"Udah ah! Capek!" Dia mulai melangkah ke arah anak tangga.
"Riska!"
Mau tak mau Riska menoleh kesal.
"Apaan sih, pa--"
Plak
Tamparan keras mendarat ke pipi kanannya. Pelupuk matanya mulai digenangi air mata. Kenapa ayahnya begitu tega menampar anak sendiri. Hatinya mulai berkecamuk. Sebaiknya mati adalah hal yang paling tepat. Mengapa dia semalam tidak menabrakkan mobilnya sendiri ke trotoar atau di pohon besar. Mungkin saja, rasa sakitnya menghilang tanpa bersisa.
"Papa nampar Riska?" tanyanya mulai melunak.
Pria paruh baya itu hanya meratapi tangannya yang telah lancang menampar anak semata wayangnya ini. Sungguh! Tak ada niat sama sekali untuk memberikan kekerasan fisik terhadap buah hatinya ini. Tapi, kejadian ini terjadi secara spontan begitu saja.
"Riska maafin Papa. Papa nggak sengaja," pinta pria itu menyesal.
Gadis itu menyeringai gila.
"Mendingan gue mati!" teriaknya kembali beranjak pergi dari rumah.
Ayahnya kembali meratapi tangannya yang begitu lancang. Tidak seharusnya ini dilakukannya. Apa yang harus dilakukan agar anaknya kembali ke jalan yang benar.
Riska mengambil botol obat yang tertera di mobilnya. Kemudian mengambil sebanyak tiga butir. Lalu, diteguk kasar olehnya dengan sebotol air mineral. Wajahnya kembali memerah dan berair. Ia mulai membanting stir membelah jalanan ibu kota.
"Bangsat! Gila!" teriaknya tak karuan. Mobilnya berlari sangat cepat. Sepersekian menitnya mata yang sedari nyala cemerlang, kini mulai memberat. Rasa kantuk luar biasa mulai menghadangnya.
"Hahahahah," suara tawa kemenangan berasal dari gadis itu. Dering ponselnya yang lebih dari seratus kali tak dihiraukan sama sekali.
"Huaaaaaaaah." Gadis itu menguap. Mau tak mau matanya mulai terpejam dengan lajuan mobil masih dibilang sangat kencang.
Braaak
Sebuah truk besar yang melaju cukup cepat. Tidak sengaja menabrak mobil bermerek mercedes benz yang melawan arah. Kondisi mobil itu terbalik. Cucuran darah mulai menutupi dasar kaca yang sedari bersih.
♡♡♡
"Abi, Rahman belum siap menikah dengan wanita itu, Bi. Rahman belum siap, Bi," pungkas pria berwajah tampan tak lupa peci hitam melekat di kepalanya dengan nada melas.
"Tapi ... Rahman, kamu sudah berumur dua puluh lima tahun. Dan Abi sudah berumur tak muda lagi. Abi ingin punya cucu. Apalagi, Abi dan Ummi termasuk kamu sudah mengkhitbah gadis itu," balas seorang paruh baya berpakaian muslim dan tak lupa peci putih tertera rapi di kepalanya. Memiliki jenggot sedikit tebal sudah mulai beruban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat (Terakhir) Untuk Imamku ☑️ (The Series)
RomanceRank 3 #semangat hijrah (25-02-2020) Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Dan lelaki yang baik adalah untuk wanita yang baik (pula). ~Q.S An-Nur: 26~ "Lo lupa udah nikah sama artis?" tanya Riska tak percaya. Rahman menggelang tak paham. "Siapa...