Serangkaian kejadian tak sengaja Jiang Cheng yang mencambuk Jin GuangYao, pernyataan cinta, juga peristiwa dugaan pengkhianatan Jiang Cheng, membuat hubungan Lan XiChen dan Jiang Cheng merenggang.
Dalam minggu terakhir, mereka tak pernah jumpa atau saling bertatap muka. Dalam satu ruang yang sama pun, tak pernah. Mereka seolah menarik diri untuk tak saling bertemu.
Kejadian segel macan stgian juga belum mencapai titik terang, karena ada kesibukan tersendiri bagi masing-masing sekte. Kesibukan berupa masalah mayat ganas atau bandit. Kejadian itu, seolah bertujuan untuk memudarkan pikiran mereka tentang masalah di QishanWen. Berangsur-angsur melenyapkan tentang pemikiran tersebut.
Jiang Cheng masih sibuk menyiasati QishanWen untuk menemukan bukti kuat untuk mengungkap kejahatan Jin GuangYao. Ia kerap kali bersama Wen Rouhan, atau pun Wei WuXian untuk menindak lanjuti masalah ini.
Lan XiChen, juga tak bisa mengabaikan pernyataan dari Wei WuXian dan Jiang Cheng yang menyebutkan bahwa Jin GuangYao adalah tersangka utama. Meski ia tak percaya, tapi ia juga harus waspada.
Bukan berarti, karena ia adalah orang yang paling dekat dengan Jin GuangYao dan mengetahui segala tentangnya, ia langsung mengelak dan menolak untuk percaya.
Ia tak bisa mengabaikan intuisi cerdas Wei WuXian, ataupun penyelidikan Jiang Cheng. Keduanya tentu tak asal menuduh, tanpa bukti atau apapun.
Lan XiChen berusaha keras melakukan penyelidikan tanpa menyertakan hati nya, ia harus bersikap profesional.
Hanya karena, dirinya adalah orang yang paling dekat dengan Jin GuangYao dan mengetahui setiap cerita dalam hidupnya. Bukan berarti Jin GuangYao tak punya rahasia atau masalah pribadi yang bisa dibagi dengannya.
Ia selama ini memandang Jin GuangYao sebagai kertas putih yang polos. Namun, setelah berbagai perkataan masuk ke gendang telinganya, ia sekarang memandangnya sebagai kertas putih polos dengan satu titik noda hitam, yang mana, titik hitam itu menjadi fokus utamanya. Hal itu menjadi perubahan prasangka nya.
Tiap bagian dari otak Lan XiChen memang dipenuhi oleh Jin GuangYao. Namun, ada satu tempat yang tersisa dan bersinar karena keraguan dan ketercanggungan, bagian yang selalu terisi satu nama, Jiang Cheng.
Hubungan mereka begitu canggung setelah semua kesalahpahaman yang ia pikirkan. Mereka tak pernah bertemu sapa, atau saling melempar pandangan.
Lan XiChen masih begitu terkejut akan pernyataan cinta Jiang Cheng. Ia tak pernah menyangka nya, pria yang selalu kasar, dan berbicara seenaknya kepada dirinya itu, jatuh cinta? Bagaimana bisa setelah semua perilakunya yang buruk kepada orang yang dicintainya ini?
Sungguh, Lan XiChen tak dapat menebak pemikiran istrinya itu.
"Er ge ..."
Suara lembut dan halus terdengar dibelakangnya. Lan XiChen segera berbalik, dan menemukan sosok manis Jin GuangYao yang tersenyum hangat.
"A-Yao?"
Jin GuangYao melirik ke arah lain dengan gugup, ia menunduk dan berbicara dengan ragu, "Apa—apa er ge ada waktu?"
Lan XiChen kini menghadap ke arah Jin GuangYao sepenuhnya. Ia tertawa pelan kala melihat gelagat manis orang yang dikasihinya itu.
"Tentu saja."
"Apa boleh kita berbicara berdua?"
Lan XiChen tersenyum sekilas, "Bukankah kita sedang berbicara berdua?"
Jin GuangYao melirik kesana kemari dengan gugup, "Ku pikir, jangan di sini. Katanya, bahkan tembok pun punya telinga."
"Bagaimana kalau tempat sempit dan gelap, hm?" Godanya dengan senyum menawan.
Jin GuangYao memerah, ia mengerucutkan bibirnya, "Bukan seperti itu juga ..."
"Haha ... Baiklah, baiklah. Bagaimana kalau tempat latihan? Disana cuma ada pepohonan ramping, tak bisa menyembunyikan seseorang"
Jin GuangYao mengangguk. Mengikuti langkah Lan XiChen di depannya menuju tempat pelatihan LanlingJin.
Lapangan luas dengan rerumputan hijau yang tumbuh subur, begitu menyegarkan mata. Tak ada murid yang berlatih di sana. Latihan hanya pada waktu pagi dan sore. Di siang hari seperti ini, matahari sedang terik-teriknya sehingga dapat membakar kulit. Pepohonan rindang di sekitar juga, tak membantu banyak.
Di bawah pohon yang cukup rindang, Lan XiChen dan Jin GuangYao berdiri. Keduanya saling berhadapan dan menatap satu sama lain.
Dalam otak Jin GuangYao, menampilkan ingatan saat Jiang Cheng mengatakan bahwa Lan XiChen juga mencintainya. Suara itu terus berulang-ulang dalam pikirannya, ia jadi mulai kepikiran hal itu secara terus menerus
Jin GuangYao mengadukan tatapannya dengan iris jernih Lan XiChen. Pandangan Lan XiChen begitu lembut dan penuh cinta, membuat Jin GuangYao berdebar sendiri.
"A-Yao? Hal apa yang ingin kau bicarakan kepadaku?"
Jin GuangYao terkesiap mendengar suara berat namun halus itu, ia terlalu terlena dengan wajah dengan fitur sempurna di depannya.
Jin GuangYao menunduk, kedua tangannya saling bertaut didepan. "A-Anu, itu ... Aku—"
Jin GuangYao benar-benar tak tahu harus mengawalinya dari mana. Ia tak boleh tergesa, dan tak boleh membawa nama 'Jiang Cheng' dalam hal ini, atau semua nya akan berakhir canggung.
Ketua sekte Lanling Jin itu menarik nafasnya panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya.
"A-Aku ingin mengatakan sesuatu ... Ini memang bukan hal yang pantas, tapi—ini sudah terpendam dan lama ... Jadi, aku mau bilang bahwa, bahwa ..." Ia merasa cemas, tatapannya meliar, "Aku me-mencintaimu, Er ge."
Iris abu Lan XiChen tampak melebar. Seper sekian detik, ia terdiam dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.
Jin GuangYao merasa cemas dan ragu akan hal ini. Mungkin saja perkataan Jiang Cheng waktu itu tidak benar.
"A-Yao."
Suara lembut itu menghantarkan sengatan listrik kedalam hatinya. Jantungnya nampak berdetak tak terkendali.
Jin GuangYao, merasa menyesal atas pernyataannya saat ini. Seharusnya ia tak mempedulikan perkataan Jiang Cheng waktu itu, dan tak terburu dalam menyatakannya. Lihatlah situasi canggung ini akibat pikiran pendeknya.
Ia menunduk dengan hati pedih dan berbicara dengan tergagap, "Lu-lupakan saja perkataan ku tadi! A-abaikan saja, bila perlu lupakan." Jin GuangYao tertawa canggung, "Haha—maafkanlah kelancanganku ini."
Jin GuangYao dengan tergesa, hendak berbalik pergi meninggalkan Lan XiChen. Sampai tangan panjang dan besar menghentikannya.
Dengan alis menukik tajam, Lan XiChen berseru, "Bagaimana bisa aku melupakan pernyataan cintamu?"
Jin GuangYao mencoba untuk tak bersitatap dengan mata Lan XiChen, "Aaa... Ba-bagaimana kalau kau pura-pura saja bahwa semua ini tak terjadi?"
"Bagaimana bisa?!"
Iris menawan Jin GuangYao nampak berkaca-kaca, "Aku ... Aku ti-tidak tahu. Aku, atau—"
Lan XiChen meringis pelan, merasa keterlaluan untuk menjahili pria didepan nya. Ia segera memegang kedua tangan mungil ketua sekte Lanling itu, tangan lainnya mengelus pipi yang memerah.
Lan XiChen mengecup sekilas pipi semerah tomat itu, "Hei, aku cuma bercanda"
Jin GuangYao melenguh dengan bibir mengerucut, "Uhh! Ja-jahat!"
Pria tampan dengan pita di dahinya itu segera menarik pemuda mungil bertopi itu dalam pelukannya.
"Maafkan aku ... Aku juga mencintaimu. "
Dalam pelukannya, Jin GuangYao mendongak, "Benarkah?"
Melihat ekspresi manis Jin GuangYao, pipi bulat merah dan mata berkaca-kaca, membuatLan XiChen tak tahan dan menyerang nya dalam sebuah ciuman.
Ah, satu candunya. Jin GuangYao.
Melupakan eksistensi Jiang Cheng sebagai istrinya.
TBC
Kamis, 5 september 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/196342993-288-k218852.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt
FanfictionPernikahan Lan Xichen dan Jiang Cheng masih disembunyikan selama satu tahun kurang. Jiang Cheng merasa akibat dari pernikahannya begitu fatal. Perasaan asing masuk dalam hatinya, dan terkadang membuatnya sakit sendiri. Di sisi lain, suaminya menyuka...