Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.
[Qs. Ali-Imran:1 95].
"Berapa hari kita di Bogor?" desah Riska sembari mengerucutkan bibirnya.
Gadis di sebelahnya menghela sembari mengelus punggung Riska.
"Mbak jangan manyun gitu. Kita aja belum sampai ke Bogor, Mbak. Nanti kalau udah sampai, kita akan bahas kapan baliknya," bujuk Rara berusaha menenangkan.
Mereka sedang menuju perjalanan ke Bogor. Menuju rumah di mana sang mertua tinggal. Tidak hanya mereka berdua melainkan Rahman juga berada di dalam mobil lebih tepatnya di sebelah Mang Ujang--supirnya mengemudi. Dia hanya diam bergeming. Tanpa ada niat untuk berkata.
Mang Ujang memelankan laju mobilnya dan bertanya, "Maaf Tuan, setelah jalan ini terus ke mana, Ya?"
Rahman tersenyum dan menunjukkan jalannya dan berkata, "Sebelah kanan, Mang. Terus lurus saja. Nah, nanti ada sebuah pesantren bernama Darul Tauhid."
Riska berdecak sebal. Raut wajahnya tidak berubah dari awal pergi.
"Mang!" serunya.
"Eh--eh iya, Non. Ada apa, ya?"
Riska mengacak rambutnya frustasi.
"Musiknya dihidupin, dong. Bosen gue!"
Sesekali Ujang melirik Rahman. Dibalas Rahman tersenyum kecil dan mengangguk. Barulah Ujang mencoba menghidupkan musiknya.
"Cepetan ah!"
"I--iya, Non."
Rara hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Riska sangat lucu di matanya. Hati kecil Rara juga berkata bahwa wanita di sampingnya itu adalah orang baik.
"Hadeeh, volume-nya dikencengin, dong!" teriak Riska sebal.
Rahman sedari tadi masih bungkam. Dia sudah memaklumi karakternya. Walaupun telinganya terasa tergaduh dengan musik break beat. Seolah berada di sebuah kafe atau club malam.
Riska menikmati alunan di itu. Seolah sudah makanan sehari-harinya. Dia merasa sangat malas untuk ke Bogor. Ekor matanya melirik pria di sebelah kemudi itu dalam diam. Dan terus mengumpat di dalam hati.
Jika bukan karena hal yang terjadi kemaren, gue nggak bakal mau ikut sama si cupu! Ah!
Sebuah ide muncul di benaknya. Rasa Ingin melihat pria itu marah adalah kesenangan Riska. Dia mulai merancang ide.
"Mang Ujang!" panggilnya.
"Iya, Non?"
"Musiknya dikencengin lagi, dong?"
Ujang mengangguk antusias.
"Baik, Non."
Akhirnya musik itu semakin keras. Rahman semakin risih mendengarkannya. Batinnya beristighfar terus menerus. Seolah dia tebal dengan segala hal yang dilakukan istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat (Terakhir) Untuk Imamku ☑️ (The Series)
RomanceRank 3 #semangat hijrah (25-02-2020) Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Dan lelaki yang baik adalah untuk wanita yang baik (pula). ~Q.S An-Nur: 26~ "Lo lupa udah nikah sama artis?" tanya Riska tak percaya. Rahman menggelang tak paham. "Siapa...