BAB 12

1.3K 62 0
                                    

Maya mencoba menenangkan hatinya, ia masih meringkuk di balik badcover yang menutupi sebagian tubuhnya. Maya hampir tidak bisa tidur, wajah Bara masih terngiang-ngiang di ingatannya. Maya masih tidak mengerti dengan hatinya, selalu mengartikan debaran jantungnya saat ini. Sejak pertama kali bertemu Bara, hatinya selalu gelisah, padahal laki-laki itu terlihat biasa-biasa saja kepadanya.

Oh Tidak, ia hampir gila memikirkan Bara seperti ini. Bara, laki-laki dewasa itu selalu menghantuinya. Laki-laki itu hangat, Maya nyaris tidak bisa tidur semalaman, karena memikirkan Bara.

Akhirnya ia terlelap hingga menjelang pagi. Maya membuka matanya secara perlahan, ia menatap plafon kamar, kamar masih gelap, serta gorden tertutup rapat. Ada sekilas cahaya di sudut gorden. Tatapan maya beralih ke jam dinding yang menggantung. Maya tediam, masih memulihkan nyawanya. Maya lalu beranjak dari tempat tidur, ia lalu menyibak gorden yang masih tertutup. Maya mengerutkan dahi, cahaya dari estalase kaca menerpa wajahnya. Matahari ternyata sudah tinggi, ini rekor Maya, bangun paling siang. Maya kembali menatap jam dinding itu, menunjukkan pukul 10.35. Oh Tidak, ini sudah terlalu siang untuk ia bangun. Maya mengambil handuk dan perlengkapan mandinya, yang telah ia siapkan sebelumnya.

Maya lalu melangkahkan kakinga keluar dari kamar. Maya berjalan, mencari keberadaan Bara. Ia tidak melihat Bara manapun. Maya bersyukur Bara tidak ada, Maya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Melaksanakan ritual mandinya.

Beberapa menit kemudian, Maya telah selesai mandi. Maya memilih beberapa pakaian yang menggantung di lemari. Maya memilih sweater hitam dan celana jins hitam miliknya. Maya putuskan hari ini untuk berjalan-jalan di kota London. Rambut lurusnya, ia biarkan tergerai. Lipstik nude menjadi pilihanya. Setelah selesai, Maya mengambil tas dan melangkahkan kakinya menuju keluar dari kamar.

Maya menatap ruangan itu masih terlihat kosong, sedetik kemudian pintu utama terbuka. Maya menatap Bara, otomatis Maya menghentikan langkahnya. Bara menatapnya, dan melangkah mendekatinya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Bara.

"Saya mau jalan-jalan" ucap Maya, Maya menatap penampilan Bara, ia terlihat rapi dengan hem hitam yang dikenakannya.

"Jalan-jalan kemana?".

"Ke British Museum, bukankah tempat itu sangat terkenal".

"Ya, disana sangat terkenal. Hati-hati kalau begitu. Apakah kamu mau pakai mobil saya?" Bara mencoba menawarkan kepada wanita itu.

Maya tersenyum, "tidak usah, saya lebih baik naik kendaraan umum".

"Maaf, saya tidak bisa menemani kamu jalan-jalan. Sebentar lagi saya akan ada kerjaan lagi. Saya tadi kesini hanya ingin memastikan kamu sudah bangun atau tidak. Ternyata kamu sudah bangun, jika ada apa-apa kamu bisa menghubungi saya".

"Iya".

"Jika kamu tersesat, tanyakan kepada polisi setempat. Mereka akan mengantar kamu. Kamu tenang saja, London adalah kota yang aman. Besok mungkin saya akan menemani kamu ketempat yang menarik di London".

Maya kembali tersenyum, ia bahagia ketika Bara akan menemaninya jalan-jalan besok. Padahal tadi ia tidak meminta laki-laki itu menemaninya. Bara seakan tahu isi hati sebenarnya.

"Terima kasih kalau begitu" ucap Maya, lalu melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama.

***

Bara akhirnya mandi, ia membasahi setiap inchi tubuhnya. Butiran Air yang keluar dari shower jatuh dipermukaan wajahnya. Bara sengaja berlama-lama melaksanakan ritual mandinya. Kerjaan hari ini cukup melelahkan, setidaknya ketika selesai mandi, rasa lelah itu berkurang.

Setelah berlama-lama mandi. Bara mengambil handuk disisi lemari, dan melilitkan handuk itu disisi pinggangnya. Bara mengeringkan setiap bagian tubuhnya dengan handuk. Kini ia beralih ke lemari pakaiaanya, ia memilih kaos putih dan celana pendek. Bara mengambil handuk kecil, dan mengelap setiap bagian rambutnya agar cepat mengering.

Bara melangkahkan kakinya keluar, karena tadi dia pulang, Maya belum menampakkan batang hidungnya. Sedetik kemudian, ia mendapati apa yang ia cari. Maya telah berada di dapur, ia menyiapkan beberapa bahan makanan. Kenapa ia tidak tahu, bahwa Maya telah pulang. Bara melangkah mendekat, ditatapnya Maya. Wanita itu terlihat cantik, walau memakai celana pendek hitam, bertulisan I Love Bali di bagian depannya, serta singlet hitam yang dikenakannya.

"Kamu sudah pulang?" Tanya Bara.

"Iya, sekitar setengah jam yang lalu saya pulang" ucap Maya.

Maya mengeluarkan beberapa bahan makanan dari chiler. Bara kembali berpikir, mungkin saat ia mandi, wanita itu sudah pulang. Bara melihat jam melingkar di dinding, menunjukan pukul 17.23.

"Kamu sudah makan?" Tanya Maya.

"Belum" Bara meletakkan handuk kecilnya di pundak kirinya.

"Saya juga belum makan, sebaiknya kita makan disini saja".

"Iya, masakan kamu sangat enak. Bagaimana jalan-jalan tadi? Apakah menyenangkan?".

Maya tersenyum, ia mengeluarkan daging dari bungkusan sterofoam. "Ya, sangat mengesankan tempatnya sangat menarik. Tapi saya tidak bisa berbuat banyak karena saya pergi sendiri".

"Saya berjanji besok akan menemani kamu jalan-jalan. Kamu akan memasak apa".

Maya mengeluarkan daging dari sterofoam, dan diletakkanya diatas telanan. "Saya akan masak soup daging".

"Apakah saya bisa membantu?" Tanya Bara.

Maya menaikkan alisnya sebelah, ia masih tidak percaya apa yang Bara ucapkan. "Bisakah kamu memotong kentang?".

"Tentu saja bisa, selama kamu mengintruksikannya untuk saya bagaimana caranya memotong yang baik dan benar. Bagi saya selama ada tata cara pembuataan dan ada buku panduannya semua akan bisa dikerjakan dengan mudah".

Maya tertawa atas penuturan Bara, sepertinya Bara menyamakan itu dengan cara mengganti ban dengan dongkrak, memasang kipas angin rakitan yang harus membaca buku panduan terlebih dahulu.

"Oke, ambil kentang itu di lemari kabinet, sepertinya saya menaruhnya disitu" ucap Maya, menunjuk salah satu lemari kabinet.

Bara mengikuti perintah, ia mengambil kentang itu, dan lalu dilatakkanya di meja.

"Kita hanya perlu tiga saja saja, dan kamu ambil pisau buah itu, lalu buanglah kulitnya secara seperti ini" Maya lalu mempraktekkan langsung didepan Bara.

"Seperti ini" ucap Maya, ia membuang kulit kentang yang sudah sisa setengah.

Bara mengambil tiga kentang, dan mengikuti semua intruksi Maya. "Oke, itu sangat mudah dilakukan".

***

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang