12

4.7K 436 89
                                    

Menggertakan giginya serta bernafas cepat tak tenang, Jiang Cheng menatap puas lelaki yang sekarang terduduk di tanah sedang meringis kesakitan memegangi perut yang tadi di tinjunya.

"Ssssh Wanyin, kau jahat sekali ..." Ujarnya masih dengan nada manja yang sama, ia bangkit secara perlahan, "Ugh, kau masih kuat seperti dulu."

Menggeram mendengar perkataan pria tak dikenal itu, Jiang Cheng segera berseru, "Jangan sok akrab dengan ku, kau pak tua sialan. Namaku juga bukan Wanyin, dan aku bukan suami mu, ingat itu bangsat."

Lan XiChen nampak membeku sesaat mendengar pernyataan yang dilontarkan Jiang Cheng, apa ia tak salah dengar?

Ah, ia terlalu berharap lebih sampai melupakan satu hal penting ... Reinkarnasi tidak membawa ingatan masa lalu, kecuali dirinya dan beberapa orang terpilih tentunya.

Meski memang menyakitkan ketika Jiang Cheng secara jujur melontarkan perkataan tersebut, namun ia pikir ini adalah hal yang bagus juga, ia bisa memulai nya dari awal.

"Kalau bukan Lan Wanyin, apakah namamu Jiang Cheng?"

Kedua tangan pria bersweater ungu yang tadinya bersidekap dada, kini luruh. Ia mengerut dalam sambil bertanya, "bagaimana kau bisa tahu nama ku?"

Lan XiChen tertawa pelan, "aku tahu semua tentang mu, Wanyin ... Ah maksudku, A-Cheng." Dengan gerakan pelan tapi pasti, Lan XiChen meletakan kedua tangannya lembut keatas bahu kurus Jiang Cheng. Sedikit, ia menghela nafas lega ketika tak ada penolakan keras.

Tapi ia merasa ada hal ganjal, bahu yang disentuhnya penuh kekosongan tidak seperti sebelumnya. Sepersekian detik, ia menyadari bahwa pihak lain jauh lebih mungil daripada kehidupan sebelumnya. Ia sampai harus menunduk dalam untuk melihat paras ayu pria yang dipujanya.

Mungkin dulu jarak tinggi mereka hanya beberapa centi, tapi sekarang Jiang Cheng hanya sampai bahunya saja, badannya juga terlihat langsing dan tidak berisi seperti sebelumnya. Akan hal ini, Jiang Cheng jadi terlihat lebih imut dan menggemaskan.

Lan XiChen tak dapat menahan tawa, "Wa-Wanyin ... Kau, kenapa jadi pendek begini-ugh!"

Dan tentunya, satu tinjuan lagi melayang ke perut Lan XiChen. Tinjauan awal saja bahkan sakitnya masih kentara, di tambah ini. Rasanya, mulai dari sekarang Lan XiChen harus menyiapkan pelindung badan atau perut untuk antisipasi. Apalagi Jiang Cheng di dunia ini begitu ganas, atau mungkin karena penyebab lain.

Telinga Jiang Cheng sepertinya begitu aktif dan sensitif mengenai kata 'pendek', sepertinya ia merasa canggung karena dirinya seorang pria tangguh, namun memiliki tubuh pendek tidak seperti pria kebanyakan seumurannya. Yah, harga diri pria terkadang ada pada seberapa tinggi mereka juga.

"Kupikir organ dalam ku rusak, ini begitu menyakitkan."

"Nggak usah lebay."

Lan XiChen menekan pelan perutnya, dan kembali meringis, "ugh ... Aku sungguh-sungguh."

Jiang Cheng melirik sekilas, memperhatikan bahwa Lan XiChen meringis di setiap menitnya. Melihat bahwa pria tinggi didepannya tidak berakting, melainkan rasa sakitnya itu nyata, membuat rasa bersalah menghampiri hati Jiang Cheng. Apakah pukulannya sekeras itu?

Orang yang tadinya hanya berlalu-lalang tidak mempedulikan, kini diam-diam melirik sambil berbisik tentang kasarnya pria yang lebih pendek kepada pria tinggi berwajah ramah itu, ini menyebabkan hati Jiang Cheng merasa tak enak.

"Ayo." Ia menggenggam lengan kuat Lan XiChen, dan memapahnya pergi untuk ia obati. Sebuah taman dengan bangku kosong dan sepi pengunjung menjadi tujuan Jiang Cheng.

Ia mendudukan pria bermarga Lan itu, dan pergi sekejap untuk membeli beberapa obat.

Dalam ringisan kesakitannya, Lan XiChen merasakan kebahagiaan tiada tara di tiap relung hatinya. Sikap diam-diam peduli dalam keganasan Jiang Cheng, selalu menjadi bagian paling manis untuknya.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang