(10). Lukedonia

245 18 0
                                    

Bagian sebelumnya

Mereka siapa?
_______________________________________________

Aku masih bingung dengan mereka. Mereka hanya tersenyum. "Oh.. Jadi dia yang dipanggil Sakura,salam kenal, aku Takio dan ini Tao" ucap laki-laki yang berambut ungu.

"Mm, salam kenal juga"

Aku cuek terhadapnya. Lagi pula, kenapa harus hari minggu sih berangkatnya. "Sekarang sudah siap bukan? Ayo, berangkat"

Aku menggunakan masker hitam. Mubgkin terlihat seperti penyusup. Tapi, ini untuk penyamaran disana. Kami mulai keluar dari perbatasan antara dunia manusia dan Lukedonia. Berlari dengan cepat, melewati dahan pohon dan lainnya bukanlah keahlianku. Aku hanya berlari seperti manusia biasa.

Untuk apa?

Toh, nanti juga sampai ketujuan. Paman memberhentikan langkah kami. "Sakura,Rael,Regis dan Seira langsung saja ke Lukedonia, Tao,M-21,dan Takio juga ikut" perintah Paman. Kami langsung berbelok dengan cepat. Untuk bersiap-siap, aku mengeluarkan soul weapon ku. Benar saja penjaga disana lemah!

Tapi, setelah penjaga selesai di kalahkan, terpampanglah seorang yang mirip Rael. Hanya saja berbeda tingginya. "Sepertinya kita kedatangan tamu" ucapnya. Aku mencoba untuk mengingat siapa dia... Lazark Kertia. Kakak dari Rael. Huft selalu saja ada penghalang. Rael mencoba untuk ke arah Kakaknya.

Aku melewati hutan belantara di samping.

Bum!

Tepat di depan, sebuah serangan hampir saja mendarat di depanku. Aku mundur, sial terjebak. "Jangan lari" katanya dingin. Agrh!! Aku mengibaskan soul weapon ku. Dia mencegah serangan itu. Regis mencoba membuat kabut dan berhasil. Seira dan Regis langsung pergi begitu saja. M-21 langsung bertransformasi menjadi werewolf.

Pertarungan terus berlanjut, hingga akhirnya Paman datang, dan menyuruhku lari secepat mungkin. Aku langsng memanfaatkan kesempatan itu. Penjaga lagi! Tempat yang sangat ketat penjagaannya. Sekali menjentik jari sepertinya ini mudah.

"Bingo~"

Selesai. Mudah. Aku berlari lagi dan sepertinya ada seseorang lagi yag menghentikan aksiku. "Penyusup!" katanya. Dia.. Entahlah dia siapa? Tubuhnya bisa dibilang kecil dan pendek, matanya sama denganku. Rambutnya berwarna abu-abu tua. Dan rambutnya menutupi mata kiri. Terlihat imut.

Dia langsung maju dengan mnenteng perisai dan pedang kecilnya. Dengan refleks aku langsung menyingkir ke kanan. Mengayunkan soul weapon ku. Dia berhasil memgindar. "Cukup lihai dengan ukuran tubuhnya kecil. Hebat!" pujiku. Dia melempar perisainya dan alhasil, aku terjebak di sebuah kotak yang ia buat. "Wah,aku kalah dari bocah ini" kataku dengan nada mengejek. Aku melihat langit-langit perangkap ini. Sudah kuduga, ini jebakan dari keluarga Mergas.

Tunggu Mergas ya, berarti dia adalah Ludis. Ludis Mergas. Untung saja ingatanku tidak sepayah fisikku. "Ludis Mergas, kepala keluarga Mergas bukan?" tanyaku. Setelah melontarkan pertanyaan itu, dia tampak terkejut dengan hal itu. "Dari mana kautahu itu?"

"Sebuah rahasia menyuruhku untuk tidak memberitahukannya pada siapa pun"

Aku berusaha menjebol perangkap itu, tapi sulit. Kekuatan penuh pun kukerahkan dan berhasil aku berhasil menjebol perangkap itu dan sekarang lari!

Kubuat kabut yang tebal dan naik ke dahan pohon untuk bersembunyi. Huft... Ini diluar rencana. Tepat di bawahku ada Seira. Untung saja ada Seira. Aku langsung turun. Seira pun langsung menoleh ke arahku. "Huft... Disini banyak yang menjaga ya, rasanya lelah"

"Berhenti disitu!"

Mulai lagi. Entah kapan pertarungan ini selesai. Aku menoleh ke sumber suara. Atas! Perempuan yang menggunakan kacamata dan memegang tongkat itu... Rasanya ku kenal. Tapi aku tak ingat persisi.

"Ah, Seira, kenapa kau membawa orang asing ke sini?" tanyanya. Seira hanya diam. Perempuan itu membentak lagi. Dengan berani Seira hanya berdiam diri. Perempuan itu kini menlawanku. Hanya dengan jentikkan jarinya dia berhasil memukul mundurku.

Aku langsung mengeluarkan soul weapon ku. Kini, aku kehilangan tenaga. Sekarang aku kalah telak. Lelah. Tanpa sadar, aku ambruk.
SKIP.

Aku membuka mataku. Memegang kepalaku entah mengapa aku merasa kenal dengan tempat ini. "Syukurlah, kamu sudah bagun Sakura" ucap perempuan tadi. Eh? Kenapa dia tahu namaku, bahkan Ludis pun juga ada. Tapi kenapa dia ada disini. "Setelah kehilangan kepala keluarga Alice, sekarang pun dia ada" kata perempuan lain. Dia berambut hitam legam dan panjang. Siapa dia?

"Mungkin dia bingung dengan situasi ini" kata Ludis.

"Ah, aku lupa, namaku Rosaria Eleanor, kepala keluarga Eleanor" sapanya.

"Kalau yang sedang berdiri itu namanya Lord"

Lord? Tunggu rasanya aku pernah mendengar panggilan itu. "Beliau adalah Lascrea, Lord kita dan juga Lord mu"

"Kenapa kalian tahu namaku?" tanyaku.

"Karena kaulah penerus dari Mika L.Alice, Ibumu yang sudah meninggal karena melindungimu dari werewolf" jawab Lord.

Kenapa dia tahu Ibuku meninggal karena itu? "Bisa tinggalkan aku?" tanyaku. Mereka langsung keluar. Aku melihat nakas. Ada! Ada fotoku,Ayah dan Ibuku. Berarti ini... Rumahku!

Ini kenanganku.

Di sini.

Di hati ini.

Kenangan pahit yang terkubur dalam lubuk hati. Luka lama yang terbuka ini terasa sakit. Mereka lah yang membuat hal itu terasa. Karena mereka adalah seseorang yang sama dengan Ibuku. Seorang kepala keluarga.

BERSAMBUNG

Noblesse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang