Ch. 2 - Kiss Me

3.8K 320 30
                                    

3 tahun telah berlalu. Telah 3 tahun juga aku bersahabat dengan Gun. Kami masuk di SMP yang sama. Kini kami sudah masuk kelas 8. Dan Tentu saja mendapat teman - teman baru juga. Meskipun aku dekat dengan Gun, namun aku memutuskan untuk tidak duduk sebangku lagi dengannya. Aku duduk sebangku dengan Tay, sahabatku sejak TK. Ia satu sekolah denganku sewaktu SD. Namun kami tidak pernah sekelas. Tapi kami masih dekat. Oleh karena itu Gun juga mengenal Tay.

Sedangkan Gun duduk dengan tetangga Tay, yaitu New. Tay bilang New baru pindah dari Bangkok. Karena itu pula Gun cepat berteman dengan New. Gun selalu bertanya bagaimana keadaan Bangkok sekarang.

Aku tidak pernah berbicara soal masalah pribadi Gun. Tak pernah bertanya dimana ayah Gun. Karena setiap aku menyinggung hal itu, matanya selalu berkaca - kaca. Makanya aku tidak pernah bertanya lagi sejak itu. Gun juga selalu menganggap ayahku sebagai ayahnya. Bahkan ketika ayahku memberikannya hadiah ulang tahun, Gun langsung memeluk sambil menangis.

Tapi ternyata Ayah Gun bercerai dengan Ibunya. Ayah Gun memilih untuk menikah dengan sekretarisnya dan berkeluarga dengannya. Itulah alasan Ibu Gun pergi ke Chiang Mai, menjauhi Bangkok yang penuh kenangan menyedihkan dan memulai hidup baru bersama putranya.

Dan hari Jumat lalu, Gun dijemput ayahnya untuk berlibur kesana. Gun sebenarnya tidak mau. Namun Ibunya menyuruhnya kesana untuk bertemu adiknya. Ya, Istri Ayah Gun melahirkan, dan itu berarti ia adik tiri Gun. Dari situlah aku mengetahuinya. Aku tahu bahwa keceriaan Gun dan Ibunya menutupi duka dari lubuk hati mereka.

"Oi Peng!"panggil Tay yang baru masuk ke kelas.

"Baru kali ini aku tidak melihatmu terlambat.."

"Hoho! Aku sebenarnya masih tidur namun si beruang putih besar itu meneriakiku dari pagar rumah.."sahut Tay dengan wajah kesal yang hanya aku balas dengan tawa lebar.

"Sialan kau.."

"Auh! Lalu dimana beruang putih besar itu?"

"Di depan bersama Gun."tanya Tay yang sudah duduk di kursinya.

"Gun sudah pulang?!"jawabku kaget, karena setahuku Gun akan pulang Minggu depan.

"Nggak tuh, dia sekarang lagi ngobrol sama gengnya. Kayaknya dia bawa oleh - oleh buat gengnya."

"Geng apanya? Paling buat Jing, Gun kayaknya suka sama dia."balasku, wajah Gun mulai terlihat di ambang pintu kelas, dia sedang mengobrol dengan Jing dengan Jing yang terkadang tertawa.

"Suka sama Jing? Heh! Jing itu temennya di KIR. Kamu gak lihat? Temen Gun hampir semua cewek? Cuma kita bertiga doang yang cowok?"ucap Tay yang membuatku berpikir sebentar. Namun Gun itu dekat dengan Jing, eum tidak juga sih. Gun memang sering foto dengan Jing, tapi dia juga punya banyak foto dengan teman - teman perempuannya di ekskul yang sama, KIR.

"Tapi mereka sering berduaan kan?"balasku sambil terus melihat Gun yang sedang asik mengobrol dengan Jing dan New.

"Coba pikirin lagi! Yang lebih sering sama Gun bukannya kamu? Jing cuma teman Gun di KIR, nggak sekelas dan nggak tetanggaan. Kalau sama kau? Hampir setiap waktu kalian menempel kan?"

Ucapan Tay sedikit membuatku menyadari lagi kebersamaanku dengan Gun yang tidak biasa.

"Dan kalau orang yang suka itu bukannya kamu? Coba lihat tatapan dia, apakah sama ketika dia lihat orang lain?"

"Auh! Gun itu normal Tay! Dan aku normal!"bantahku dengan cepat.

"Ohooo!! Jika kau memang mengaku normal, apakah kau sudah mimpi basah?"

"Sialan kau Tay! Itu privasiku!"omelku pada Tay. Bisa - bisanya dia bertanya soal hal sensitif seperti itu. Meskipun hal tersebut sudah wajar dialami remaja seusiaku, tapi tetap saja itu hal yang privasi kan?

Fallin Love with my Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang