𒆜 22 𒆜 Isyarat

659 75 9
                                    

"Gue suka sama lo. Kalau gue bilang gini, apa lo bakal terima?"

-----

Nino mendecak, cowok itu bergerak tak tenang selama pelajaran dengan pikiran bercabang kemana-mana. Begitu bel istirahat berbunyi, Nino langsung melompat dari kursinya dan menghampiri Arin yang sedang duduk tenang di tempatnya.

"Rin, gue mau ngomong sama elo," kata Nino begitu saja tanpa salam terlebih dahulu membuat Arin sedikit terlonjak kaget.

Arin yang masih memegangi dadanya dengan wajah pias jadi melirikkan matanya ke Yona yang ternganga tak percaya pada Nino yang tiba-tiba menghampiri Arin.

Yona kemudian segera melayangkan tatapan tajam pada Arin.

Arin menghela nafas singkat. Kalau sudah telanjur jatuh cinta bisa membuat semua orang mudah cemburu bahkan pada temannya sendiri.

Arin berdiri, mengangguk sebagai jawaban pada Nino dan segera mengekor cowok itu keluar kelas. Tak lupa dia mengejek Yona membuat cewek bermata bulat itu mencak-mencak di tempat duduknya.

"Maksud lo apa?" Tanya Nino begitu saja ketika berhenti di sekitar perpustakaan yang sepi.

Arin mengangkat alis. "Apanya?" Tanya Arin balik tak paham.

Ya gimana lagi, Nino tiba-tiba bilang maksud Arin apa. Memangnya Arin bilang apa daritadi?

Nino mengusap wajahnya kasar. "Waktu itu, waktu lo bilang gue bisa bantu Yona. Maksud lo apa? Dan sebenarnya Yona sama Devan punya hubungan apa?"

"Ah! Yang itu..." Arin manggut-manggut kecil teringat. "Ya, kan elo jomblo, Yona juga jomblo. Jadi, pas kan gue pasangin kalian?" Jawab Arin yang langsung disambut pelototan tajam Nino.

"Maksud lo?"

Arin nyengir, menggaruk tengkuk kepalanya sejenak. "Gue itu suka sama kak Devan."

"Hubungannya apa?"

Arin makin bingung harus bagaimana menjelaskannya kepada Nino. "Ya pokoknya Yona butuh pacar gitu lah." Jelas Arin agak menghindari tatapan mata Nino yang terus menatapnya tajam.

"Kenapa gue?" Tanya Nino dengan suara rendahnya membuat Arin tersentak dan mendongakkan kepala. "Kenapa harus gue? Kenapa nggak orang lain aja?"

"Eeeee...kan elo keliatan deket sama Yona," kata Arin sambil meringis kecil makin salah tingkah. "Jadi lebih gampang minta tolongnya."

"Gue sama Yona nggak deket."

"Haha, dasar Nino! Bercandanya nggak lucu. Padahal kemarin habis nonton bioskop berdua, tapi bilangnya nggak deket."

"Gue sama Yona nggak deket." Ulang Nino sekali lagi dan mengalihkan wajah dengan tatapan yang lama kelamaan menyendu.

"Lo salah kalo ngira kita berdua deket," lanjut Nino sambil menggigit bibir bawahnya.

Arin terdiam, ia mengatupkan mulutnya dan kembali mendongak dengan tatapan tak percaya.

"Kenapa lo mikir gitu?"

Nino semakin memalingkan wajah merasa miris sendiri. Cowok itu kemudian menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

"Lucas....Devan....." Kata Nino pelan membuat Arin mengangkat alis tak sepenuhnya mengerti. "Yona dekat sama Lucas dan Devan, bukan sama gue."lanjut Nino dengan suara mulai parau.

Cowok itu kemudian berdehem, mencoba mengendalikan dirinya dan menggigit bibir bawahnya.

Ini pertama kalinya Nino merasa tidak berdaya hanya karena seorang cewek.

Your Love [Completed] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang