Setelah kejadian itu, kami hanya berdiam diri. Tidak berbicara satu sama lain. Bahkan aku tidak berani untuk bertanya padanya. Aku hanya mengantarkannya ke rumah. Untungnya sepeda Gun memiliki jok untuk membonceng, sehingga aku yang menyupirnya. Mungkin besok aku baru mengambil sepeda ku di rumah Tay.
Gun hanya diam saja. Ia tidak mengatakan apa - apa lagi selain terima kasih ketika sampai di rumahnya. Aku pun hanya memarkirkan sepedanya lalu pulang.
***
Kejadian itu membuatku sedikit pusing. Aku mengusap bibirku. Sentuhan kecil, hangat, dan sangat sebentar. Tapi hatiku masih bergetar ketika mengingatnya.
Aku meraba dadaku sendiri. Jantungku masih berdetak dengan cepat.
"Aku tidak mungkin jatuh cinta kan?"
"Apakah aku normal?"
"Hahh.. aku seperti orang bodoh.."
Dan tak sadar aku pun tertidur.
"Phi Off.."ucap seseorang yang sangat aku kenal memanggilku. Aku pun menolehkan kepalaku ke asal suara itu. Itu Gun, dan dia sudah tampak dewasa.
Aku pun berdiri untuk menyambutnya. Aku merasa jadi lebih tinggi, dan ketika aku melihat ke cermin, aku seperti melihat diriku namun dalam versi sempurna. Tampan, tinggi, dan sempurna. Seketika aku mengagumi diriku sendiri.
"Uhh Phi Off.. kenapa pacarmu dicuekin?"protes Gun yang masih berdiri di ambang pintu.
Apa kata dia? "P-pacar?"tanyaku bingung.
Gun tidak menjawab, namun dia langsung menghampiriku, melempar dirinya ke pelukanku. Aku yang tidak siap, langsung terduduk di kursi kerjaku tadi. Sekarang posisinya Gun duduk di pangkuanku dan memelukku. Astaga! Ini seperti film biru milik Tay!
"G-gun.."ucapku dengan gugup. Tapi Gun hanya menghiraukanku dan justru mengusel hidungnya di leherku. Aku sangat tegang. Aku meremas peganganku pada kursi.
"Aku merindukanmu tahu.."dan setelah itu Gun menciumku. Ciumannya tidak seperti tadi siang. Ini sangat berbeda. Gun menciumku lebih seperti aktris dalam film biru itu. Ciumannya sangat memabukkan. Aku mencoba untuk menggerakkan bibirku. Menciumnya kembali, mencoba mengingat yang dilakukan aktor dalam film itu kepada pasangannya. Aku juga merengkuhnya. Memeluknya dengan berani dan menciumnya lebih dalam hingga Gun mengeluarkan suara seperti wanita dalam film itu. Hm mendesah kan namanya?
Aku sangat terlarut dalam ciuman itu. Gun tidak duduk dengan diam. Dia menggerakkan bokongnya diatas kemaluanku. A- aku merasa ada kenikmatan ketika Gun melakukan itu.
"Ayo melakukan itu sekarang Phi~"ucap Gun dengan suaranya yang serak.
"Hmm iya Gunhh~"balasku.
.
.
.
.
.
.
Aku pun terbangun ketika aku jatuh dari tempat tidur. "Sial itu mimpi!"
Aku melihat ke arah kemaluanku yang mengacung, "Astaga! Gun! Maafkan aku.."aku mengusap wajahku. Aku mimpi basah. Parahnya Gun adalah orang dalam mimpi basahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin Love with my Best Friend
Fanfic[COMPLETED] Off dan Gun sudah berteman sejak mereka masih kecil. Mereka melakukan hal apapun bersama. Tanpa mereka sadari, keduanya sudah saling bergantung sama lain. Off ingin menjaga Gun dan Gun tidak ingin pergi dari Off. Namun apakah persahabat...