[9] Cukup, Kim Yerim...

2.2K 287 6
                                    

Cuaca cukup terik. Jungkook tidak bisa fokus menyusun rangkaian maket di hadapannya. Deadline proyeknya akhir bulan depan dan kelompoknya barus menyelesaikan 40% dari keseluruhan. Jungkook menghembuskan napas lelah yang membuat gadis di hadapannya tertawa kecil.

Lee Jieun menyodorkan jus apel miliknya kepada Jungkook. "Minumlah."

Jungkook menerima dengan senang hati. "Sepertinya kita harus mencari kafe terdekat. Yugyeom, Mingyu, dan Sandeul sunbae masih ada urusan. Aku tidak bisa menunggu mereka terlalu lama."

Jieun lagi-lagi tertawa kecil. Hal itu membuat senyum Jungkook turut mengembang. Tawa Jieun mampu membuat mood-nya naik.

"Baiklah. Cuaca hari ini memang sangat panas," Jieun merapikan kertas yang dia bawa. "Ayo kita pindah lokasi! Setahuku terdapat sebuah kafe dengan makanan dan suasana yang nyaman di daerah Gangnam. Aku yang traktir."

Ajakan Jieun langsung Jungkook terima dengan senang hati. Pemuda Jeon bahkan tidak membutuhkan waktu untuk menjawab. Semua yang berhubungan dengan Jieun akan dia penuhi agar gadis itu bahagia dan nyaman di sampingnya--melupakan seseorang yang kerap kali dia sakiti hatinya.

- I G N O R A N T -

Matahari mulai kembali ke peraduannya. Kampus sudah sepi, tentu saja. Besok akhir pekan. Mahasiswa dan mahasiswa pastinya berlomba-lomba untuk pulang, sekedar berkumpul dengan keluarga ataupun orang-orang terkasih.

Namun, di sinilah Kim Yerim berada--terduduk di bangku panjang yang berhadapan langsung dengan gerbang. Kelasnya baru selesai pukul 3 sore tadi dan sekarang sudah pukul 6. Dia menunggu Jeon Jungkook yang tidak juga memunculkan batang hidungnya. Hari ini orang-orang di rumahnya sedang sibuk. Maka dari itu, pagi tadi Yerim meminta kepada Jungkook untuk menjemputnya sepulang kuliah. Pemuda itu tidak menjawab, namun Yerim yakin kalau Pemuda Jeon pasti mendengar ucapannya.

"Aish, Jungkookie ke mana, sih?" Yerim lagi-lagi menggerutu kala teleponnya tidak juga diangkat untuk yang ke-sekian kalinya. Masalahnya, baterai ponsel gadis itu sudah sekarat. Ditambah lagi powerbank miliknya tertinggal di mobil Jungkook. Sebentar lagi ponselnya pasti-

"ASTAGA! KENAPA HARI INI AKU SIAL SEKALI?"

...mati.

Yerim ingin menangis saja rasanya. Kampus sudah mulai gelap. Sebenarnya dia ingin menunggu di halte depan, tetapi dia teringat dengan ucapan Taehyung yang melarangnya menunggu sendirian di pinggir jalanan besar.

Tepat saat ponselnya sudah tersimpan di dalam tas, air mata Kim Yerim menetes. Jujur saja. Yerim hari ini merasa tidak enak badan. Matanya perih, tenggorokannya terasa panas, dan kepalanya terasa pening. Yerim bisa saja, sih, menaiki bus. Tapi, lagi-lagi kesialan menimpanya. Dompet yang selalu dia simpan di dalam tas ternyata tertinggal di atas kasur. Kartu transportasinya ada di situ. Uang apa lagi. Tadi siang saja dia meminjam uang Seulgi agar bisa makan di kantin dan meminum obat.

Gadis Kim terisak. Dia tidak lagi mempedulikan suara isakannya yang menggema di sepanjang koridor kampus. Dia hanya merasa kesal dengan harinya yang sial. Dia menyesal tidak mengikuti saran Saeron agar beristirahat di rumah saja.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di halaman kampus. Kim Yerim cepat-cepat menghapus air matanya. Dia dapat melihat sosok Kim Taehyung yang tengah berlari menghampirinya. Air mata Yerim kembali merebak.

"Rimie?"

"Oppa..." lagi-lagi gadis itu menangis tatkala Taehyung menariknya ke dalam pelukan. "Kepalaku sakit..."

Taehyung mengelus surai Yerim sambil sesekali menepuk punggungnya. "Mana Jeon Jungkook?"

"..."

"Aku tanya sekali lagi. MANA JEON JUNGKOOK?" Suara Taehyung meninggi.

"Oppa, tolong jangan marah dengan Jungkookie. Mungkin dia sedang sibuk mengurus proyeknya, jadi dia tidak sempat-,"

"Tidak sempat?" Taehyung membeo. "Somi bilang kalau Jungkook sudah pulang ke rumahnya sejak sore tadi, Yerimie! Dia bahkan membawa Jieun!"

Mendengar ucapan Taehyung, tangis Yerim semakin kencang. Dia meremas kaos bagian belakang Taehyung. Hatinya sesak, sakit, hancur berkeping-keping.

"Aku tidak seharusnya melepaskanmu pada laki-laki brengsek itu!"

"Oppa!" Yerim menepuk pelan punggung Taehyung--masih dengan isakannya. "Kumohon jangan lakukan apapun pada Jungkook, jangan sakiti dia."

"Yerimie..."

"Aku yang memilih untuk bertahan, oppa. Aku harus bisa menanggung semua ini, karena memang seperti inilah konsekuensinya."

"Dia tidak mencintaimu, Kim Yerim. Berhenti menyakiti dirimu sendiri."

Yerim melepas pelukannya. "Aku masih kuat, oppa. Aku yakin, suatu saat Jeon Jungkook akan membalas perasaanku."

"Tapi kapan?"

"Aku juga tidak tahu," Yerim memberikan seulas senyum kepada sang Kakak. "Tapi aku yakin hari itu akan datang, walaupun mungkin akan sangat lama."

"Cukup, Kim Yerim..." Sulung Kim kembali membawa Yerim ke dalam pelukannya. "Sudahi semuanya jika kamu benar-benar sudah lelah."

Dan yang terjadi setelahnya, Kim Yerim tidak sadarkan diri.

-- T O  B E  C O N T I N U E D --

Hello!
Sebenernya mau update kemarin. Tapi, karena aku lagi hectic siap-siap buat balik ke Jogja, jadilah aku tunda dulu ehe.
Stock chapter menipis, dan senin nanti aku udah mulai kuliah. Semoga aja otakku masih lancar nulis cerita ini ya wkwk. Jangan sampe kaya "FINE" yg ngga kelar-kelar 2 tahun:')

Siap-siap aja. Di chapter selanjutnya, kalian bakal makin emosi dgn cowo yg namanya Jeon Jungkook WKWKWKWK.
Update nanti malem atau besok nih?😏

I G N O R A N T «jjk.kyr»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang