Langkah gontai Namjoon bergerak menyusuri aspal hitam penuh debu sebuah perkampungan mati tanpa penduduk. Pergerakannya sama sekali tidak bersemangat. Terkesan malas dengan kaki menyeret dengan kedua tangannya di dalam saku jaket dan kepala yang tertunduk menatap bagaimana kakinya bergerak secara bergantian.
Namjoon sama sekali tidak punya tujuan apa-apa di hidupnya sekarang ini. Setelah keluar dari rumah, dia memutuskan untuk hidup sendiri di kota sebelah yg katanya menyimpan banyak pekerjaan dengan gaji besar. Namjoon melamar dan mendapatkannya dalam dua hari. Pekerjaannya tidak sulit tapi punya gaji besar. Cukup untuk menghidupi dirinya selama beberapa bulan jika tanpa membeli barang-barang mewah tak berguna.
Namjoon melangkah dengan kepala tertunduk. Perhatiannya yg menunduk itu lantas teralihkan ke suatu hal di sebelah kirinya, agak jauh dari tempatnya berdiri. Langkahnya berhenti kemudian badannya memutar agar berdiri tegak berhadapan dengan objek pencuri perhatiannya ini.
Disana ada bangunan tak berpenghuni sedang dilahap api dengan tujuan dihancurkan sampai habis tak bersisa. Tidak tahu siapa pelakunya karena tidak ada tanda-tanda manusia selain dirinya disini. Mungkin untuk keperluan pembangunan yg baru atau memang karena bangunannya sudah tak digunakan. Namjoon terpaku menatapnya. Entah kenapa dia seperti melihat sesuatu dari dalam sana, tapi tak tahu apa.
Cukup lama dia berdiam, menyipitkan mata, sampai akhirnya dia sadar ada apa di dalam bangunan penuh api itu.
"Dia....."
Matanya melotot dengan suara rendah bergumam penuh keterkejutan. Tanpa babibu kakinya langsung berlari cepat ke arah bangunan. Tak peduli itu bangunan penuh api tapi inisiatifnya bekerja dengan memberikan sugesti kalau dia harus mendekat untuk memastikan apa benar orang yang dia lihat itu asli atau tidak.
Ledakan kecil keluar dari dalam bangunan. Menciptakan hentakan keterkejutan yang membuat Namjoon mundur ke belakang untuk menghindar. Tangannya disilang di depan wajah dan kaki yg menyentak ke belakang untuk membuatnya berhenti berlari lebih jauh.
Namjoon langsung menyingkirkan tangannya. Mata melebar gelisah mencari-cari keberadaan sosok tadi.
Dia masih disana....
Sosok yang dia bunuh hidup-hidup satu bulan yang lalu ketika dia mendapatkan pekerjaannya. Tugas pertamanya adalah menbunuh orang itu. Tak peduli bagaimana caranya yg penting dia mati. Dan satu-satunya jalan paling mudah untuk Namjoon adalah membakarnya hidup-hidup.
Mata mereka bertemu.
Tatapan tajam tanpa ekspresi, namun terpancar tatapan sedih di alisnya yang sama-sama menukik di tengahnya. Dia hanya berdiri tegak dengan masih memakai pakaian satu bulan yang lalu, dimana Namjoon membakarnya.
Namjoon tahu itu ilusi. Dia benar-benar sadar kalau perbuataannya ini pasti akan mengundang rasa bersalah yang menghantui, tapi dia abai akan itu.
"Maafkan aku...."
Namjoon berucap lirih dibalik maskernya. Tapi sosok itu seolah-olah mendengarnya. Dia pun tersenyum sendu dan satu ledakan kembali datang. Menghapus sosok ilusi itu disana.
Tak pernah terasa sesulit ini membunuh orang. Namjoon lihai sekali melakukannya. Bahkan dengan tanpa rasa bersalah pun dia bisa membunuh manusia biasa yang bukan targetnya demi kepuasan batin.
Tapi sosok itu berbeda.
Kim Seokjin berhasil 'membunuh' hatinya di hari pertama mereka bertemu. Kekagumannya akan sifat Seokjin dan kemolekan tubuh pria itu, mampu 'membunuh' Namjoon tanpa harus bersusah payah mengotori tangan dengan darah dan luka. Kalau tidak karena pekerjaan, Namjoon tidak akan membunuhnya. Dia terlanjur kepalang suka dengan pria itu.
Berkat dia, Namjoon harus hidup layaknya zombie karena 'dibunuh' pria itu.
alpakakoala, 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled | Namjin
Fiksi Penggemarkumpulan cerita pendek Namjin tanpa judul ⚠️kalau kalian nggak suka pairing namjin atau homophobic, mending nggak usah baca. cari cerita lain^^ alpakakoala, 2019