Klunting!
[Kapan lu balik?] Pesan Hari
[Mungkin besok.]
[Oke deh, Cepet!] Mungkin dia lagi ada masalah.
"Siapa Ri?" Tanya Fia.
"Eh, ini. Temen kerja. Suruh cepet kerja." Kumasukkan ponselku ke saku.
"Eh, jadi balik ke sana lagi. Ke sini lagi kapan Ri?" Tatapannya mengharapkan sesuatu.
"Ya kalau ada waktu luang Fi."
"Eh, gitu ya." Fia menunduk.
"Ada apa Fi. Mau ikut?"
"Nikahin dulu, baru aku bisa ngikut." Suaranya merendah.
Deg jantungku seakan berhenti. Begitu pun ruang dan waktu. Tak salah dengarkah aku. Apa aku salah bicara?
"Bisa aja kamu Fi." Kucoba menetralkan suasana.
"Menurutmu Ri, jika beneran gimana?" Walau dia masih menunduk, nada bicaranya terasa sangat serius.
Entah harus kujawab apa? Lidahku terasa kaku. Ada rasa yang tak biasa, antara senang dan ada sesuatu yang akan hilang.
"Om..." Teriak gadis kecil.
Sasya membuat rasa ketegangan buyar. Sungguh waktu yang tepat.
"Ayo om pulang." Pintanya.
"I,,,iya." Balasku.
"Eh, maaf. Si tengil ngajakin pulang. Aku duluan ya."
Fia hanya mengangguk. Aku pun berlalu tanpa menoleh ke arahnya lagi.
-----
Kulihat ada yang berbeda lagi hari ini. Terlihat perempuan yang sedang berbicara dengan kakek sialan itu.
"Gimana kek?" Tanyaku mendekati mereka.
"Nah, ini datang. Lama amat." Protesnya.
Perempuan itu pun juga menghadapku.
"Ni, Nia?!" Aku syok ternyata Nia.
"Kenapa memang, sejak awal kalian memang terhubung." Sela si kakek.
"Terhubung, maksudnya?" Membuatku tak karuan.
"Kau, ingat putri kerajaan dulu dan mungkin kau tak pernah tau saat berbicara dengan gadis ini yang sebenarya dia. Iya putri itulah yang menghubungkan kalian. Sekarang kalian selesaikan." Jelas kakek panjang lebar.
Kakek sialan itu pun menjelaskan semuanya. Ternyata sosok yang pernah singgah di dalam tubuh Nia seorang putri yang dulu hampir saja berbuat denganku. Dan menjebakku dengan Nia.
Dan karenanya lah aku dan Nia tidak bisa berbaikan lama. Namun, takdir selalu mempertemukan walau hanya sesaat dan selalu berpisah dengan tidak baik.
"Baiklah ayo kita selesaikan ini." Kataku dengan kesal.
"Tunggu!" Cegah kakek itu.
Dia membuka lontar kemarin. Seketika munculah makhluk yang kemarin. Reflek kusiap untuk melawan.
"Bukan dia lawanmu. Dia akan bersama kalian." Ujar kakek.
Memang sih, seakan makhluk itu tidak terlihat buas lagi. Matanya pun tak menyala-nyala lagi.
"Ingat bilanglah mengantarkan calon raja baru."
Kami pun bergegas menuju istana itu. Karena berjaga-jaga, jikalau makhluk ini ngamuk dan menyerang, ku posisikan diri untuk dekat dengan Nia.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG
AdventureBagaimana seandainya kamu hidup di dunia yang kacau, lalu kau juga terjebak dalam dimensi lain pula? Cerita ini berawal dari seorang lelaki yang bernama Riyan. Riyan hidup sebatangkara dikota tempatnya tinggal. Dia adalah seorang yang bisa dibilang...