Epilog

5.7K 451 41
                                    

"Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang mendapat restu orangtua. Dan saya tidak akan menyerah sampai kedua orangtuamu merestui kita."

Ayu tersenyum sendiri, terkenang ucapan Arjuna. Pria itu sungguh-sungguh membuktikan tekadnya. Berkali-kali, tanpa mengenal lelah, Juna datang menemui Wayan dan Sekar. Meminta Ayu dengan cara baik-baik. Meyakinkan orangtua Ayu bahwa seorang Arjuna sangat mampu membahagiakan putri mereka. Hingga akhirnya, restu pun diberikan.

Mata Ayu mulai basah tetapi ia lekas-lekas mengerjap. Ayu tak ingin air mata merusak riasannya yang sempurna. Hari ini tidak boleh ada tangisan.

"Sudah siap, Sayang?"

Suara Wayan membuat Ayu mendongak. Dari balik pintu di depan mereka musik mulai mengalun.  Ayu memegang erat buket bunga di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya terulur pada sang ayah. "Ayu siap."

Wayan meraih tangan putrinya, menepuknya pelan sebelum menyisipkan tangan Ayu ke lipatan lengan kirinya.

"Terima kasih karena Papa akhirnya merestui kami," ujar Ayu.

"Wajah tampan suatu saat juga akan hilang ditelan usia, tapi sifat penyayang dalam diri Arjuna akan selamanya ada. Itu yang akan membuatmu bahagia."

Ayu berjinjit dan mengecup pipi ayahnya. "Pasti."

Pintu terbuka. Suara deru ombak yang membentur buritan menyapa telinga Ayu. Dek belakang kapal sudah disulap menjadi tempat resepsi yang indah. Meja-meja bundar dengan taplak putih dihiasi dengan vas berisi bunga. Ayu berjalan menyusuri karpet merah di sisi Wayan. Gaun putihnya yang panjang menyapu permukaan karpet. Ayu dan Arjuna memutuskan untuk menggelar resepsi pernikahan di atas kapal yang sedang merapat di Pelabuhan Benoa, Bali.

Tampak Lintang dan Sandra di antara para tamu. Perut Sandra sudah semakin besar, mengingat kehamilannya sudah menginjak usia delapan bulan. Ayu dan Lintang saling melempar senyum bahagia. Benar, Lintang akan selalu menjadi sahabat terbaiknya.

Pandangan Ayu lalu tertuju sepenuhnya pada pria dalam setelan jas warna putih yang sedang menantinya di ujung dek. Pria yang telah sah menggenapi separuh jiwa. Sang pemilik hati. Suaminya.

***

Arjuna tersenyum menyambut Ayu. Istrinya terlihat begitu memesona dengan gaun putih berlengan pendek. Tidak ada tudung pengantin. Rambut Ayu ditata dalam sanggul tinggi dan dihiasi dengan mutiara. Menyempurnakan keanggunannya.

Juna tak pernah menyangka ia bisa berada dalam situasi bahagia seperti ini. Sakit hati yang pernah ia rasakan saat ditinggalkan oleh Tiffany tak lagi berbekas. Jika dulu Tiffany tidak mencampakkannya, Arjuna mungkin takkan pernah bertemu Ayu. Selalu ada hikmah di balik duka.

Wayan menyerahkan Ayu ke sisi Arjuna. "Jaga putriku, Juna."

Juna mengangguk mantap. "Saya tidak akan pernah membuatnya menangis. Itu janji saya."

***

Ingatkah kamu pada lautan itu?

Tempat di mana jeda waktu mempertemukan kita
Saat di mana jalinan takdir menjadikanku dan dirimu bersinggungan 
Namun, kala itu aku masih dipenuhi oleh prasangka 
Ragu dan bimbang masih membanjiri perasaan 

Hingga sosokmu tak kulebihkan dari sebuah pariwara 
Hadir sejenak kemudian berlalu tanpa kenangan 

Dan, ingatkah kamu pada lautan itu? 

Hamparannya yang memantulkan cahaya rembulan 
Sekaligus mengoyak hatiku yang selama ini berlindung dalam persona 
Kucoba berkali-kali memungkiri namamu yang berkelindan 
Dan terus berakhir dengan rasa yang sama 

Kerinduan yang beradu ragu 
Sakit yang bercampur pilu 

Namun, gejolak di dada tak henti bersuara 
Menggaungkan asa bahwa kamu dan aku adalah sebuah cinta 

Kuharap kamu masih ingat pada lautan itu 

Sebab di sanalah kamu menjatuhkan kepingan hati 
Menggenapiku yang sejatinya telah lupa akan keutuhan diri 

Hanya saja, aku yang terlampau jumawa 
Menampik cinta dan terus bersandiwara 
Lalu tertinggal dalam sebuah penyesalan 
Saat pilihanmu di akhir adalah sebuah kerelaan 

Aku akan terus membuatmu ingat pada lautan itu 

Karena telah kulewati masa berkubang dalam penyesalan 
Juga sepinya hidup tanpa sentuhanmu yang begitu sulit terlupa 
Jangan biarkan terselip kata perpisahan 
Sebab realita harusnya sesuai dengan yang sering hadir dalam mimpi kita

Biarkan aku menggenggam tanganmu 

Mengajakmu menikmati sebuah momen syahdu 
Menatap lautan bersama 
Memandang cerminan indah di sana 
Dua sosok yang berdampingan dalam bahagia 

Kamu dan aku 

TAMAT

---------------------

Ah, lega rasanya cerita ini sudah selesai. Terima kasih untuk semua komentar dan vote yang diberikan. Boleh banget lho kalau mau mengunjungi akun-akun tim penulis. Siapa tahu kamu dibuat baper dengan karya-karya pribadi mereka. 

Sampai jumpa di project Romance yang lainnya. 

Salam, 

Romance Squad The WWG

Beauty and the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang