BAB 24

1.2K 60 1
                                    


"Papa".

Bara lalu beranjak dari duduknya. Bara mencoba tenang. Sementara Maya hanya diam, ia sama sekali tidak berani menatap kedua orang tua Bara. Maya sudah seperti wanita yang ketahuan selingkuh dari orang tuanya.

"Ya, kami baru saja makan malam. Saya tidak sengaja bertemu Maya di jalan tadi. Saya memberinya tumpangan dan lalu mengajaknya makan disini" ucap Bara mencoba menjelaskan.

Ayah melirik Maya, wanita itu masih berpakaian lengkap serta tas kerjanya. Ayah tersenyum menatap Maya, ia sama sekali tidak menaruh curiga kepada calon menantunya itu. Tapi terlihat jelas pada putra sulungnya Bara. Ia sudah mengenal putranya itu dari lahir, ia tahu pria itu berbohong kepadanya, karena ketika ia berkata tidak melihat matanya.

"Papa dan mama kenapa ada disini" tanya Bara.

"Ada acara nostalgia teman SMA papa, temu kangen, biasalah orang tua" timpal Ayah.

"Wira dimana May, tidak menjemput kamu pulang?" Tanya mama.

"Wira kerja ma, tidak bisa menjemput Maya. Tadi Maya ingin pulang ke kost, tapi tidak sengaja bertemu Bara, Bara mengajak saya makan dulu sebelum pulang ke kost" Maya kembali menjelaskan hal yang sama.

Mama menatap Maya dengan intens untuk memastikan apakah wanita ini berbohong apa tidak. Masalahnya tadi ia melihat secara jelas Bara dan Maya lebih mirip sepasang kekasih, dan mereka terlihat akrab. Padahal jika dirumah, mereka tidak pernah saling menyapa satu sama lain. Sedikit aneh memang, ia mesti mencari tahu kebenarannya nanti.

Mama duduk disamping Maya, ia meraih jemari lentik calon menantunya ini, di usapnya punggung tangan itu. "Kamu dan Wira sudah bertunangan, jangan keluar berduaan kepada laki-laki yang tidak memiliki hubungan apa-apa, walaupun Bara saudaranya Wira. Kamu tahukan setatusnya Bara, bagaimanapun juga Bara laki-laki normal berjalan dengan wanita secantik kamu. Mama hanya mengambil buruknya saja" ucap Mama.

Jantung Maya maraton mendengar penuturan itu. Ia sudah seperti tertangkap basah, ia tidak tahu akan menjawab apa. Maya menatap iris mata wanita separuh baya itu. Maya tahu wanita itu menasehatinya, agar menjaga jarak kepada Bara.

"Iya ma".

"Bagaimanapun juga, kamu dan Wira hampir menikah. Wira mencintai kamu, jangan hancurkan kepercayaan dirinya".

"Iya, ma. Maya minta maaf" ucap Maya.

Mama menarik nafas, ia tersenyum. "Setelah makan, sebaiknya kamu pulang".

"Iya ma" ucap Maya lagi, Jujur ia tidak tahu akan berbuat apa.

Sementara Bara hanya mendengar percakapan Maya dan Mama. Terlihat jelas mama tidak menyukai dirinya bersama Maya. Orang tua mana yang suka melihat ketika calon istri anaknya berjalan berdua dengan laki-laki lain tanpa memliki hubungan apapun. Bara merutuki perbutannya, ia salah memilih tempat makan, seharusnya ia mengajak Maya ketempat yang lebih privacy. Bukan makan malam romantis di tempat yang terbuka untuk umum ini.

"Sebaiknya Maya pulang dulu Ma, Maya sudah selesai makan".

"Iya, pulanglah pakai taxi. Bara tidak perlu mengantar kamu" ucap Ayah.

"Iya ma" Maya melirik Bara, laki-laki itu hanya diam.

Maya mengambil tasnya dan berpamitan pulang kepada kedua orang tua Bara. Maya lalu melangkah menjauh dari ketiga orang itu.

********

Akhirnya Maya memutuskan pulang dengan taxi yang melintas di depan hotel. Maya menyebutkan alamat kostnya, kepada sang supir. Mobil melaju meninggalkan area gedung hotel. Maya melirik kearah jendela, Maya hanya diam memikirkan hubungannya dengan Bara.

Maya tahu, ia terlalu nekat dengan hubungan itu. Cintalah yang merubahnya seperti ini. Maya juga tahu dampak buruk yang akan ditimbulkan nanti. Semua akan hancur berantakkan. Bagaimana ia bisa melupakan Bara, ia sangat mencintai Bara. Oh Tidak, apa yang harus ia lakukan.

Orang tua Bara, terlihat tidak suka kepadanya, padahal mereka hanya duduk dan makan bersama tanpa kontak fisik apapun disana. Andai beliau tahu apa yang sudah dilakukan ia dan Bara lebih dari apa yang dilihatnya, sudah ia pastikan akan murka.

Bara sudah pernah menjelaskan hal seperti ini kepadanya dan memperingatinya berkali-kali, tapi dirinyalah yang nekat menerobos masuk kedalam hati Bara. Apa yang harus ia lakukan, setelah ini.

"Maaf non, sudah sampai" ucap sang supir.

Maya baru menyadari bahwa kini ia sudah sampai di depan gedung kost. Maya tersenyum dan memberi uang sesuai argo.

"Terima kasih pak".

"Iya non, sama-sama".

Maya melangkah masuk menaiki tangga. Semenit kemudian ia telah tiba ruangan kostnya. Maya menyimpan tas di nakas dan lalu membuka jas yang dikenakannya. Maya duduk di sisi ranjang. Suara ponsel terdengar, Maya mengambil ponsel itu, Maya menatap layar ponsel itu "Bara Calling".

Maya menggeser tombol hijau itu, dan diletakkan ponsel itu di telinga kirinya.

"Kamu ada dimana? Apakah sudah sampai?" Maya tahu siapa pemilik suara sexy itu.

"Saya ada di kost. Iya saya sudah sampai" ucap Maya.

"Bukalah, saya ada di depan pintu kost kamu".

Maya mengerutkan dahi, ia menatap layar ponsel itu dan lalu berjalan menuju pintu utama. Maya lalu membuka hendel pintu. Maya tidak percaya bahwa Bara disini menemuinya, ia pikir Bara tidak akan menemuinya lagi, karena laki-laki itu menentang hubungan ini dari awal. Ternyata laki-laki itu masih menemuinya.

"Bara".

Bara menatap wajah cantik kekasihnya ini, wajah itu terlihat lelah, langkahnya mendekat dan lalu memeluk tubuh ramping itu. Maya membalas pukulkan Bara, menghirup aroma mint dari tubuh Bara.

Bara melonggarkan pelukkanya, dikecupnya puncak kepala Maya, "Apakah kamu tidak apa-apa?" Tanya Bara.

Maya tersenyum dan mengangguk, "iya saya tidak apa-apa sungguh".

"Saya mengkhawatirkan kamu".

Maya tersenyum, "saya senang kamu mengkhawatirkan saya seperti ini".

*********

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang