3

5.5K 670 181
                                    

Jiang Cheng menghabiskan waktunya dengan berjalan kesana kemari, mengelilingi Qinghe. Menghabiskan waktu hingga malam menjelang.

Pertemuan sekte berlangsung cukup lama. Dari jam enam sampai jam tujuh lebih. Tapi itu juga baru sebagian kecil yang hadir. Sebagian, ketua dari sekte kecil. Cuma Lan XiChen yang belum datang masa itu.

Tapi semua orang memaklumi, mungkin ada suatu masalah yang membuatnya belum bisa datang jam sekarang.

Dengan beberapa orang, akhirnya mereka memulai pembahasan tentang pembunuhan warga yang tiap melewati Qishan. Padahal tidak ada energi yin yang terasa.

Untuk sementara pembahasan itu dihentikan, dan dimulai lebih lanjut ketika semua yang hadir lengkap. Beberapa murid sekte, disuruh untuk terjun ke lokasi dan mencari suatu yang janggal.

Pembahasan selanjutnya mungkin besok pagi. Jiang Cheng sekarang bisa bersantai dikamarnya.

Jika di gusu memiliki waktu ketat, pada jam sembilan malam semuanya harus tidur. Maka berbeda dengan Jiang Cheng, ia memiliki waktu tersendiri.

Jam delapan malam adalah waktu yang rawan baginya. Masa dimana ia mengantuk, dan harus segera tidur. Meski begitu ia akan bangun jam empat pagi dan mengerjakan pekerjaannya yang tertinggal.

Sekarang Jiang Cheng tengah menanggalkan jianxunya, menyisakan sebuah pakaian tidur berwarna putih transparan yang merayang dibawah cahaya. Ia ingin segera merebahkan diri diatas kasur dan terbang ke alam mimpi.

Tok tok tok!

"Ketua sekte jiang, anda disuruh hadir di aula. Semuanya sudah berkumpul."

Seruan keras dari luar itu membuat Jiang Cheng jengkel. Ia menendang sebuah kursi kayu kecil hingga berbunyi keras, membuat penjaga diluar ketakutan dan segera pergi.

Ia ngantuk sekarang dan ingin tidur! Bukannya pagi nanti perkumpulannya?

Ugh, Jiang Cheng rasanya ingin berteriak keras karena waktu istirahatnya diganggu. Ia ingin mengumpat kasar. Pasti Lan XiChen sudah datang sehingga melakukan perkumpulan lagi.

Jiang Cheng berjalan kearah pintu ruangannya dengan kasar, menarik perhatian beberapa murid Qinghe yang tak jauh dari kamarnya. Tanpa mengenakan jianxiunya kembali, ia melangkah cepat dengan bersungut-sungut.

Pintu besar aula didobraknya dengan kasar. Mukanya sudah memerah. Urat bermunculan diwajahnya dengan muka dingin.

Semua yang berada di aula terkejut, bukan karena suara dobrakan pintu itu. Bukan juga karena muka menyeramkan ketua sekte jiang itu. Tapi karena penampilannya tersebut.

Baju tidur putih transparan yang begitu melekat pas ditubuh kurus Jiang Cheng membuat mereka meneguk ludah kasar. Leher jenjangnya terekspos, dengan kulit seputih susu. Bahkan, kedua puting pink nya tercetak jelas dibalik kerah rendah itu.

Rambut hitamnya tergerai begitu saja, tanpa ikat rambut yang seperti biasa. Penampilannya begitu cantik, meski dia adalah lelaki dan seorang yang kasar.

Semua tak menyangka dibalik sifat buruk ketua sekte jiang itu memiliki penampilan yang begitu mempesona.

Lan XiChen yang berada disitu tersadar. Istrinya dipandang lapar oleh beberapa pria diruangan ini.

Ia segera berjalan menghampiri, dan menyampirkan jubah biru mudanya membaluti Jiang Cheng.

Jiang Cheng melotot marah kearah suaminya, tapi balasan yang ia dapat malah bisikan berat dan lirih.

"Perhatikan penampilanmu."

Ia tertunduk dan melotot dengan  merona malu menyadari penampilannya. Ia menaikan kembali jubah biru lautan dengan motif awan yang merosot itu. Ia mengikuti langkah Lan XiChen yang menuntunnya untuk duduk.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang