Happy Reading....
“Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” Wanita seperti apa yang layak mendampingi hidup suami, di mana kelak mereka akan menjadi rahim peradaban.
Wanita Shalihah dalam Surat An-Nisa Ayat 34.
Flashback.
"Gue bisa jelasin tentang kejadian ini, Rahman," pinta Riska memohon.
Rahman tetap mengepal tinju lebih kuat.
"Saya adalah orang yang sangat menghargai seorang wanita. Saya menganggap Wanita adalah makhluk diciptakan oleh Allah untuk dilindungi dan dijunjung tinggi hak dan derajatnya, karena tanpa adanya kaum wanita seorang pria juga tidak ada di dunia," jelas Rahman tanpa melirik.
Rahman sangat menyangi ibunya. Karena ibunya juga seorang wanita yang sangat berjasa bagi dirinya. Maka dari itulah dia tidak pernah bermaksud untuk melukai hati wanita mana pun.
Riska menatap punggung Rahman, matanya menggenang.
"Aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa!" tegas Riska dengan bibir bergetar. Baru sekali ini dia merasakan amarah seorang pria, namun pria itu tetap tidak membentaknya.
Rahman tetap tidak mengalihkan pandangan dari dasar dinding bercorak keemasan itu, lebih tepatnya di ruang keluarga. Ya, mereka sudah berada di rumah. Perlahan Rahman berbalik arah mendapati wajah istrinya berjarak satu meter. Riska mengukir senyum ketika Rahman ternyata masih mau untuk menatapnya, namun kembali memudar ketika Rahman tidak membalas senyumnya.
"Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, dan pandai menjaga pandangannya. Kenapa kamu menghilangkan kepercayaan saya?" tanya Rahman.
Dia ingin sekali alasan istrinya. Apakah jawabannya bisa mewakili isi hatinya atau mungkin saja akan melukai. Dia sangat berharap jawabannya akan sama dengan apa telah terbisik di hatinya. Mata Rahman penuh harap, hatinya berkata semoga Allah tetap menguatkan tali hubungan yang sudah dia ikat dengan janji suci atas ridho Allah dan ridho kedua orangtuanya.
Riska yang sedari tersedu. Kembali mengadah menyorot mata Rahman. Dia bingung, kenapa Rahman tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Padahal, dia benar-benar berkata tulus dan jujur kali ini, bahwa dia tidak memiliki hubungan spesial dengan pria mana pun.
"Kepercayaan apa yang gue rusak? Apa?"
Riska balik bertanya. Riska tetap saja Riska, jika dia tidak bersalah maka tidak mau disalahkan. Dia menganggap bahwa kebohongan demi kebaikan itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Walaupun dia tidak ingin hidup bersama pria itu, tetapi dia juga tidak mau bercerai dengan masalah ini. Jika saja, dia mengatakan bahwasanya dia memiliki hubungan dengan Arya, maka itu adalah kebohongan. Kemungkinan besar dia dapat segera bercerai dengan Rahman. Tetapi, dia tidak ingin harga diri turun dengan konflik bahwa dirinya bercerai karena dia selingkuh. Itu sungguh memalukan.
Sendi Rahman terasa lemas. Ternyata bukan kalimat yang ingin didengarnya dari mulut Riska. Wajahnya melesu. Dia saja sudah tidak tahu apa yang dilakukan agar Riska bisa berubah dari keegoisannya. Dia mengusap wajahnya pelan.
"Baik, saya akan mencoba percaya sama kamu."
Mata Riska melebar. Bibirnya mengembang.
"Haaaa?!" sebuah teriakan spontan dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat (Terakhir) Untuk Imamku ☑️ (The Series)
RomantizmRank 3 #semangat hijrah (25-02-2020) Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Dan lelaki yang baik adalah untuk wanita yang baik (pula). ~Q.S An-Nur: 26~ "Lo lupa udah nikah sama artis?" tanya Riska tak percaya. Rahman menggelang tak paham. "Siapa...