BAB 11

1.3K 66 1
                                    

Maya duduk disisi ranjang, Maya menatap ruangan didominasi warna putih. Hanya terdapat lemari, tempat tidur dan sofa. Maya lalu meletakkan koper miliknya di depan lemari. Tatapan Maya beralih ke jam yang melingkar didinding kamar, jam itu menunjukkan pukul 09.21. Maya lalu mengatur jam yang melingkar ditanganya agar sama dengan didinding kamar. Maya merebahkan tubuhnya disisi ranjang, mencoba memejamkan mata sejenak.

Beberapa jam kemudian, Maya membuka matanya. Maya lalu menegakkan tubuhnya. Maya menatap jam didinding di kamar menunjukkan pukul 12.01, sudah tiga jam ia tertidur. Jujur saat ini Maya lapar, karena sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju London ia hanya memakan roti saja. Maya memperhatikan penampilannya, pakaian yang ia kenakan masih sama seperti pertama kali menginjakkan kakinya di London. Maya membuka koper miliknya, mencoba mencari celana pendek miliknya. Maya mengganti celana jins itu dengan celana pendek.

Maya diam sesaat, ia lalu membuka pintu kamarnya. Maya melangkahkan kakinya menuju ruang utama. Maya menghentikan langkahnya, jantung Maya berdegup kencang. Kini ia mendapati Bara sedang duduk disofa. Laki-laki itu menatapnya, dan ia tersenyum. Laki-laki itu mendekatinya, jantung Maya semakin berdegup kencang ketika Bara kini sudah berada dihadapannya.

"Kamu sudah makan?" Tanya Bara.

"Belum".

"Sebaiknya kita makan di luar saja. Saya tidak pernah memasak" Bara menatap penampilan Maya, ia terlihat nyaman dengan celana pop yang dikenakannya.

"Makan diluar? Sebaiknya makan disini saja. Saya bisa memasak, saya rasa dapur kamu cukup lengkap" tatapan Maya beralih ke kitchen set.

Bara menaikkan alis sebelah, "tidak ada bahan makanan disana, hanya beberapa alkohol dan sofdrink".

"Kita berbelanja saja di supermarket" usul Maya.

"Ya, sebaiknya kita berbelanja".

"Oke, saya ganti pakaian dulu".

***

Bara menatap Maya, telah keluar dari kamarnya, wanita itu masih cantik. Ia mengenakan dress biru dengan motif floral yang cantik, dan dipadukan dengan sweater rajut yang dikenakannya. Bara mengambil Kunci mobilnya di nakas. Bara tersenyum menatap Maya. Bara melangkahkan kakinya menuju pintu utama, diikuti Maya dibelakangnya.

Bara membuka pintu mobil untuk maya. Maya menatapnya dan menyuruh Maya masuk ke dalam mobilnya. Maya lalu duduk dan Bara menutup itu kembali. Semenit kemudian mobil telah meninggalkan area gedung apartemen Bara.

Sepanjang perjalanan hanya diam, Maya memilih menatap indahnya kota London. "Kamu tidak bekerja?" Tanya Maya.

"Saya cuti beberapa hari, karena beberapa hari ini saya mengurusi apartemen saya yang akan dijual".

"Apartemen yang mana?" Tanya Maya.

"Marlin Apartemen Empire Square, sudah lama tidak saya tempati. Sekarang saya akan menjualnya, sekalian ingin membeli apartemen di Jakarta" ucap Bara menjelaskan kepada Maya.

"Bukankah itu investasi? Kenapa dijual?" Tanya Maya.

"Saya akan memutar uang itu kembali, untuk membeli beberapa apartemen di Jakarta. Apartemen disini harga jualnya tinggi, bisa membeli beberapa apartemen di Jakarta. Saya pikir investasi property sangat menguntungkan" ucap Bara.

Maya melirik Bara, Bara masih fokus dengan setirnya. "Kamu ingin pindah, ke Jakarta" tanya Maya.

"Entahlah, saya masih bingung".

"Bingung kenapa?".

"Saya masih suka di London dari pada Jakarta" ucap Bara.

Tanpa terasa kini sudah berhenti disalah satu gedung supermarket. Bara menatap Maya, wanita itu masih diam.

"Tinggal di London saja kalau begitu".

Bara tersenyum, "saya akan mempertimbangkanya".

***

Maya menyusun bahan-bahan makanan di Chiler, seperti daging sapi beku, ayam filet, sayur, buah dan beberapa bahan makanan. Maya menatap Bara, ia membawa beberapa botol minuman dan susu segar, diletakkanya di meja kabinet.

"Kamu akan memasak apa hari ini" tanya Bara.

Maya menatap Bara, "Kamu mau makan apa?".

"Terserah, saya tidak pernah memilih makanan".

"Saya akan memasak yang sederhana saja, yang peraktis daging pedas manis".

"Oke, selamat masak kalau begitu. Wira sangat beruntung mendapati calon istri cantik dan pintar memasak seperti kamu" ucap Bara, ia menatap iris mata Maya.

Maya hanya diam ketika Bara mengatakan seperti itu kepadanya. Jantungnya seakan bergemuruh. Oh Tidak, setiap berhadapan dengan Bara, jantungnya seakan ingin keluar. Maya berusaha mati-matian menenangkan hatinya jika berhadapan dengan Bara.

Maya menatap punggung Bara dari belakang. Bara meninggalkan begitu saja setelah ia mengatakan itu. Maya menarik nafas, ia mengambil daging yang terbungkus sterofoam itu.

Maya mengambil talenan dan pisau yang tersusun rapi diatas meja kabinet. Maya lalu memotong daging sapi itu dengan bentuk dadu. Setelah itu maya menyiapkan paprika, bawang bombay dan saus. Cukup mudah memasak daging seperti ini.

Setengah jam kemudian, Maya telah menyiapkan semua masakan itu di atas meja. Tidak lupa maya menyiapkan irisan buah apel dan buah pir di piring. Entahlah hatinya bahagia menyiapkan makananan untuk Bara.

Maya menyusun nasi, daging pedas manis, capcay daging dan irisan buah. Maya tersenyum menatap makanan yang telah tersusun rapi itu. Maya lalu melangkahkan kakinya ke ruang utama, menatap Bara sedang menonton televisi, ia sedang menonton siaran bola. Bara menyadari keberadaanya, dan ia saling menatap.

"Makanannya telah selesai, sebaiknya kita makan dulu" ucap Maya.

Bara tersenyum dan beranjak dari sofa. Bara melangkahkan kakinya menuju meja makan, disusul oleh Maya dibelakangnya. Bara lalu duduk, dilihatnya makanan itu tersusun rapi diatas meja. Sudah lama sekali, ia tidak makan masakan rumahan seperti ini. Bara tersentuh, sungguh hatinya tersentuh hanya melihat hidangan makanan itu. Bara hanya diam, ketika Maya menyiapkan nasi untuknya. Maya dan Bara makan dalam diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Terima kasih" ucap Bara.

"Sama-sama".

***

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang