[13] Permohonan

2.4K 304 22
                                    

Masih adakah yg nunggu cerita ini update? :')
Maaf ya, guys. Beberapa minggu kemarin lagi banyak urusan. Jadinya baru sempet ngetik heu
Happy reading!
-----

Kejadian 3 hari lalu sebenarnya masih terasa segar di ingatan Yerim. Sejak saat itu juga, Jeon Jungkook tidak pernah mengantar-jemput dirinya lagi. Tugas Jungkook digantikan oleh Jimin dan Seulgi. Papa dan Mama Kim memang sempat bertanya. Namun, Yerim hanya mengatakan bahwa Jungkook sedang sibuk. Yerim masih belum bisa mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orangtuanya, pun kepada Sulung dan Bungsu Kim. Dirinya masih butuh waktu untuk menentukan pilihan.

Di kampus, yang menemani Yerim hanya Kang Seulgi. Sesekali Park Jimin juga ikut menemani. Yerim bukan tipe orang yang mudah mendapatkan teman. Dia tidak seramah Seulgi dan segila Saeron. Yerim juga bukan tipe gadis yang akan selalu tersenyum tiap bertemu dengan orang asing. Mungkin karena itulah banyak orang yang menganggapnya sombong.

"Kim Yerim?" Yerim menoleh dan mengernyit saat melihat Lee Jieun yang sedang berjalan mendekatinya. Gadis itu memakai blouse off-shoulder kuning dengan rok A-line berwarna biru pucat. Gadis itu berjalan anggun, kemudian duduk dengan tenang di depan Yerim.

"Apa ada yang bisa kubantu, sunbae?"

"Jangan terlalu formal padaku," Jieun tersenyum tipis. "Aku hanya ingin mengajakmu bicara."

"Hm?" Kerutan di kening Yerim semakin jelas terlihat.

"Bisa temui aku di cafe OXY di daerah Hongdae pukul 7 nanti malam? Ada sesuatu yang benar-benar ingin kubicarakan denganmu."

Yerim diam sebentar, sebelum akhirnya mengangguk. Dia dapat melihat senyum Jieun yang semakin melebar.

"Baiklah. See you!"

Setelah kepergian Jieun, tepukan di bahu membuat Yerim kembali menoleh. Dilihatnya Seulgi yang menatap Jieun yang tengah berjalan menjauh dengan mata yang disipitkan. "Apa yang dia katakan?"

Yerim mengedikkan bahu. "Hanya mengajak bertemu."

"Bertemu? Untuk apa?"

Sekali lagi Yerim mengedikkan bahu. "Entahlah."

"Apakah kamu akan menemui dia?"

"Tentu," Yerim membereskan tasnya sebentar. "Lagipula, aku ingin memutuskan sesuatu, unnie."

"Hm? Memutuskan apa?"

Yerim hanya memberikan senyum kecil untuk Seulgi yang masih kelihatan bingung. "Nanti unnie akan tahu, kok! Aku pulang dulu!"

- I G N O R A N T -

Suara lonceng kecil terdengar ketika Yerim membuka pintu kafe. Tangannya bergerak menepuk beberapa bagian tubuhnya yang basah terkena hujan. Setelah dirasa cukup, dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena berlari. Mata gadis itu menyusuri kafe dan menemukan Jieun yang sedang tersenyum tipis sambil menatap ke arahnya. Yerim berjalan cepat menuju Jieun.

"Apa sunbae sudah lama menunggu?"

Pertanyaan Yerim dibalas dengan gelengan. "Aku memesankanmu choco latte hangat."

Senyum kecil Yerim berikan ketika Jieun menyodorkan secangkir choco latte. Dia menyeruput minuman hangat itu, lalu menatap Jieun yang ternyata juga sedang menatapnya. "Jadi, apa yang ingin sunbae bicarakan denganku?"

Jieun tampak menghela napas pelan. Pandangannya beralih ke arah rintik hujan yang ternyata semakin deras. "Junki oppa sangat sibuk dengan pendidikannya."

Yerim mengernyit. Tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Jieun.

Mengerti akan kebingungan Yerim, Jieun tertawa kecil. "Dia tunanganku yang sekarang sedang melanjutkan kuliah di Amerika."

"Ah," Yerim sepertinya mulai mengerti arah pembicaraan ini.

"Aku kesepian. Orangtuaku tinggal di Daegu, mengurus bisnis keluarga," jemari Jieun memainkan pinggiran cangkir yang sedang dia genggam. "Aku anak satu-satunya."

"..."

"Aku kesepian, temanku juga tidak begitu banyak," suaranya memelan. "Sampai akhirnya, aku bertemu dengan Jungkook."

"..."

"Awalnya, jujur saja. Aku memang hanya memanfaatkan kepintaran Jungkook. Tapi, lama-kelamaan, aku sadar kalau dia berbeda. Dia benar-benar menjadi pendengar yang baik saat aku mengeluarkan keluh-kesahku. Bersama Jungkook... aku tidak pernah merasa sendirian."

Diam-diam Yerim mendengus. Bersama Jungkook, dia tidak pernah melihat sisi "manis" dari laki-laki itu. Yerim hanya ingat, bahwa Jungkook adalah sosok yang kasar dan bermulut tajam. Tidak ada sedikit pun kesan baik tentang laki-laki itu di dalam ingatannya.

"Aku tidak suka pembicaraan yang berbelit seperti ini," Yerim memberi tatapan serius kepada Jieun. "Bisa kita langsung membicarakan intinya saja?"

"Kim Yerim, aku memohon pengertianmu. Tolong biarkan Jungkook bersamaku. Aku... aku membutuhkan Jungkook dalam hidupku. Dia satu-satunya orang yang selalu menemaniku. Dia-,"

PLAK

Suara tamparan keras membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka berdua. Yerim sudah berdiri dengan kedua tangan mengepal dan mata berkaca-kaca. Sedangkan Jieun sendiri tampak tertegun di tempatnya.

"Kamu juga perempuan. Apakah kamu tidak bisa mengerti posisiku juga?" Yerim menyentuh dadanya yang berdenyut nyeri. "Aku sudah berjuang sejauh ini untuk mendapatkan perhatian Jungkookie. A-aku sudah berusaha keras untuk membuatnya menoleh ke arahku."

"..."

"Dan sunbae justru menyuruhku untuk melepaskannya?"

"Yerim-ssi, tolong maafkan aku..."

Air mata Yerim pada akhirnya mengalir. Perkataan Jieun benar-benar membuat semua emosinya keluar. Tanpa banyak kata, Yerim memilih untuk pergi meninggalkan Jieun yang juga sedang menangis. Yerim berlari menuju halte, membiarkan hujan menutupi air matanya yang turun tak kalah deras.

Kenapa sesakit ini, Tuhan?

- T O  B E  C O N T I N U E D -

I G N O R A N T «jjk.kyr»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang