Namjoon tak berhenti merajuk semenjak masuk ke dalam supermarket sepuluh menit yang lalu. Awalnya Seokjin tak mengerti kenapa pria itu selalu melirik ke satu arah dan mencibir tanpa suara. Pun Seokjin berpikir pria itu kesal karena tidak dibelikan sepotong kue krim dengan stroberi diatasnya. Tapi ternyata Namjoon kesal dengan sepasang kekasih yang selalu menempel mesra yang bahkan tidak malu saling melingkarkan lengan di pinggang masing-masing.
Namjoon memang tidak pernah terang-terangan minta diperlakukan manis. Pria itu lebih suka melakukannya diam-diam, seperti merangkul Seokjin ketika berjalan, atau menatap Seokjin sembari tersenyum. Semuanya terjadi begitu saja, dan Seokjin menjadi terbiasa dengan itu. Tapi dia tidak pernah sadar kalau sebenarnya Namjoon selalu mengharapkan perlakuan yang sama ketika pria itu merangkul atau memeluknya tiba-tiba.
Melihat Namjoon yang menahan emosinya untuk tidak mencak-mencak protes pada pasangan itu, Seokjin lantas tertawa tanpa suara dan menggeleng-geleng karena ekspresinya. Seokjin pun berpura-pura tidak mengetahui itu dan terus berjalan dari satu rak ke rak lain sembari memasukkan pasta gigi, sebotol besar sampo beraroma mawar, dan juga deodoran ke dalam troli.
Seokjin membiarkan Namjoon mendorong trolinya di sepanjang rak cemilan sementara dia melihat keadaan sekitar. Entah kenapa dia jadi gemas melihat Namjoon yang tampak lega karena sudah menjauh dari pasangan perangko tadi. Seokjin jadi punya ide untuk menjahilinya dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Namjoon secara tiba-tiba saat dirinya memasukkan sekantung keripik kentang ke dalam troli.
Namjoon tentu terkejut dan matanya membulat menatap Seokjin yang bertingkah seperti tadi bukan apa-apa. Seokjin berhasil membuat jantung Namjoon berdegup dengan kepala penuh tanda tanya akan tindakannya yang mendadak itu. Pria itu bahkan tidak berhenti menatap Seokjin dengan penuh minat minta penjelasan.
"Ada lagi yang mau kau beli?" tanya Seokjin sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel padding setelah mengecek barang yang ada di troli. Dia rasa semuanya cukup untuk persediaan mereka. Kecuali jika Namjoon ingin tambahan coklat atau ramen instan.
Namjoon tak serta merta menjawab. Tangannya bergerak acak ke rak yang berada di kanannya, menyambar satu bungkus besar cemilan keju berbentuk cincin dan menaruhnya ke dalam troli tanpa memutus pandangannya pada Seokjin.
"Itu saja?" tanya Seokjin melirik jajanannya.
Namjoon malah memicingkan matanya dan mendesis. "Kali ini apa?" tanyanya dengan nada menyelidik.
Seokjin mengangkat bahu acuh tak acuh. "Kalau kau menyebut tentang boneka alpaka putih dengan syal merah di leher yang terpajang di etalase toko tadi, tentu aku tidak akan menolak. Kau berubah pikiran dan akan membelinya untuk Jungkook?" tanya Seokjin mendadak senang.
Namjoon tak merubah ekspresinya karena bukan itu jawaban yang ingin dia dengar. Seokjin pun bukan orang bodoh yang akan menjawab pertanyaan sepolos itu. Dia tahu apa yang Namjoon tanyakan dan dia sekarang sedang senang bermain-main dengan rasa penasaran Namjoon.
"Jungkook lebih suka yang berbentuk bulat coklat seperti kue kering, dan kau tahu kalau bukan itu yang kutanyakan," jawab Namjoon masih dengan nada menyelidiknya. Telunjuknya yang panjang menggosok dagu, menatap Seokjin seolah-olah dia adalah penjahat yang sedang berakting di depan sang detektif.
"Aku tak bisa bilang kalau tindakanmu tadi itu sebagai salah satu sogokan agar aku mau membelikanmu boneka, bukan?" tanya Namjoon lagi memperjelas pertanyaan pertamanya.
Seokjin pun tertawa mendengus dan tersenyum menahan gemas pada pria kesayangannya ini. Dia tidak menjawab malah melangkah pergi ke rak sebelah, meninggalkan Namjoon yang buru-buru mendorong trolinya.
"Jadi kau mau aku membelikan boneka itu, Jin?" tanya Namjoon pantang menyerah setelah mensejajarkan dirinya di samping kanan dengan Seokjin yang menatap ke arah rak coklat di samping kiri.
Senyum Seokjin melengkung menahan tawa yang ingin meledak karena Namjoon. Tangannya meraih sebungkus coklat dengan kacang di dalamnya lalu meletakkannya di troli. "Aku hanya berusaha mengalihkan perhatianmu." Seokjin melirik Namjoon sembari tersenyum sebelum melangkah lagi ke arah coklat batangan.
"Dari?"
"Pasangan muda yang berpelukan."
Mata Namjoon langsung terbelalak lagi dengan pipi penuh semburat merah. "Kau melihatnya? Pasangan itu?"
"Bagaimana bisa aku tidak melihatnya kalau kau begitu jelas memperhatikan mereka?" tanya Seokjin balik sembari tergelak singkat. "Kurasa mereka akan balik melihatmu kalau aku tidak menyeretmu menjauh."
"Tidak bisakah aku mendapatkan itu juga?"
Seokjin langsung mengerutkan kening tak mengerti. Wajah Namjoon yang menatap penuh harap setelah mengeluarkan permintaannya terdengar sangat ambigu di telinga Seokjin.
"Apa maksudmu dengan 'mendapatkan itu'? Kau mau wanita itu?" tanya Seokjin sedikit emosi di pertanyaan terakhir.
"Aku mau ini."
Lengan panjang Namjoon dengan cepat melingkari pinggang Seokjin dan menariknya mendekat sampai tak ada lagi jarak. Seokjin bahkan harus menggunakan kedua tangannya untuk menahan tubuh Namjoon agar tidak bertabrakan dengan dadanya. Jarak mereka terlampau dekat sampai Seokjin harus menjauhkan kepalanya.
"Joon-ah, kita di tempat umum. Nanti orang lihat bagaimana?" bisik Seokjin cemas sembari memperhatikan sekitar.
Tapi Namjoon tampak tak peduli dan malah semakin menarik tubuh Seokjin untuk lebih menempel padanya. Tatapannya bahkan berubah menggelap dengan senyum miring yang menakutkan. Seokjin pernah bilang belum kalau Namjoon itu agresif?
"Aku tidak berpikir kalau mereka akan peduli dengan kita."
Jemari panjang Namjoon menangkup rahang Seokjin lalu menarik pelan sampai mata pria itu bertemu dengan matanya. Seokjin sampai menahan napas melihat Namjoon dalam jarak sedekat ini. Entah kenapa rasanya lebih mendebarkan karena mereka melakukaknnya di tempat umum yang bisa saja dilihat orang. Mungkin sekarang situasinya sepi, tapi tidak ada yang tahu siapa yang akan memergoki mereka, bukan?
Seokjin buru-buru menutup mulut Namjoon dengan telapak tangannya ketika pria itu mendekat ingin mencium. Berharap Namjoon berhenti, tapi ternyata pria itu malah mengenggam pergelangan tangannya dengan tangan yang bebas kemudian mencium telapak tangan itu dengan satu kecupan.
Seokjin tak bisa membiarkan jantungnya yang kini berdegup sangat kencang, sampai-sampai bisa didengar Namjoon. Mereka terlalu intim, dan tatapan Namjoon yang semakin menggelap dengan mata menatap sayu membuat Seokjin semakin lemah.
"J-joon. Tak bisakah kita melakukannya di rumah?" tanya Seokjin pelan nyaris berbisik.
Tiba-tiba saja Namjoon mengecup bibir Seokjin dengan gerakan cepat.
"Kim Namjoon!" pekik Seokjin protes dengan suara tertahan.
Namjoon malah tersenyum sangat lebar dengan mata menyipit, bangga dengan tindakannya yang mampu membuat Seokjin malu setengah mati.
"Kalau dirumah, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan padamu, Jin. Jadi, biarkan aku menciummu satu kali lagi dan aku takkan menganggumu lagi hari ini? Deal?"
Seokjin tentu ragu dengan penawaran itu. Namjoon bukan orang yang akan diam saja jika sudah berduaan dengan Seokjin. Tidak terhitung seberapa sering pria besar itu menganggunya setiap kesempatan, bahkan saat pria itu sedang memasak.
Tapi setidaknya dia harus mengiyakan permintaannya agar pria itu melepaskan pelukan ini dan segera pulang.
"Deal jika ditambah dengan boneka alpaka."
Namjoon pun langsung mengangguk antusias. "Deal."
alpakakoala, 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled | Namjin
Fanfickumpulan cerita pendek Namjin tanpa judul ⚠️kalau kalian nggak suka pairing namjin atau homophobic, mending nggak usah baca. cari cerita lain^^ alpakakoala, 2019