Bagian sebelumnya.
"Telihat menyedihkan. Ulang tahun yang menyedihkan"
_______________________________________________Perkataan itu membuatku terkesima. Memang menyedihkan.
Sudah menjadi takdir.
Esok Harinya.
"Hai"
"Hai juga, tidak ada pr 'kan?" tanyaku.
Jihyun menggeleng dan duduk kembali ke kursinya.
Disekolah tak ada hal yang menarik. Tak ada. Aku hanya menatap langit-langit kelas sambil berpikir hal yang mungkin biasa. Suara bisik-bisik menyeruak di kelas, aku melirik sekilas. Hanya perkumpulan anak perempuan.
"Mereka hanya membicarakan soal pelajaran olahraga"
"Eh? Sejak kapan ada di sini kau?"
"Dari tadi sih, bodohnya mereka panik karena akan diambil nilai bela diri nanti"
"Ha.... Malas!"
Hwa Shin tampak jengkel. Lalu menghela nafas. "Nilainya, separuh rapot" ujarnya. Gi..la.. Separuh nih? Itu... Harusku lewati agar nilaiku sempurna. "Langsung terpancing? Menarik bukan?" katanya. "Jika terpancing itu ya, tapi itu bukan hal yang begitu menarik sih, itu biasa saja. Kalau urusanmu sudah selesai, hus! Pergi sana" balasku.
"Dah~"
Ihh.. Jijik. Cowok apa itu? Mengerikkan. Dan... Sulit dipercaya.
SKIP
Pelajaran olahraga adalah hal yang mengerikkan bagi siswi-tetapi tidak bagiku dan Seira-yang lain. Hal yang menyengkan bagi para siswa.
"Hah!!! Lama sekali!"
"Aku malah bersyukur kalau lama, kelihatannya Jihyun sudah lelah tuh, habis ini paling tidak yang dipanggil..."
"Kau!" potongku. Dia meghela nafas berat. "Menyebalkan" katanya. Jihyun kembali ke tempat duduk di lapangan. Selanjutnya, wali kelas, memanggil siswa,.. "Regis! Dan Hana.." panggil wali kelas. "Selamat capai ya Hana" candaku. Hana menatap ke arahku dengan sinis.
Selesai Hana dengan Regis, yang dipanggil, aku dan Hwa Shin. Apa?! Argh!! Kesel banget.. Kenapa sih harus Hwa Shin?
Tendangan melesat ke arah samping. Aku bergeser ke arah samping. Memukul lengan kiri Hwa Shin. Begitu hingga satu menit. Aku menjudo Hwa Shin.
Semua menatapku ngeri-kecuali Regis,Seira, dan Raizel- aku berbalik dan kembali duduk. "Uhh kasihan Hwa Shin.. Untung aku tak berpasangan dengan Sakura, sadis"
Semua tanggapan itu, hanya ku dengar, hanya sebagai angin berhembus saja. Hana menepuk bahuku. "Kau... Belajar dari mana?" tanyanya.
"Eh?"
SKIP
Capai. "Hah... Hari ini makan malam dengan apa?" tanyaku. "Bodoh! Tentu dengan makanan" ketus M-21. Aku menatapnya dengan tatapan IYA-ITU-JUGA-AKU-TAHU. Menyebalkan. "Hari ini... Kau menjudo siswa di kelas saat pelajaran olahraga bukan?" tanya Takio. "Terus? Itu nilainya separuh rapot, aku harus mendapat nilai sempurna!" jawabku.
Tao ber-oh dan melanjutkan menyusun piring. Tak lama Seira dan Regis datang membawa makan malam. "Hari ini makan daging!" kata Regis. Setelah semua berkumpul di meja makan, kami langung memakan makan malam. Sebenarnya, aku lumayan suka dengan hal ini.
Pyur!
Eh?
Celanku basah karena air yang tumpah dan itu... Milik.....
"Hah! Bikin kerjaan saja kau Tao!"
"Sorry, gak sengaja"
Aku mengambil lap di wastafel da mengelap lantai yang basah dan kursiku. "Kerja yang benar ya, budak" ledek M-21. "Kamu bilang apa?! Hm?!" bentakku.
Regis hanya menahan tawa. "Tertawa saja! Ketawa sampai mampus!!" hardikku. Kesal. Marah. Selesai mengelap, aku melanjutkan makan malamku.
Semua sudah selesai makan, aku, Tao dan Takio mencuci piring. Selesai, entahlah apa yang aku ingin lakukan. Semua melakukan pekerjaannya masing-masing.
Entahlah..
Mungkin malam ini akan sepi gumamku. Yah, aku kebali ke kamar. Merebahkan diri di kasur.
Bunyi ringtone menggema di kamar. Telepon dari... Hana? Segeraku angkat. "Ada apa sih?" tanyaku. "Maaf, bisa temui aku di sekolah" katanya. "Hah? Kenapa memangnya" tanyaku lagi. "Ahh.. Kau ini bertanya mulu, cepatlah datang!" ketusnya.
Aku menutup telepon. Dasar malam malam begini menyuruh ke sekolah, lagi pula sekolah bukannya ditutup? Pikirku.
Aku berdiri menggunakan jaket hitam, celana panjang dan topi untuk peyamaran. Sebelum keluar kamar, aku celingak- celinguk dahulu agar tak ketahuan.
Sip!
Tak ada orang di ruang depan. Aku berlari sambil memegang senter. Sampai di depan gerbang, tepat! Ditutup. Hanya satu cara...
Melompatinya.
"Hup! Huft untung saja pagar sekolah tak begitu tinggi" ucapku.
"Nah begini dong! Aku sudah tunggu dari tadi" kata Hana sambil menyenteri tubuhku. "Silau!" hardikku.
"Memangnya ada apa menyuruhku kesini?"
"Diam dulu, kita akan ke kelas"
Bodo ah! Batinku.
Hana membuka pintu kelas.
Ceklek!
Lampu kelas menyala dan....
"Selamat ulang tahun Sakura!" ucap semua. Sudah lewat satu hari. Telat. Aku hanya tersenyum tipis.
"PU-nya dong!"
Jihyun mencubit lengan Ikhan dan Shinwu. "Oke! Nih, cukup 'kan?" tanyaku. Aku menyerahkan 3 won saja. "Oke deh" jawab mereka. Aku menatap ke seluruh kelas. Ada bau yang familiar. Alkohol!
"Siapa yang minum-minum?!" Jihyun kini berteriak. "Bukan.. Lagi pula 'kan dilarang minum-minum dikelas" ucap Yoona.
Pokoknya jijik baunya.
Tapi siap tidak siap...
Dia akan ada di sela bau alkohol...
Menyerang di setiap hirupan..
Yuri.. Si brengsek.
Dia yang merencanakan ini. "Sebaiknya kita sudahi pesta ini, atau akan ada panggung drama disini.. Atau bisa di sebut.. Panggung darah"
Suara Yuri kini terdengar. Semua pulang satu per satu. One-on-one. Terdengar bagus. Tapi ini siasatnya.
Siap!
Aku tahu.. Ini kah Yuri. Cowok lemah yang bodoh!
Bukanka aku lebih siap. Ketimbang dia.
Aku akan tahi takdirku yang direngut dia.
BERSAMBUNG
Oke gak usah basa basi ya, lagi capek nih.
Bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse ✔
FanfictionAbad 21. Dimana teknologi berkembang pesat. Seoul, tempat yang termasuk tempat dengan teknologi berkembang pesat. Sosok Noblesse yang tertidur selama 820 tahun terbangun. Menjalani kehidupannya bersama dengan manusia. Gadis bernama Sakura Kyung Lee...