Pagi-pagi sekali, sebelum jam lima tepat. Jiang Cheng pergi sendirian menuju QishanWen. Ia sengaja tak membawa murid, takut mengganggu waktu istirahat mereka.
Ia ingin mencari lebih banyak petunjuk. Mungkin untuk mencari bukti benar tidaknya Jin GuangYao adalah dalang dibalik semua itu.
Bukti lisan tak bisa hanya menjadi petunjuk, ia akan mencari bukti materi untuk menguatkannya. Hal ini bukan berarti ia percaya bahwa Jin GuangYao adalah pelaku, ia hanya harus menyelidikinya lebih dalam.
Sebenarnya, pergi nya ia juga ingin menghindari untuk bertemu dengan Lan XiChen. Mengingat kejadian semalam ia merasa tak sanggup untuk bertatap muka dengan suaminya itu.
Jiang Cheng menghela nafas panjang, ia harus melupakan hal itu terlebih dahulu.
Ia menunduk. Pedangnya mendarat di depan gerbang tinggi dan kokoh QishanWen.
Ia langsung memasuki kediaman itu. Membiarkan dirinya terjebak array labirin. Akan merepotkan jika dia menghancurkan dan membuat array itu kembali. Lagipula, ia terbiasa dengan array semacam ibu.
Tanpa merasa takut, Jiang Cheng menjelajahi tiap sudut kediaman ini. Dia masih dengan sikapnya yang arogan dan angkuh dengan dagu terangkat.
Sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat masuk, ditangkap indra penglihatannya. Dengan zidian yang aktif, Jiang Cheng mengejar apa dan siapapun itu.
Ketika masuk pada aula besar, ia tak mendapati apa-apa. Ia malah merasakan energi kebencian yang samar.
Tarikan kencang pada lengan, dan tubrukan antara dada dengan dada, mengejutkan Jiang Cheng. Zidiannya sudah kembali dalam bentuk cincin. Dalam posisi dipojokan dalam dinding, ia membeku.
Ketika mendongak, wajah yang membelakangi cahaya tak dapat dilihatnya. Ketika seseorang itu menunduk, Jiang Cheng tak dapat menahan keterkejutannya.
Dengan postur tubuh besar, tinggi yang menjulang, dan energi kebencian ini, kenapa ia tak bisa menebaknya?
Itu adalah mayat Wen Rouhan!
Sepertinya mayat itu memiliki kesadaran.
Melihat posisi yang cukup canggung ini, Jiang Cheng berdehem.
"Bisa kau ubah posisi? Aku memiliki seorang suami pencemburu."
Wen Rouhan menarik diri dan menyunggingkan senyuman dingin, "Heh, ternyata kalian menikah pada akhirnya."
"Tentu saja, apa yang membuat kita tak jadi menikah?"
"Sifat yang saling bertolak belakang, mungkin? ZeWu-Jun terlalu mulia untuk orang seperti mu."
"Ya, kau benar. Tapi sayangnya kita tak bisa berpisah."
Jiang Cheng cuma mendengus. Menutupi obrolan dengan beberapa kebohongan kecil.
Mengalihkan pemikiran,ia kembali menatap mayat didepannya, "Apa yang kau lakukan di sini, Wen Rouhan?"
Wen Rouhan bersedekap dada, "Itu pertanyaan yang tak pantas untuk orang yang sepenuhnya pemilik kediaman ini," Jeda beberapa detik, "maksudku aku adalah orang yang sudah mati dan dibangkitkan."
"Ya, kenapa kau bisa dibangkitkan?"
Wen Rouhan tiba-tiba menghela nafas panjang, "Sama seperti halnya setiap orang yang akan meneteskan liur kepada jenderal hantu Wen Ning, setelah melihat kemampuannya. Bedanya ya ... Bukan tertarik akan kekuatanku, tapi dengan apa yang aku dapat sebelumnya. Segel macan stgian sepertinya menjadi incaran banyak orang."
Jiang Cheng menunduk dan mengerut, "Segel macan stgian? Mereka berniat untuk mencurinya?" Jiang Cheng terkekeh, "Ingin mencuri dari si pencuri."
"Padahal aku merasakan kebebasan saat kematian, tapi kenapa sekarang aku harus dibangkitkan? Mereka sudah mendapatkan segel itu tapi tak bisa membuatku menjemput kematian."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
Hayran KurguPernikahan Lan Xichen dan Jiang Cheng masih disembunyikan selama satu tahun kurang. Jiang Cheng merasa akibat dari pernikahannya begitu fatal. Perasaan asing masuk dalam hatinya, dan terkadang membuatnya sakit sendiri. Di sisi lain, suaminya menyuka...