Jiang Cheng berjalan dengan tergesa. Wajahnya mengeras dengan eksprsi dingin. Niat awalnya ke Lanling, hanya untuk mencari Jin Ling, apakah sudah pulang atau belum dari perburuan malam dengan Lan ShiZui dan Lan JingYi. Ia mencarinya di tiap ruangan, namun tak menjumpai keponakannya itu.
Mencari di lapangan, yang merupakan salah satu jalur keluar dari hutan, ia malah mendapatkan pemandangan memuakan antara suami nya dan ketua sekte Lanling Jin itu.
"Maafkan aku ... Aku juga mencintaimu. "
Perkataan Lan XiChen kepada Jin GuangYao, terus terngiang dalam pikiran nya. Dan apa-apaan pula drama yang Lan XiChen buat? Pura-pura, dan apalah itu. Cih! Jiang Cheng ingin tertawa sampai hujan liur, rasanya ketika menonton adegan itu. Mereka bahkan melakukan ciuman panas setelahnya. Lan XiChen tampak lembut dalam ciuman itu, berbeda dengannya yang diserang dengan kasar.
Satu perbedaan besar yang menyakitkan.
Mereka tak takut apa, jika ada seseorang yang memergoki nya? Jiang Cheng tak mau jika ia terseret di dalamnya. Mengatakan bahwa ia adalah istri tak berguna dan tak berbakti, sehingga Lan XiChen selingkuh. Ugh! Dan apa-apaan pula kalimat yang muncul diotaknya ini?
Ah, tidak ... Bukan, ia hanya cemburu. Ketimbang tertawa sampai mengeluarkan air liur, hatinya malah tersedu dengan air mata bercucuran.
Jiang Cheng menggeram tertahan. Menekan rasa sakit yang begitu kentara dalam hatinya. Teriris dan terbelah, kala bayangan suaminya berciuman dengan orang lain menghampiri.
Tanpa sadar, zidian mengeluarkan kilatan ungu yang berpendar. Beberapa orang yang melihatnya, segera menjauh.
Jiang Cheng meringis. Bisa-bisanya ia marah begini sampai zidian nya berkilat? Ini bukan kediamannya, yang mana muridnya sudah terbiasa melihat hal ini.
Menghembuskan nafas secara berulang, Jiang Cheng mencoba menetralkan api yang membakar hatinya.
Di persimpangan menuju jalan ke gerbang, Jiang Cheng bertemu dengan tiga orang remaja. Lan ShiZui, Lan JingYi, dan Jin Ling.
Ia sudah memiliki niatan untuk menceramahi Jin Ling, sampai ia menyadari ekpresi aneh mereka. Alis mereka mengerut, dengan ekspresi cemas, khawatir, dan ragu.
Jiang Cheng tak terlalu paham apa penyebab ekspresi aneh mereka ketika melihatnya. Saat ia menyadari arah datang mereka, jalan lain dari lapangan.
Oh, sialan ... Jangan bilang kalau mereka—
"Paman, aku ... Tadi—"
Jiang Cheng memijit pelipisnya, ia berdecak, "Tsk! Diamlah ... Tutup mulutmu."
Jin Ling mengatupkan mulutnya. Ia memandang sedih sang paman. Sepertinya Jiang Cheng sudah mengetahui ini dari awal, sehingga tak terkejut seperti ini.
Lan ShiZui dalam diamnya, merasa tak enak hati. Ia segera maju beberapa langkah di hadapan Jiang Cheng, dan memberi hormat.
"Aku mewakili ZeWu-Jun, meminta maaf kepadamu, ketua sekte Jiang. Aku yakin ini semua hanya kesalah pahaman." Ucapnya dengan sopan.
Alis Jiang Cheng berkedut mendengarnya. Kesalah pahaman katanya?
Jiang Cheng mendecih. Terlalu awal bagi seorang bocah yang tidak tahu duduk perkaranya. Meski ia beritahu pun, mereka tak akan percaya jika seorang ZeWu-Jun seperti itu.
Jiang Cheng mengalihkan pandangannya sejenak, ia berkata dengan dingin, "Kalian melihat sejauh mana?"
Lan JingYi berseru keras, "Sampai berciuman."
Jiang Cheng dan Jin Ling melotot. Bagaimana dia berteriak sebegitu kencangnya ditempat seperti ini? Bagaimana kalau ada yang mendengar?
Lan ShiZui menyikut pinggang Lan JingYi pelan, menegur. Ia menjelaskan dengan lembut, "Kami hanya melihat mereka berciuman saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionPernikahan Lan Xichen dan Jiang Cheng masih disembunyikan selama satu tahun kurang. Jiang Cheng merasa akibat dari pernikahannya begitu fatal. Perasaan asing masuk dalam hatinya, dan terkadang membuatnya sakit sendiri. Di sisi lain, suaminya menyuka...