Bab 10

2.8K 378 25
                                    

JX Internasional Expo (Jatim Expo) pagi ini tampak padat. Tumpukkan buku-buku best seller keluaran terbaru, hingga buku-buku yang sudah cukup sulit ditemukan dalam toko buku, tersusun begitu apik. Membuat siapa pun yang melihatnya akan tergoda ingin memiliki salah satu buku di sana, begitu pula dengan Ajruna.

Setelah mengetahui Arjuna diundang sebagai Beasty untuk mengisi acara bedah buku Persona, Aditya dengan sifat pemaksanya, terus mendesak Arjuna. Mendorong Arjuna untuk show up, menunjukkan jati diri darinya di hadapan publik.

“Ini saatnya, Jun. Waktu yang tepat untuk menunjukkan siapa dirimu,” ucap Aditya sambil menatap undangan di tangannya, “Harusnya kamu sudah cukup mengerti, melihat kembali pengalamanmu saat di kapal pesiar dan ceritamu tadi. Tidak semua orangan akan menatapmu dengan pandangan mencemooh. Mungkin... di sana akan ada Ayu-Ayu lainnya. Dalam artian tidak akan memandang sinis wajahmu yang terluka.”

Terdiam sejenak, menerawang jauh memikirkan perkataan Aditya baik-baik. Tidak ada yang salah dari ucapan Aditya saat itu, sebab semua yang ada dipikiran Arjuna adalah sebuah kemungkinan. Kemungkinan dirinya akan dicemooh, kemungkinan dirinya dipandang negatif, kemungkinan dirinya akan jauh lebih terluka jika terus bersembunyi tanpa menampakkan diri, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang belum tentu terjadi.

“Ya, mungkin... memang inilah saatnya.” ucap Arjuna yang terdengar ragu, “kamu tahu, Dit? Saat ini aku sungguh menyesal. Andai saja aku lebih berani dan tidak berlagak seperti laki-laki sensitif yang terus dilukai. Aku dan Ayu bisa menjadi dekat lebih awal, sejak dia mulai mengirimiku lukisan berbulan-bulan yang lalu."

Arjuna mengacak rambut hitamnya, sedikit meremas, menyalurkan rasa frustasi yang sudah bercokol di hatinya. Ia merindukan Ayu.

“Segalanya harus diawali, Jun. Sekarang, atau kamu akan menyesal lagi esok hari.” Dengan yakin Aditya mengucapkannya, memastikan Arjuna tidak akan mundur lagi. Dan dibuktikan dengan Arjuna yang kini berada depan jajaran buku-buku karya John Steinbeck yang sudah diterjemahkan, sebelum waktunya ia tampil di atas panggung untuk pertama kali.

Meskipun setengah mati menahan gugup, Arjuna sudah bertekad, ia akan melepas topengnya di atas panggung nanti. Memperkenalkan kepada publik, bahwa inilah dirinya. Arjuna yang lebih dikenal dengan nama Beasty, pria yang pernah dicampakkan hanya kerena luka di wajahnya.

Pandangan orang-orang di sekitarnya tidak terlalu buruk, walaupun ada beberapa mata yang cukup lama memperhatikannya. Namun setelah itu mereka hanya berlalu, bersikap biasa saja dengan topeng yang terpasang di wajah Arjuna meski cukup menarik perhatian.

“Jun. Ayo, sebentar lagi giliranmu naik,” ucap Aditya yang hari ini ikut menemaninya. Dan sempat berpisah saat melihat-lihat buku yang akan dibelinya.

"Ya," tanggap Arjuna cepat. "Dit, nanti anak-anak akan ke sini untuk berbelanja buku. Barangkali aku masih di atas panggung, tolong urus mereka."

"Beres."

Keduanya lalu berjalan menuju belakang panggung, diikuti detak jantung Arjuna yang kian meningkat. Untuk pertama kalinya ia benar-benar akan menunjukkan wajahnya di depan publik. Tanpa topeng yang selalu menemani. Bukan hal mudah, melepas sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Namun, ia harus memulai. Mulai menulikan telinga dari tanggapan negatif tentang luka di wajahnya.

Semakin dekat dengan panggung, ada seorang pria yang memperhatikannya dan Aditya.

"Mas Beasty, Persona, ya?"

"Iya, benar." Arjuna menatap pria dihadapannya. Melihat apa reaksi yang pria ini berikan. Ternyata, reaksi pertama dari pria itu cukup baik. Tidak terlihat memicingkan matannya dengan tatapan penuh tanda tanya.

Beauty and the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang