Sisi Lain

1 0 0
                                    

"Kek mau kemana kita?" Kuikuti pergi kakek tua sialan.

"Dah sampai." Katanya dengan menjentikkan jari.

Langsung saja semua berubah menjadi sangat luas, padahal tadinya hutan belantara.

"Nak, cobalah kau lakukan apa yang kuajarkan dulu kepadamu. Dan cabutlah keris dari sarungnya, lalu letakkan lontar baru taruhlah batu dan keris itu." Ia berjalan menepi.

Kulakukan saja perkataannya. Kutarik napas dalam dan kulepaskan perlahan. Segeralah aku duduk bersila di tanah yang tandus.

Semakin lama tubuhku terasa berat, seakan gravitasi semakin besar. Napas mulai sesak, seperti sedang di dalam air.

Tiba-tiba keris dan batu itu menyatu, tepat beberapa inci di wajahku. Pancaran sinar hijau mulai berubah kemerah-merahan, selayaknya warna merah darah.

Tubuhku berguncang hebat. Sampai-sampai telingaku pun mendengar seperti getarannya.

Drogodog dorrrr!

Tubuhku terpental, bergulung-gulung jauh dari tempatku tadi. Sekujur tubuhku terasa sakit karena lecet-lecet.

"Apa, itu?" Aku membatin.

Sosok berambut panjang terlihat di dalam kepulan asap. Tiba-tiba saja angin kelam berhembus kencang, seperti menyambutnya dan menyibakkan kepulan asap.

Tertinggalah penampakkan bertubuh manusia. Namun, memiliki bulu yang lebat, kukunya panjang, gigi taring yang keluar, serta bentuk wajahnya mirip seekor macan.

Kini dia mengaum keras sekali, memekakkan telinga. Dan pada akhirnya dia diam, sedang matanya yang menyala-nyala menatap kearahku.

Seketika saja, dia tepat berdiri di depanku. Tak sempat aku mengejapkan mata. Tubuhku ditendangnya.

Klsk klsk.

Diriku terpental jauh.

"Ingat nak apa yang pernah ku ajarkan kepadamu! Lawanlah jika tak mau mati!" Teriak kakek sialan di ujung lain.

Dengan sekuat tenaga kuberdiri. Sampai tak sempat merintih rasa sakit. Walau darah bercucuran dari kepalaku akibat benturan.

Kuambil napas dalam-dalam. Kukepalkan kedua telapak tanganku. Langsung saja berlari ke makhluk itu.

Tak ku sangka dia sudah di depanku melayangkan pukulan tepat di uluhatiku.

"Ahh, darah muncrat melalui mulutku."

Belum selesai, cakarnya melayang kearahku. Beruntung reflekku cepat sehingga menangkisnya.

Kulayangkan dua jurus silat yang pernah diajarkan kakek sialan itu, yang kini santai melihatku. Namun, makhluk itu berhasil menangkisnya.

Tak putus asa diriku. Terus berusaha kucari celahnya. Namun, diriku terburu terkena tendangannya.

Akhirnya kuterpental bergulung kembali. Tak sempat ku berdiri, terpental lagi.

Diriku terjatuh di tempat lontar dan keris yang di gagangnya tertanam batu hijau tadi. Tergambar jelas gambar dalam lontar itu. Gambar seseorang yang menancapkan keris ke tubuh makhluk seperti yang kuhadapi.

Tak pikir langsung saja kuraih keris itu. Kembali kucoba, tapi nihil. Dia mampu menghindarinya.

Dengan menahan rasa sakit yang kini mulai terasa. Dengan cepat kumelesat menusuknya.

Sleb tepat mengenai perutnya. Namun, tak terjadi apa-apa karena tak tertembus. Tanganku dipenganya. Lalu cakaran-cakaran merobek bajuku beserta kulitku.

"Kau melupakan sesuatu, hei bocah!" Teriak kakek itu lagi.

Wsssst

Aku dilempar jauh kearah kakek sialan.

HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang