[11] Sakitnya Yerim

2.4K 287 3
                                    

Yerim terbangun dengan kepala yang terasa berat, diikuti keringat dingin di sekujur tubuh. Dia mengernyit merasakan sesuatu yang dingin menempel di keningnya. Setelah mengingat apa yang sudah terjadi padanya, gadis itu bergumam, "Aku demam."

Gadis Kim berusaha untuk duduk. Matanya mengerjap beberapa kali akibat cahaya matahari yang masuk bebas melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar. Tangannya bergerak mengambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya sampai tandas. Tenggorokan Yerim masih terasa panas. Dia mencebik tatkala tersadar bahwa hal tersebut merupakan pertanda kalau dirinya akan terserang flu. Cuaca Seoul akhir-akhir ini memang sulit diprediksi. Terkadang sangat menyengat, namun tiba-tiba akan berubah sangat dingin.

"Unnie?" Panggilan dari Saeron bersamaan dengan pintu yang terbuka membuat Yerim menoleh. "Sudah bangun?"

"Ne."

"Unnie tadi malam pingsan. Badan unnie panas. Jadi, mama memakaikan plester penurun panas itu," Saeron berujar sambil menunjuk plester di kening Yerim dengan dagunya. "Padahal aku sudah bilang kalau unnie seharusnya istirahat saja. Tapi, unnie malah tetap ngeyel."

Perkataan Saeron membuat Yerim terkekeh gemas. "Kemarin dosenku mengadakan kuis, Saeron-ah. Dosenku itu terkenal killer. Kalau mahasiswanya ada yang tidak mengikuti kuis, maka jangan harap akan ada kuis susulan."

Saeron memberengut sambil menyodorkan sepiring sandwich dan susu cokelat hangat kesukaan Yerim. "Tadi pagi mama bilang, kalau unnie bangun, jangan lupa diberikan sarapan. Aku tidak bisa menemani unnie lama-lama karena aku harus mengerjakan tugas kelompok sebelum dikumpulkan sore nanti."

Kim Yerim memerhatikan Saeron yang kini menyimpan beberapa butir obat di atas nakas. "Ini ada obat dan vitamin. Unnie harus meminumnya sesudah makan."

Setelah mendapat anggukan dari Yerim, Saeron kembali berujar sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan ruangan. "Harus benar-benar dimakan loh, ya! Mama bisa marah besar kalau unnie tidak mau makan. Obatnya jangan lupa diminum."

Diam-diam Yerim bersyukur. Sekalipun hatinya disakiti berkali-kali oleh orang yang sama, setidaknya dia masih memiliki banyak orang yang menyayangi. Maka dengan begitu, Yerim tidak akan meminta hal yang lebih dari Tuhan.

- I G N O R A N T -

Jeon Jungkook menatap ragu pintu besar di hadapannya. Pagi tadi, Mama Jeon menyuruhnya untuk datang berkunjung ke rumah Yerim saat mengetahui kabar bahwa gadis itu sedang sakit. Kalau kata Mama Jeon, "Hitung-hitung balas budi, Jeon. Dia sudah merawatmu saat sakit kemarin."

Maka, di sinilah Sulung Jeon berada. Berdiri di depan pintu rumah Yerim sambil memegang plastik berisikan sup daging dari mamanya. Sejak memasuki rumah ini, Jungkook tidak menemukan siapapun. Hanya ada dua satpam yang menunggu di dekat pagar, serta seorang tukang kebun yang sedang memotong rumput.

"Tuan Jungkook?"

Jungkook terkejut setengah mati saat mendengar seseorang memanggil namanya dari arah pintu samping. Saat melihat seorang wanita paruh baya, Jungkook dapat mengetahui siapa wanita itu--salah satu asisten rumah tangga Keluarga Kim, sekaligus orang yang sudah mengurus Yerim ketika gadis itu masih kecil. Sulung Jeon hanya mampu tersenyum kikuk kala wanita itu melangkah mendekatinya.

"Mau menjenguk Nona Yerim?"

"Ah," Jungkook seketika merasa gugup--sedikit, sih. "Ne."

"Silakan masuk," wanita itu membukakan pintu untuk Sulung Jeon masih dengan senyum hangat. Jungkook mengangguk singkat, lalu melangkah masuk. Namun, langkahnya terhenti saat dia teringat kalau dirinya tidak mengetahui di mana kamar Yerim berada.

"Kamar Nona Yerim berada di lantai dua, tepat di dekat tangga."

Ucapan dari Bibi Yoon membuat Jungkook kembali tersentak. Lagi-lagi dia memberikan senyum kikuk sebagai ungkapan terima kasih. Beberapa menit kemudian, dia menemukan letak kamar Yerim. Jungkook mengetuk pintu kamar di depannya selama beberapa kali, namun tak mendapatkan sahutan dari sang empunya. Memberanikan diri, Sulung Jeon membuka perlahan pintu kamar gadis itu dan menemukan Yerim yang tengah tertidur dengan selimut yang membungkus hampir seluruh tubuhnya.

Jungkook berjalan mendekat. Ditatapnya wajah pucat Yerim yang tertidur damai. Sambil menghembuskan napas berat, Jungkook meletakkan sup yang sedari tadi dia pegang ke atas nakas.

"Maaf, Rim. Maaf untuk segalanya."

-- T O B E C O N T I N U E D --

Ini stock chapter terakhir dan aku belum ada mulai ngetik lagi karena ada hal lain yang mesti aku jadiin prioritas. Di otak alhamdulillah udah ada, sih, kelanjutannya. Tapi belum bisa diketik di sini karena mood-ku belum muncul, hehe. Semoga soon bisa aku update, ya!

I G N O R A N T «jjk.kyr»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang