𒆜 35 𒆜 Pihak Ketiga

382 40 1
                                    

"Teman yang baik bukanlah orang yang tak pernah mengejekmu. Teman yang baik adalah satu-satunya orang yang selalu percaya padamu apapun perkataan orang lain."

-----

Devan tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya menatap Yona yang sekarang duduk di sampingnya. Sudah dua hari sejak Yona berkata bahwa ia dan Nino sudah putus.

Devan tidak menyangka bahwa Yona benar-benar akan melakukan apa yang cowok itu katakan. Tapi, melihat Yona yang selalu berangkat dan pulang bersama Devan, Devan mulai yakin dengan keputusan cewek itu.

"Na, jangan kebanyakan bengong," kata Devan mengingatkan ketika melihat Yona yang hanya menatap kosong keluar jendela mobil. "Nanti kesambet loh."

Yona menolehkan wajahnya lantas tersenyum. Tersenyum hambar. "Aku nggak ngelamun kok, kak. Cuma lagi capek aja."

Devan bergumam dan mengangguk-angguk. "Emang sekolah itu melelahkan sih."

Devan diam. Dan Yona kembali diam menatap keluar jendela.

"Btw, gimana lo sama Nino? Maksudnya kalian kan sekelas," tanya Devan tak tahu harus mencari topik apa lagi.

Yona tak bergeming. Cewek itu hanya menjawab singkat. "Nggak gimana-gimana."

"Nino tahu alasan sebenarnya lo mau putus?"

Yona menggeleng. "Setengah iya, setengah enggak."

"Maksud lo?" Tanya Devan tak benar-benar paham.

"Aku bilang kalo aku putus karena ketemu cowok lain. Cowok yang lebih keren. Dan aku suka sama cowok itu," tutur Yona tanpa mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar kaca mobil.

Devan tertawa kecil. "Kalo gitu berarti alasan yang sebenarnya kan? Gue emang lebih keren dan lo juga suka sama gue," kata Devan percaya diri.

Yona menoleh dan menatap Devan. Yah, Devan memang tampan, jadi terserahlah.

"Haha, iya juga ya kak," kata Yona menanggapi dengan memaksakan diri.

Yona kembali diam membuat Devan kehabisan akal dan memilih untuk ikut diam.

Keheningan berlangsung lama di dalam mobil itu, tapi Yona sama sekali tak merasa terusik. Ia memang ingin diam, seperti ini saja terus.

Dua hari berlalu. Dan selama dua hari itu Yona menderita. Apalagi dengan sikap Nino yang seolah-olah menjadi dingin.

Yona tak pernah tahu jika Nino bisa bersikap seperti itu. Cowok itu selalu menatap Yona dengan tatapan tak senang lantas menjauh dan tak lagi terlihat. Sesekali, June yang teman dekat Nino menggoda Nino yang sepertinya sedang berantem dengan Yona.

Tapi, Nino hanya melirik sekilas lantas berkata, "Emang kita pernah dekat?"

Hati Yona sakit. Jujur saja. Nino yang pendiam lebih menyenangkan daripada Nino yang dingin.

Yona tak tahu harus bagaimana. Ia hanya terus menghindar sama seperti Nino. Bahkan ketika Arin mencoba mengajak bicara Nino dan Yona, Yona segera pergi ke ruang musik dengan alasan ingin latihan bernyanyi seperti biasanya.

Yona takut. Entah kenapa ia mulai menyesali perbuatannya. Tapi sudah terlambat. Dan sekarang, tidak ada yang tahu kebenarannya kecuali dirinya dan Devan.

"Na....Yona?"

Yona tersentak ketika Devan memanggilnya. Cewek itu lantas mengerjap.

"Lo melamun ya?" Tanya Devan. "Berarti daritadi gue bicara sama siapa dong?" Devan tertawa miris.

Your Love [Completed] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang