BAB 7

1.4K 72 0
                                    

Wanita bernama Maya itu masih terngiang-ngiang dipikirannya. Nama itu masih segar diingatannya. Wanita cantik sesuai dengan porsinya. Jika dibandingkan dengan Regina, jelas Regina jauh lebih segalanya, dari pada seorang karyawan biasa seperti Maya. Regina cantik, seorang model, runner up putri Indonesia, dan sekarang sudah berkarir menjadi host infotainment.

Regina, wanita pilihannya untuk menjadi ibu dari Rara. Regina cukup dewasa menerima Rara di hudupnya. Bara duduk kembali berkutik dengan aktivitasnya, ia meneliti satu persatu set plain gedung hotel bintang lima hasil rancangannya.

Bara tersadar, suara handphone berbunyi dibalik saku celananya. Bara merogoh handphone dibalik saku miliknya. Bara mengerutkan dahi, ia merasa tidak pernah memiliki handphone ber softcase pink ini. Ia teringat kembali, bahwa handphone itu milik Maya.

Bara menatap layar handphone "My love" calling. Bara membiarkan handphone itu di meja. Ia tahu jika mengangkat panggilan itu, akan berdampak buruk dari hubungan Maya dan kekasihnya. Hingga akhirnya suara handphone itu tidak terdengar lagi.

Tidak berselang berapa lama, panggilan itu terdengar kembali, kali ini dengan nomor yang berbeda. Bara tahu ini adalah nomor kantor. Bara lalu menekan tombol hijau.

"Iya, halo" ucap Bara.

"Kamu ada dimana".

Bara tersenyum, ia tahu suara siapa dibalik speaker itu. Wanita itu tidak pandai berbasa basi terhadap dirinya.

"Saya ada dikantor".

"Tolong antarkan handphone saya".

"Oke, setelah saya menjemput Rara, saya akan mampir mengembalikan handphone kamu".

"Saya tunggu di kantor, terima kasih kalau begitu".

"Iya".

Bara mengakhiri percakapannya. Bara membiarkan handphone itu di hadapannya. Baru saja ia memikirkan Maya, kini perempuan itu menghubunginya. Bara ingin tertawa, cukup lucu memang, apakah ini cuma kebetulan, agar hubunganya tersambung kembali dengan wanita bernama Maya.

*****

Bara menatap studio pemotretan Regina. Regina sangat cantik dengan baju casual berbahan denim, Regina tersenyum mengetahui kehadirannya. Bara duduk di kursi tunggu, menatap jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Hay sayang" ucap Regina, lalu mengecup pipi Bara.

"Kamu sudah selesai?" Tanya Bara, melingkarkan tanganya disisi pinggang Regina.

"Sudah kok, ini sudah mau ganti baju".

"Syukurlah kalau begitu, oiya besok kamu bisa pergi kepernikahan Daniel".

"Tentu saja, saya sudah mempersiapkan gaun jauh-jauh hari, kamu sudah makan?".

"Belum".

"Ya sudah saya ganti baju dulu ya, habis itu kita makan bersama, saya ingin makan nasi padang" bisik Regina.

Bara tertawa, atas penuturan kekasihnya. Bara tahu profesi kekasihnya sebagai model yang harus menjaga pola makannya, tapi tidak untuk Regina, kekasihnya ini selalu makan apa yang ia mau. Dan selalu nasi padang menjadi favorites nya.

"Oke".

Regina ikut tertawa, ia kembali mencium pipi kekasihnya, setelah itu meninggalkan Bara, segera mengganti pakaiannya.

****

Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada orang yang jatuh cinta. Salah satunya ialah orang tersebut. Ia sudah jatuh hati kepada Maya. Maya begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Wira tersenyum lalu memeluk tubuh ramping kekasihnya. Ya ia sangat menyukai harum vanila dari tubuh Maya.

"Kamu cantik sekali".

Maya tertawa, melepaskan pelukkan Wirs, "terima kasih, apa kamu tidak bosan mengatakan saya cantik?".

"Tidak, saya tidak pernah bosan, saya mengatakan sejujurnya. Saya merasa bangga memiliki kamu".

"Jangan terlalu berlebihan, bahkan saya terlihat biasa saja".

Wira lalu mencondongkan tubuhnya, otomatis Maya, menyempit di sisi pintu mobil.

"Apa yang akan kamu lakukan hemm?" Tanya Maya.

"Saya ingin mencium kamu".

Maya tertawa atas penuturan kekasihnya, Maya kembali menatap Wira, "kamu mau mencoba merusak make up saya? Saya sudah menghabiskan waktu satu jam untuk berdandan dan mengeblow rambut saya? Apa kamu tidak kasihan terhadap saya?".

Wira mulai berpikir, ia tersenyum mengurungkan niatnya untuk mencium kekasihnya. Kini ia beralih mencium kening Maya. Di kecupnya dengan segenap hati dan perasaanya.

"Oke, saya akan menahanya hingga acara ini selesai" Wira mundur, dan lalu dibukanya pintu untuk Maya, agar masuk kedalam mobil.

"Dasar".

"Dasar apa?".

"Dasar mesum" sungut Maya.

Raut wajah Wira kembali serius, menatapnya begitu intens, "Semua laki-laki di dunia ini memang ditakdirkan seperti itu sayang, dengar kamu juga dilahirkan di dunia ini karena perbuatan laki-laki mesum seperti saya".

Maya lalu mencubit perut Wira, "Kamu mengerikan".

Wira tertawa terbahak-bahak menatap Maya, ia suka sekali menggoda kekasihnya ini, "Haduh, sakit sayang. Kamu baru ditinggal sehari sudah mulai memakai kekerasan ya?".

"Apaan sih".

Wira meraih tangan lembut Maya, menyelipkannya di pinggangnya.

"Saya ingin mengenalkanmu ke keluarga besar saya".

Maya mengerutkan dahi, "keluarga besar kamu?".

"Ya, sayang, Saya akan mengenalkan kamu ke orang tua saya, kakak saya, adik saya, dan semua keluarga saya".

Maya tersenyum, "serius?".

"Tentu saja".

"Kapan?" Tanya Maya lagi.

"Sekarang".

"Kanapa kamu tidak cerita".

Wira menarik pinggang Maya semakin mendekat, "Saya sebenarnya sudah lama merencanakannya, tapi hari ini saya akan mengenalkan kamu".

"Terima kasih" Maya kembali tersenyum, ia mengecup pipi kekasihnya.

"Kamu tidak apa-apa kan, punya kekasih seperti saya".

Maya tertawa, "saya bangga punya kekasih seperti kamu, kamu pemilik kedai coffe, producer Tv, dan saya yakin jika hidup dengan kamu hidup saya terjamin dengan baik. Dan Saya akan menjadi nyonya pemilik kedai coffe, yang terkenal itu. Tidak ada alasan untuk tidak menyukai kamu".

Wira tertawa, ia mengelus pipi lembut Maya, "kamu ada-ada saja. Saya hanya takut kamu berpaling dari saya".

"Kanapa kamu berkata seperti itu".

"Karena saya takut kehilangan kamu sayang".

Maya lalu memeluk tubuh Wira dengan segenap hatinya. "Kamu percaya saya?".

"Ya. Saya percaya kamu. Jangan pernah tinggalkan saya dalam keadaan apapun".

"Iya".

*****

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang