Lagi-lagi Seokjin terperangkap di dalam gudang kecil rahasia yg terletak di loteng kamarnya. Tempat terpencil yg hanya dirinya dan Namjoon yg tahu. Tempat yg punya akses jalan lewat tangga tapi sengaja disembunyikan dibalik tingginya lemari pakaian Seokjin. Dan hingga saat ini hanya mereka berdua yg tahu tempat ini.
Lotengnya sudah berdebu. Lantainya tak lagi kesat seperti habis di pel. Sudah banyak debu dimana-mana. Kain-kain putih yg menutupi perabot mungil dan kardus-kardus pun sudah menampakkan warna keabu-abuan, tanda banyak debu menempel di sana. Terdapat satu jendela bulat yg cukup tinggi, namun dapat menyetak seberkas pantulan tebal dan besar ke lantai loteng ini. Penerangannya tidak rusak, tapi Seokjin memilih untuk tidak menyalakannya.
Pria itu bertelanjang kaki dengan berani. Celananya hitam, dan bajunya putih. Cukup berbahaya kalau saja dia berbaring di atasnya. Bisa-bisa semua debu menempel. Tapi Seokjin tak peduli. Terlebih dengan badannya yg semakin mengurus. Tampak tak terurus dengan seharusnya.
Seokjin sakit. Secara fisik dan juga mental.
Seokjin lemah. Secara stamina dan ketahanan tubuh.
Dia ringkih macam pesakitan.
Napasnya satu-satu dan mencekik.
Separuh jiwanya sudah hilang cukup lama. Setengah tahun rasanya cukup untuk melupakan suatu kenangan, tapi bagi Seokjin sampai kiamat menjelang, dia akan tetap menangisi kepergian Kim Namjoon.
Pria yg mampu menariknya keluar dari bosannya hidup. Pria yg mampu menanamkan konsep tentang kehidupan setelah kematian, dimana dia akan dipertemukan dengan orang-orang yg disayang di alam akhirat nanti. Berbekal konsep itu, Seokjin pun langsung mengutarakan niat mencintai Namjoon sehidup semati sampai kiamat menjelang.
"Aku mencintaimu, Joon! Jadilah pendampingku di akhirat nanti!"
Namjoon terbelalak, namun dia langsung tertawa di balik kepalanya yang menunduk. Pun setelah itu dia mengangkat kepalanya meski harus dengan punggung membungkuk tak sepatutnya. Senyumnya kecut sekali, dan menyedihkan juga.
"Aku juga ingin, tapi itu mustahil."
Seokjin lantas melotot protes. "Kenapa? Apa aku tidak termasuk kriteriamu?" Jemarinya yg panjang pun meraba-raba setiap sudut wajahnya, mencari kesalahan yg bisa jadi adalah alasan kenapa Namjoon mengatakan itu.
Namjoon malah menggeleng. "Kau sempurna, hyung. Sangat."
Ketulusannya membuat senyum Seokjin merekah penuh kepalsuan. Menganggap itu omong kosong belaka. Pun setelah itu Seokjin sadar kalau ucapannya itu benar adanya.
Kesempurnaan yg dimiliki bukanlah hal yg baik.
Kim Seokjin hidup selamanya. Sampai kiamat.
Sedangkan Kim Namjoon punya batas waktu untuk kehidupannya. Dan ketika sudah sampai batasnya, dia akan meninggal.
Seokjin dan Namjoon itu berbeda, meski dalam wujud yg sama.
Dan ketika Namjoon meninggalkannya untuk selama-lamanya, dia baru bisa menyesali semuanya kenapa harus dirinya yg dilahirkan sebagai makhluk abadi sebagai vampir, sementara Namjoon hanyalah seorang manusia biasa.
Air matanya pun jatuh untuk pertama kalinya setelah 1204 tahun hidup tanpa emosi dan ekspresi.
"Namjoon-ah......... aku rindu......."
alpakakoala, 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled | Namjin
Fanfictionkumpulan cerita pendek Namjin tanpa judul ⚠️kalau kalian nggak suka pairing namjin atau homophobic, mending nggak usah baca. cari cerita lain^^ alpakakoala, 2019