Ch. 4 - Count on me

2.6K 283 8
                                    

Persahabatan itu tidak buruk kok.
Kau ada untuk dia, dan dia ada untukmu.

Sejak Gun mengungkapkan orientasi seksualnya, dia menjadi lebih menempel padaku. Aku tidak keberatan, namun rasanya ini tidak adil, karena semakin lama aku menempel dengannya, aku justru merasakan hal yang aneh tapi menyenangkan.

Contohnya adalah saat ini. Pelajaran olahraga kali ini adalah lari estafet. Aku, Tay, dan New berada di kelompok yang sama dengan tambahan anggota Arm yang menggantikan Gun. Gun dimana?

Oh Gun sedang menjadi "cheerleader" untuk menyemangati kita. Dia tidak benar - benar menjadi cheerleader. Dia hanya bersorak - sorak di deretan siswa yang katanya "sakit". Dia tidak sepenuhnya bohong, Bibi Pann bilang dia mengidap asma, jadi dia tidak boleh olahraga yang terlalu berat. Ini hanya estafet, aku tahu. Tapi.. ah sudahlah. Aku yang akan repot juga kalau dia sakit.

Pelari pertama adalah Tay, lalu Arm, New, dan yang terakhir aku. Karena aku yang terakhir, aku berlari dengan lebih cepat, aku harus bisa menjadi yang pertama. Dannnn.. akhirnya aku membawa kelompok kami menjadi di urutan pertama. Tidak ada hadiah, tentu saja. Ini kan hanya bagian dari pembelajaran.

Dan inilah saat yang mendebarkan. Gun datang menghampiriku dengan berlari kecil. Dia imut, seperti Tinkerbell. Aku seolah bisa melihat sayap imaginer yang aku buat sendiri.

"Ini minumanmu.." kata Gun. Aku mengambil botolku. Gun mengusap keringatku dengan sapu tangannya. Wangi..

"Terima kasih Gun.."kataku sambil terus menatapnya. Gun hanya mengangguk sambil mengusap keringatku terus, lalu dia mencium leherku. Tapi aku langsung menghindar seperti biasa.

Itu bukan karena aku risih, tapi aku takut tidak bisa mengontrol keinginanku untuk melakukan hal yang sama padanya.

"Uhh Off!! Kenapa kau selalu menghindar?!"tanyanya sambil merenggut dan memajukan bibirnya. Nah kan, peri kecil ini.

"Jangan! Keringatku bauu!" Kataku lalu menjauhinya.

"Ohoo! Gun! Air minumku, New dan Tay dimana? Kan yang berlari bukan hanya Off!"itu Arm.

"Ambil saja sendiri!"sahutnya dengan cuek, namun dirinya tetap memelukku terus. Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukannya.

"Kenapa kau jadi semakin menempel dengan Off sih?" Tay bertanya.

"Entahlah.. dia menenangkan.."jawab Gun dengan santai. Ia malah menyenderkan kepalanya di punggungku.

"Dia berkeringat Gun.. pasti bau" kata New yang mengejekku. Namun sebelum aku membalasnya, Gun sudah membalasnya duluan.

"Tidak! Phi Off tetap wangi, dia seperti bayi." lanjutnya lalu mencium leherku.

"Gun! Kau itu yang bayi! Mana ada anak SMP semanja kamu!!"itu suara New yang langsung membawa Gun pergi bersamanya. "Aku akan membawa Gun jajan dulu yaa!!"sahut New yang sudah menjauh.

"Off! Kau benar - benar tidak risih?" Arm bertanya padaku. Sebenarnya Gun memang sering melakukan itu, namun aku hanya diam saja. Meskipun aku tidak tahu apa alasannya.

"Ya tidaklah! Dia kan menyukai Gun!"sahut Tay.

"Sok tahu!"kataku yang menyenggol Tay sampai terjatuh.

"Ahaha baiklah aku akan ke kelas dulu. Bye!" Arm lalu pergi meninggalkanku dan Tay.

Aku langsung memicingkan mataku padanya. "Apa maksudmu Tay?"

"Oh? Yang mana?"

"Jangan pura - pura bodoh Tay! Aku sumpahi kau jadi bodoh betulan!"aku menjitak kepalanya.

Fallin Love with my Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang