Episode 13 : University of Chicago.

31 3 0
                                    


وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Terjemah Arti:

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

----

Rara menyentuh tangan Umi seraya berkata, "Umi ... maafkan Rara yang sudah melukai hati Umi selama ini."

Umi tersenyum dengan penuh sesal sembari mengusap kepala anak gadisnya.

"Umi tidak pernah marah sama kamu, Nak. Cuma Umi hanya ingin yang terbaik buatmu. Ya, walaupun Umi tetap saja salah, karena Umi sudah melarangmu kuliah di Jakarta. Umi menyesal, Rara," sesal Haliamah tersedu-sedu.

Rara sudah menjelaskan apa yang terjadi sebelum mereka datang ke Bogor. Mulai dari dia bertemu dengan kakak iparnya di lokasi syuting atau pemotretan hingga menjadi asisten dari kakak iparnya sendiri, ketika dirinya bertemu dengan Rahman tanpa disengaja, lalu seperti apa kejadian di saat Riska kaget dengan mengetahui bahwa dirinya dan Rahman adalah bersaudara. Sehingga, Halimah tertawa lepas dibuatnya.

"Sungguh, betapa lucunya kakak iparmu, Ra," ujar Halimah dengan wajah tanpa beban.

Rara tersenyum manis.

"Iya Umi, Rara suka dengan Kak Riska. Dia baik," pujinya.

Mereka hanya duduk berdua di dalam kamar di mana Rara dulu tidur di saat masih SMA. Rara sangat rindu dengan tempat ini, tapi mau bagaimanapun keinginannya ditentang hebat oleh Halimah sehingga terjadi perpisahaan yang cukup lama. Kurang lebih empat tahun tidak berjumpa satu sama lain.

Rara kembali menunduk sendu. Membuat Halimah kembali bertanya, "Kenapa wajahnya ditekuk seperti itu?"

Rara menghela pelan.

"Umi, apa Umi masih tidak mengizinkan jika Rara menjadi seorang dokter?"

Halimah menggeleng cepat. Seketika Rara kembali sendu dan pasrah.

"Umi mau kamu mewujudkan cita-citamu, Ra. Mama akan mendukung apapun yang kamu inginkan asalkan bertujuan baik."

Mendengar tuturan sang Umi, wajah Rara kembali cerah dan terang. Dia memeluk Halimah erat-erat dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

~~~

Riska menghirup bebas udara. Dia berdiri di taman pesantren yang tampak indah dan damai. Seolah-olah dia tidak merasakan pahitnya dunia yang dijalaninya.

"Keren kan di sini. Saya harap kamu bersedia tinggal di sini."

Ujaran seorang pria berkoko putih yang baru saja menghampiri berhasil membuyarkan lamunan Riska. Dia segera melirik.

"Terpaksa!" balasnya sengit.

Rahman menoleh, mengamati wajah gadis itu tampak cemberut.

"Semakin lama kamu di sini, kamu akan mencintai tempat ini."

Riska mencibir dan memutar matanya malas.

"Gue heran sama keluarga, lo," cicit Riska.

"Aneh?"

Riska mengangguk.

"Keluarga lo kebanyakan dramatis tau, nggak. Baru sekali ini gue nemuin keluarga kek keluarga, lo."

Surat (Terakhir) Untuk Imamku ☑️ (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang