BAB 30

1.3K 53 0
                                    


Maya menatap layar ponselnya, ia mencoba menghubungi Bara berkali-kali. Tapi panggilan itu sengaja di abaikan oleh sang pemilik ponsel. Maya mengerutkan dahi, tidak biasanya Bara seperti ini terhadapnya. Maya menghela nafas, ia lalu kembali meletakkan ponsel itu kembali di nakas.

Semenit kemudian, dentingan bell terdengar dari balik pintu. Maya menegakkan tubuhnya melangkah mendekati pintu utama. Ia berharap Bara lah disana, Maya merapikan rambut miliknya dengan jari-jari tangannya.

Maya membuka hendel pintu dan pintu itu terbuka. Maya terpana, bukanlah Bara yang berdiri disana, melainkan Wira, ia membawa sebuket bunga indah dan tersenyum menatapnya. Maya membalas senyuman itu.

"Wira".

"Hay sayang" ucap Wira, ia lalu memberikan buket bunga itu untuknya.

Maya mengambil buket bunga itu dari tangan Wira, "Saya tidak sedang ulang tahun".

Wira menaikan alisnya sebelah, "memangnya ulang tahun kamu saja, yang harus di kasih bunga?" Ucap Wira.

Maya tersenyum dan lalu memeluk tubuh bidang Wira. "Terima kasih". Maya melonggarkan pelukkanya dan mempersilahkan Wira masuk.

Wira melangkah masuk dan ditatapnya wajah cantik Maya. Wanita cantik itu masih mengenakan pakaian tidur, padahal ini sudah menunjukkan pukul 09.21 pagi.

"Kamu belum mandi?" Tanya Wira.

"Belum".

"Kenapa belum?".

Maya tertawa ia melirik Wira, "Libur, saya baru saja bangun, untuk apa mandi awal, sementara saya juga tidak akan kemana-mana".

"Ya setidaknya, jika saya datang kamu sudah cantik dan segar" Wira tersenyum dan mendekati Maya.

"Iya, nanti saja. Saya lagi malas mau mandi. Kamu sudah tampan begini, mau kemana?" Tanya Maya.

"Mau menemui kamu sayang, siapa lagi yang ingin saya temui disini".

"Oke, kita akan kemana?" Tanya Maya.

"Sebaiknya disini saja, saya sudah merindukan kamu" ucap Wira, ia memeluk tubuh ramping Maya. Wira mencurukkan wajahnya tengkuk Maya, mengecup leher jenjang itu.

"Saya merindukan kamu" ucap Wira.

Maya hanya diam, ketika Wira mengecup bagian tengkuknya. "Tapi saya belum mandi".

"Tidak apa-apa, saya suka harum tubuh kamu May, lagian kita juga akan menikah" ucap Wira. Wira kembali mengecup bagain leher itu.

Wira mengecup bibir tipis Maya, dengan segenap hati dan perasaanya. "Saya menginginkan kamu May. Tidak apa-apakan, lagian kita akan menikah. Saya akan bertanggung jawab atas kamu" ucap Wira di sela-sela kecupannya.

Maya lalu mengalungkan lengannya di leher Wira, Wira masih melakukan. Aksinya, Maya kembali berpikir dan ia menatap wajah tampan Wira. "Iya, tapi sekarang saya lagi datang bulan. Tidak bisa" dusta Maya.

"Benarkah?" Wira menatap Maya.

"Iya sayang, bisakah kamu bersabar?".

"Iya" ucap Wira, ia lalu mengecup bibir tipis itu.

"Mandilah" ucap Wira.

"Iya, kamu tunggu disini jangan kemana-mana".

Wira tersenyum, "iya sayang, saya tidak akan kemana-mana".

************

Maya melangkahkan kakinya menuju apartemen Bara. Bara seakan hilang dari pandangannya. Kali ini Maya tidak bisa menahan diri lagi untuk bertemu Bara. Maya hampir gila memikirkan Bara yang hilang sejak tiga hari yang lalu. Maya tahu laki-laki itu masih berada di Jakarta. Maya ingin tahu kenapa kekasihnya itu menghilang.

Maya menekan bell apartemen itu, Tidak menunggu waktu lama, pintu itu terbuka. Maya terpana, ia menemukan apa yang ia cari. Kini Bara berdiri tepat dihadapannya.

"bolehkah saya masuk?" Tanya Maya.

Bara hanya diam, ia memperlebar daun pintu itu untuk Maya. Padahal. Sudah beberapa hari ia mengabaikan wanita itu. Ia sudah berjanji kepada Wira untuk menjauhi Maya. Ini merupakan pilihan tersulit dalam hidupnya. Maya seperti memiliki magnet tersendiri dalam hidupnya. Tapi ia tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Maya dan Wira akan segera menikah, ia harus mencoba melawan rasa cinta itu untuk Wira, agar Wira bersama Maya. Wanita itu semakin nekat datang kisini menemuinya.

Bara menutup pintu itu kembali, ia melangkahkan kakinya menjauhi Maya. Ia tidak ingin terpengaruh ucapan Maya, wanita itu seperti racun untuknya. Maya sudah membuatnya semakin gila dengan hubungan sepihak itu. Ia harus melupakan Maya, bagaimanapun semua keluarganya menentang hubungan dengan wanita cantik itu.

"Untuk apa kamu kesini?" Ucap Bara.

"Kenapa kamu mengabaikan panggilan saya?" Tanya Maya.

"Bukankah itu sudah jelas, atas tindakan saya, tidak menghubungi kamu, bahwa saya mengakhiri hubungan ini".

Maya tersentak ia tidak menyangka Bara mengatakan itu kepadanya. "Kamu kenapa seperti ini Bar? Apa yang membuat kamu mengatakan seperti ini?".

"Dari awal saya tidak menyukai kamu. Kamu hanya wanita bodoh, terlalu percaya soal cinta".

"Sebaiknya kamu jangan pernah menemui saya lagi. Saya memutuskan untuk menikah dengan Regina. Saya karena saya mencintai Regina".

Maya terdiam, air matanya tiba-tiba jatuh dipermukaan wajahnya. Maya dengan cepat menyeka air mata itu.

"Keluarlah, jangan pernah menemui saya lagi. Kita tidak akan pernah bersama, dan tidak ada lagi bermain dibelakang keluarga saya. Karena tindakan kamu itu menghancurkan keluarga kecil saya" ucap Bara dengan suara meninggi.

"Kamu jahat Bara, oke jika itu mau kamu. Saya tidak akan menemui kamu lagi".

"Bagus kalau begitu, jangan pernah ada di hidup saya".

"Kamu sungguh jahat Bara".

"Kamu baru tahu bahwa saya jahat, saya bukan laki-laki baik yang ada dalam pikiranmu Maya, dan kamu jangan pernah bermimpi untuk bersama saya".

Maya mengusap air matanya, ia lalu melangkah menjauhi Bara, "saya datang kesini, diberikan kejutan tidak terduga seperti ini? Kamu jangan pernah menemui saya lagi".

"Saya tidak akan menemui kamu lagi, dan tidak akan pernah".

"Bagus kalau begitu, itu tujuan saya".

Maya menjauh dan membuka pintu itu, meninggalkan Bara yang masih tersulut emosi.

*******

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang