Bagian sebelumnya
Aku pulang lebih sore, seperti kemarin. Tapi gerbang sekola ada yang berdiri disana. Siapa? Rambut pirang menutupi mata kiri iris yang sama dengan Seira,Regis,Aku dan Raizel. Sepertinya dia....
Rael Kerita!
_______________________________________________Sungguh aku tak percaya hal ini terjadi! Banyak bangsawan berdatangan. Sekarang aku harus kepemakaman. Aku berdir dan bergegas kerumah. Tapi, Rael menghadang.
"Katakan padaku dimana Seira!"
"Dia ada di rumahku!"
Aku sesegra mungkin berlari menuju rumah, tentunya diikuti dengan Rael. Menyebalkan. Hingga akhirnya sampai dirumah, aku memperlihatkan pada Rael bahwa Seira ada dirumahku. Setelah Seira danRael bertemu, aku langsung kegudang. Mencari bingkai foto Ibuku. Dan ketemu!
Aku langsung menaruhnya di kamar. Dan langsung mengganti bajuku dengan baju serba hitam. Tanpa basa-basi aku langsung berlari meuju toko bunga yang ada di dekat pemakaman.
"Selamat datang!"
Aku langsung mengambil sebuket bunga lily,dan mawar lalu mebayarnya. "Ini" ucapku sambil menaruh uangku di meja kasir. "Bunga untuk siapa?" tanya sang kasir. "Untuk Ayah dan Ibuku" kataku. "Orangtuamu sedang ulangtahun ya?"
Aku menggeleng dan berkata,"peringatan hari kematian mereka." Setelah mengucapkan hal itu sang kasir meminta maaf karena telah menyinggung perasaanku.
Selesai berbicara dengan sang kasir, aku langsung pergi kepemakaman. Mencari nama Ayah bukan hal yang cukup sulit. Aku menaruh bunga lily yang baru dan mengganti bunga lily yang layu. "Ayah.... Semoga Ayah tenang disana ya" ucapku lirih. "Ibu juga.... Semoga Ibu juga tenang ya, Ayah hari ini banyak yang berdatangan lho, mungkin segini dulu ya Ayah" kataku sambil mangakhiri ucapanku. Aku bangkit dan pergi ke rumah. Untung saja mawarnya masih segar.
Aku melepas sepatu hitamku dan segera menuju kamar. Terpampanglah foto Ibuku yang sudah dibingkai. Aku menaruh bunga mawar di depan foto itu. "Semoga Ibu tenang ya, hari ini aku belum bisa memberika apa yang Ibu mau... Maaf, aku memang anak yang nakal.... Seharusnya Ibu jangan melindungiku, dengan begitu Ibu tidak akan tidur untuk selamanya, harusnya aku saja yang tidur untuk selamanya" kataku.
Tubuhku gemetaran hebat. Air mata sudah jatuh dari pelupuk mata, membasahi pipi. Aku mengusapnya. Tegar... Sakura ingat tegarlah batinku. Hari ini hari kematian Ibuku dan Ayahku. Hari kematiannya sama hanya saja tahunnya beda. Ibu meninggal saat aku umur tujuh tahun, sedangkan Ayah meninggal saat aku umur delapan tahun. Usia yang belia untuk ditinggalkan orangtua.
Suasana rumah menjadi sedikit ramai. Aku mengintip dari celah pintu, pemandangan yang belum pernahku lihat. Rael dan Regis bertengkar. "Bisakah kalian diam!" bentakku.Mereka masih saja bertengkar. "Kubilang bisakah kalian diam!!!" bentakku. Mereka akhirnya terdiam. "Maaf ya Ibu, tadi sedikit berisik" gumamku.
Malam harinya.
Aku mengurung diriku di kamar. Hari ini rasanya aku tak bersemangat untuk hidup. Suara ketukan pintu terdengar. "Siapa?" tanyaku. Sang pengetuk pintu tak menjawab aku bangkit dari dudukku dan membukakan pintu. "Seira, ada apa?" tanyaku. "Waktunya makan malam" katanya. "Hari ini aku tidak akan makan malam, jadi makan malamlah tanpaku"
Aku langsung menutup pintu kamrku dan menguncinya. Berdiam diri. Tapi aku teringat. Aku belum mengambil foto Ayahku. Sekarang aku harus keluar dulu. Membuka kunci dan membuka pintu lalu berjalan ke arah gudang, melewati orang-orang yang sedang makan malam. Aku tak menghiraukan mereka.
Setelah sampai di gudang. Aku langsung mencari foto Ayah. Dan ketemu! Selesai mengambil foto Ayahku, aku memeluknya dan keluar gudang. "Sakura ayo makan malam" ajak Paman. Aku langsung menoleh. "Hari ini aku tidak akan makan malam, jadi makan malamlah tanpaku" jawabku. Lalu pergi begitu saja. Aku mengunci kembali kamarku. Lalu meletakan foto Ayah di samping foto Ibu. Dan langsung tiduran di kasur. Tidak ada yang aku lakukan selain berdiam diri.
Kehilangan.
Kesedihan.
Hidup.
Ya, ini hidup.
Aku memejamkan mata, dan mulai masuk kedalam mimpiku.
•ESOK HARI•
Aku membuka mataku. Rasanya ingin bolos sekolah saja deh. Aku melihat kalender, hari minggu. Bagus! Aku bisa tidur lagi. Tentu saja agar tidak ketahuan, aku mengunci pintu lalu tidur sebentar.
30 meit kemudian.
"Hoam... Akhirnya bisa bangun jam setengah delapan pagi"
Aku menggucek mata dan mulai merapihkan kamar. Hari minggu tetap saja bersih-bersih. Menyebalkan. Selesai, aku tentunya mandi dan berpakaian. Berpakaian hitam-hitam. Dan mengunci diri lagi.
"Bosan.." gerutuku.
Aku melihat jadwal hari Senin. Pusing sudah. Pr semua sudah dikerjakan. Baca novel saja lah. "Wintersong sajalah" gumamku. Setelah mendapatkannya aku mulai membaca.
Tok... Tok... Tok...
Suara pintu dikutuk terdengar. Aku segera membukakkan pintu tersebut. Paman. "Ada apa?" tanyaku sambil membaca. "Begini. Kau ingin ikut ke Lukedonia atau tidak?"
"Baik, aku akan ikut"
Aku menaruh novelku dan segera mengganti baju. "Tidak perlu ganti baju, kita langsung saja ke sana"
Aku langsung menuruti perintahnya. Dan ada dua orang asinh di rumah ini lagi? Yang satu miliki surai ungu dan yang satu lagi seperti jamur. Atau lebih tepatnya mangkok.
Mereka siapa?
BERSAMBUNG
Sampai jumpa di kelanjutan ceritaku ya.
Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse ✔
FanficAbad 21. Dimana teknologi berkembang pesat. Seoul, tempat yang termasuk tempat dengan teknologi berkembang pesat. Sosok Noblesse yang tertidur selama 820 tahun terbangun. Menjalani kehidupannya bersama dengan manusia. Gadis bernama Sakura Kyung Lee...