Klunting!
[Yan, luu kesini deh.] Pesan dari Hari.
Pasti ini ada hubungannya sama polisi yang datang tadi. Baiklah kalau begitu.
"Bud, aku tinggal ke ruangan pak Hari dulu ya." Aku langsung berlalu.
"Eh, mas alesan lagi ya?" Tanya Budi curiga.
Aku tak menjawab langsung aja aku pergi. Di perjalanan aku ketemu Lila.
"Eh mas Riyan. Makasih ya kemarin. Untung mas ngajakin aku dan Wahyu." Jelas Lila.
"Iya, karena itu kantor ini jadi seru lagi. Ye! nggak temen-temen?" Salah satu karyawan nyeletuk.
"Ye, emang nih kantor emang bagi yang suka adrenalin sih." Balas karyawan lainnya.
"Ya udah mbak. Saya permisi dulu." Aku berlalu meninggalkan mereka.
Akhirnya aku sampai pada ruangan Hari. Tanpa mengetok, langsung saja aku masuk. Kerap kali aku ditegur setelahnya oleh karyawan disini. Namun, aku biasa sih. Hehe.
"Yan, gimana ini?" Hari terlihat panik.
"Santai aja kali. Belum aja aku duduk. Emang ada apa?" Tanyaku biasa saja.
"Eluu pasti liatkan tadi. Mereka bilang, kalau kita tidak mau mengikuti fakta dari mereka. Perusahaan ini akan ditutup." Wajahnya terlihat kalut.
"Oww, terus." Jawabku santai.
"Terus nabrak. Nih orang adem ayem aja perusahaannya ditutup." Serunya tak percaya.
"Mau bagaimana lagi. Di terusin juga bakal banyak buruknya. Bagi kamu dan lainnya." Kurebahkan badanku di sofa biasanya.
"Tapi, bagaimana dengan mereka. Mereka bakal kehilangan pekerjaan." Hari mulai bingung.
"Terus atau enggak. Kan emang mau ditutup. Jadi gini deh kita tutup sementara atau topik yang kriminal tidak harus di keluarkan disini. Bisa dibilang berhenti dari berita seperti itu." Walau sebenarnya aku juga bingung sih.
"Iya juga, ya. Cerdas juga eluu." Hari masih nampak bingung.
"Kalau aku gak cerdas mana mungkin, aku bisa dirikan semua ini. Astaghfirullah, maafkan hamba ya Allah sudah takabur." Aku bergidik.
Hari tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku. Mungkin baru kali ini dia melihatku konyol.
Akhirnya semua sudah clear dan ku serahkan sisanya ke Hari dan lainnya.
*****
Bagian NiaHari ini aku harus datang ke tempat mas Riyan bekerja. Karena disitulah satu-satunya yang ku tau, keberadaannya.
"Rei, anterin kakak ke tempat kerja mas Riyan." Pintaku ke Rei.Rei masih asik dengan ponselnya.
Aku mendekatinya lalu kucubit pipinya.
"Kakak!" Rei kaget.
"Anterin Kakak ke tempat kerja mas Riyan dong." Aku memelas.
"Ngapain kak?" Dia membenahi duduknya.
"Kakak mau minta maaf kepadanya."
"Ya udah deh. Kalau kakak seneng sih. ciyee!" Rei menggodaku.
"Ciyee, apaan mau kakak tampol nih." Balasku.
Entah kenapa, sebenarnya aku ragu. Dan mungkin setidaknya bisa memadamkan rasa yang sudah lama ku pendam. Antara rasa bersalah dan rindu.
"Bener yang ini kak?" Rei memandangi sebuah gedung.
Kubalas dengan anggukkan saja. Lalu aku turun dan menunggu Rei parkir mobil.
"Ayo kak!" Ajaknya menggandeng tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG
AdventureBagaimana seandainya kamu hidup di dunia yang kacau, lalu kau juga terjebak dalam dimensi lain pula? Cerita ini berawal dari seorang lelaki yang bernama Riyan. Riyan hidup sebatangkara dikota tempatnya tinggal. Dia adalah seorang yang bisa dibilang...