Dua Kehidupan Yang Berdampingan

16 0 0
                                    

Kini keris yang memancarkan cahaya merah tepat di depanku. Masih ragu untuk menyentuhnya,tapi kumencoba saja melawan keraguanku.

Dengan hati-hati tangan ini menyentuh keris itu. Namun, terasa ada medan tolakan atau penghalang.

Akh!
Diriku terdorong beberapa meter kebelakang.
Namun, seorang Riyan pantang menyerah dan harus mencoba lagi, walau gagal lagi, bangkit lagi, digembleng.

Nyatanya memang berulangkali diriku terpental lagi. Jatuh bangun aku menarik dirimu.

Dan yang kali ini anehnya malah tanganku tertarik sendiri, seakan kutup magnet yang berlawanan. Berusaha kuat kutarik keris itu, tapi sia-sia.
Keraguan mulai menggelayutiku, kuputuskan untuk melepaskan keris itu. Kupandangi saja sambil berpikir.

Tiba-tiba, pikiranku menyeretku untuk meninggalkan keris itu. Mungkin segera terbangun juga.

"Terserah, gua gak peduli. Selamat tinggal!" Seruku seakan bicara dengan keris.

Akupun melangkah meninggalkan keris itu. Langkah demi langkah,  diriku berharap segera terbangun. Mungkin saja ini adalah seperti ketindihan saja.

Pletukk!
"Aduhh!" Kepalaku terasa digetok benda keras.

Lalu tiba-tiba saja sebuah keris melayang tepat di depan wajahku. Keris itu memancarkan cahaya hijau tua teduh.

"Apaan nih?" Batinku.

Kupandangi keris tak bersarung itu. Mirip sekali dengan keris tadi, tapi cahayanya beda.
Kutoleh ke belakang untuk memastikan.

Ternyata benar, keris yang ada di depanku adalah keris tadi.
Aku tak menyangka hal seperti ini benar-benar terjadi. kukira hanya di film saja, atau ini memang mimpi.

"Dasar keris kacrut, sok jual mahal!" Ingin rasanya memaki-maki, tapi apa daya.

Pletukk!
Kepalaku digetok lagi untuk kedua kalinya. Lalu keris itu melesat meninggalkanku.

"Sini loe, jangan kabur." Teriakku mengejarnya.

Namun setelah beberapa meter mengejar, kumenyadari jika semakin lebatnya pepohinan.
Keris itu melayang-layang seakan menunjukkan arah. Diriku hanya mematung, tak percaya hal ini terjadi. Bagaimana bisa coba, hal ini terjadi.

Ku beranikan diri dan terus mengikuti apa mau keris itu. Jauh melewati hutan yang amat rimbun. Sesekali ku memandang langit dari sela-sela dedaunan, langit terpapar tampak muram, selayaknya hampir gelap khas dunia mimpi, cahayanya remang-remang seperti warung aja ya.

Dan sampailah keluar hutan belantara. Dimana sekarang beradaku di tempat yang tak asing. Iya, tempat dimana mimpi pertamaku.

"Bukankah tadi ada ular raksasa?" Batinku.

Kutoleh kanan-kiri memastikan keadaan bagai maling saja.

Keris itu mendekati gerbang dan tiba-tiba gerbang besar itu terbuka. Istana megah nampak dari luar gerbang. Istana ala zaman kuno, meski ku tahu di gambar dan film gitu.

Kulangkahkan kaki melewati gerbang. Namun, tiba-tiba saja muncul seseorang yang berpakaian ala film kolosal. Dia nampak tersenyum padaku.

"Wahai manusia, kenapa kau datang kesini? Cari mati kau disini!" Suaranya meninggi.

Aku hanya diam, melihatnya. Terpana, tubuhku kaku, dan lidahku kelu. Melihat sosok pria yang berpenampilan drama kolosal. Namun, kurasa pernak pernik pada pakaiannya asli terbuat dari emas dan berlian atau batu permata lainnya. Dan lagi, dia membawa sebuah tombak yang bercorak seperti kulit ular.

"Hei bocah!" Wajahnya berubah buas, meski tak sebuas ibu tiri hehe.

"Lihat itu keris." Kutunjuk keris yang melayang-layang dengan santai.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang