[12] Two! Three!

2.4K 297 4
                                    

Ada yang nungguin? Wkwkwk.
Happy reading!💜
-----

Sudah 3 hari Yerim tidak masuk kampus karena dirinya benar-benar terserang flu. Dokter juga menyuruhnya istirahat karena ternyata Yerim kelelahan akibat terlalu sering begadang. Kini, Kim Yerim sudah merasa lebih baik. Kepalanya sudah tidak sakit, hidungnya sudah tidak tersumbat, dan badannya sudah tidak selemas beberapa hari yang lalu.

Sambil menunggu Sulung Jeon menjemput, Gadis Kim duduk di sofa ruang tamu sambil membaca catatan miliknya. Tadi malam Seulgi memberitahu bahwa Son ssaem akan mengadakan kuis. Dua hari yang lalu Yerim tidak masuk, namun bersyukurlah dirinya karena Seulgi mengirimkan catatan dari materi di hari tersebut.

"Rimie, Jungkook oppa sudah di depan." Itu suara Saeron. Yerim yang mendengarnya seketika bangkit, kemudian berlari kecil menuju halaman setelah menyuruh Saeron untuk menjaga rumah.

Memasuki mobil Jungkook, lagi-lagi wajah dingin Jungkook lah yang menyapa Yerim. Gadis itu berdehem tatkala mobil Jungkook bergerak menjauhi kediaman Keluarga Kim. "Oppa, terima kasih karena sudah mengantarkan sup daging untukku waktu itu."

"..."

"Ah, itu... Mama Jeon yang mengirimiku pesan! Tolong katakan padanya kalau lain kali aku akan membawakannya strawberry shortcake!"

"..."

Baiklah, Yerim membatin karena tak kunjung mendapat jawaban dari pemuda di sebelahnya. Sembari menghela napas, Gadis Kim menghadap ke luar jendela; memerhatikan keramaian Seoul di pagi hari.

- I G N O R A N T -

Kelas Yerim telah selesai sejak 30 menit yang lalu. Sedangkan kelas Jungkook harusnya juga sudah selesai pada jam yang sama, namun Yerim tak melihat batang hidung pemuda itu. Gadis Kim mengambil ponsel di tas. Belum sempat dirinya mengetikkan sesuatu, pemandangan seorang pemuda-pemudi yang tengah bercengkerama hangat membuat gerakannya terhenti. Kedua orang itu sedang duduk di bangku taman samping yang letaknya cukup jauh dari tempat Yerim berada. Tetapi Kim Yerim hafal betul dengan si Pemuda yang memakai jaket navy itu.

Yerim dapat melihat dengan jelas si Pemuda yang mengelus halus puncak kepala si Gadis, dan si Gadis yang memberikan hadiah dari perlakuan manis tersebut dengan sebuah kecupan singkat di pipi si Pemuda. Yerim termangu. Hatinya seperti diremas. Matanya memanas. Rasa sakit yang sudah terbendung di hatinya seperti mau meledak.

Sebuah pelukan bersamaan dengan tangan yang mengalihkan pandangan Yerim membuat gadis itu tersentak. Dirinya masuk ke dalam pelukan hangat seorang gadis yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri. Air mata Yerim kembali merebak. Napasnya memburu.

"Jangan dilihat kalau itu menyakitkan, Rimie. Kamu cukup pergi supaya kamu tidak tersakiti terus." Kang Seulgi berujar lembut sambil mengusap rambut belakang Yerim yang mulai terisak. Saat Yerim membuka sedikit matanya, dia dapat melihat Park Jimin yang mulai melangkah pelan ke arah yang sudah Yerim ketahui. Tangan gadis itu meremas kemeja bagian belakang Seulgi. Suara langkah kaki yang bergerak semakin cepat membuat tangis Yerim semakin kencang, bersamaan dengan sebuah suara pukulan keras di ujung koridor.

Kim Yerim tahu. Park Jimin pasti sudah memukul Jungkook dan Yerim tidak mau melihat ke arah sana. Dia tidak mau melihat apapun yang sedang terjadi. Jadi, yang bisa dia katakan hanyalah, "Jangan sakiti Jungkookie, unnie."

Kang Seulgi melepas pelukannya. Ditatapnya sang Kekasih yang sekarang tengah memarahi Jungkook, kemudian kembali menatap Yerim. "Biarkan Jimin melakukan perannya sebagai seorang kakak, Rim. Taehyung pun juga pasti akan melakukan hal yang sama, tapi semua itu tertahan karena dia tidak mau membuatmu kecewa."

"..."

"Sekarang, semuanya berada di tanganmu. Aku menyarankanmu untuk mundur. Beri Jeon Jungkook waktu. Biarkan dia berpikir," Seulgi menghembuskan napas berat. Dia turut merasakan sakit. "Aku sudah mengatakan ini berkali-kali. Kamu juga berhak untuk bahagia, Rim. Lepaskan dia kalau dia hanya bisa terus menambah rasa sakitmu."

"..."

Kini, Park Jimin kembali berdiri di belakang Seulgi setelah sebelumnya mengelus puncak kepala Yerim dan menggumamkan kata 'maaf'. Kim Yerim menunduk, membiarkan air matanya tumpah.

"Yang jelas, kamu harus tahu. Sekalipun kamu terpuruk, aku dan Jimin akan selalu ada untukmu. Kamu bisa menggenggam tangan kami, atau bahkan mencaci maki kami kalau itu memang bisa mengurangi bebanmu."

"..."

"Jungkook memang teman baikku, Rim," Kali ini Jimin yang bersuara. "Tapi, aku juga tidak bisa membenarkan sikapnya. Dia sudah sangat melewati batas. Tugasku adalah menegurnya. Kamu sudah Seulgi anggap seperti adiknya sendiri. Jadi, kamu juga sudah kuanggap sebagai adikku. Jangan ragu untuk melepas Jeon Jungkook, selama kamu bisa berhenti menangis dan hidup dengan tenang."

Setelahnya, Yerim kembali memeluk Kang Seulgi. Bibirnya menggumamkan 'terima kasih' berkali-kali. Setidaknya, masih banyak orang yang terus memberinya kekuatan. Hal itu sudah lebih dari cukup untuk Kim Yerim.

Semoga setelah ini, Yerim mampu menjatuhkan pilihan.

-- T O  B E  C O N T I N U E D --

Kenapa aku ngerasa chapter ini kurang nge-feel ya? :')

I G N O R A N T «jjk.kyr»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang