BAB 40

3.1K 81 3
                                    

Maya berjalan mendekati Bara yang kini duduk di salah satu caffe vintage. Laki-laki itu sedang menyesap coffe hitam. Maya tersenyum ketika sepasang mata itu menyadari kehadirannya. Maya menggeser kursi kosong dan ia lalu duduk dihadapan Bara.

Bara meletakkan cangkir coffe itu dan ia menatap wajah cantik kekasihnya Maya. Bara meraih jemari Maya, ia menggenggam jemari itu.

"Apakah Regina sudah tahu hubungan kita" tanya Maya.

"Iya sudah. Banyak laki-laki di luar sana mengantri untuk menjadi kekasihnya. Regina juga tidak bisa melepaskan karir keartisannya begitu saja. Itulah alasan Regina melepaskan saya begitu saja tidak ada beban lagi untuk dirinya".

"Baguslah kalau begitu" ucap Maya.

"Bagaimana kandungan kamu?" Tanya Bara.

"Baik-baik saja" ucap Maya

"Bagaimana dengan Wira? Apakah dia sudah menerima keputusan ini?" Tanya Maya.

Bara menarik nafas, Wira memang masih belum terima keputusan yang terlalu mendadak seperti ini, Wira pergi jauh entah kemana, ia masih menenangkan hatinya. Bara juga berdosa kepada Wira, yang telah merebut kekasihnya. Bara juga tidak bisa berbuat banyak selain membiarkan Wira begitu saja.

"Wira sedang liburan ke Eropa".

Maya hanya diam dan tidak menanggapi. Ia tahu jika membicarakan Wira tidak ada habisnya. Jika merasa bersalah dirinya juga bersalah atas tindakkan itu. Masalahnya ia adalah sumber masalah menghancurkan hubungan itu.

"Dimana Rara? Kamu tidak membawanya?" Maya mengalihkan pernyataannya.

"Rara ada kelas Ballet, Apakah kamu sudah mengajukan resign?" Tanya Bara.

"Sudah, bulan depan saya resmi resign".

Bara mengerutkan dahi, "kenapa lama sekali, kamu mengajukannya minggu depan kan, kita akan menikah May".

"Maaf, pengajuan resign saya memang minggu depan. Tapi pihak HR dan manager saya meminta undur 1 bulan lagi. Untuk mencari pengganti saya dan sekaligus serah terima kerjaan saya. Saya harus mengajari anak baru itu sayang. Manager saya meminta pengertian terhadap saya".

"Apa fungsinya trainer May, kenapa kamu yang mesti mengajari mereka. Kamu kerja di Bank central loh. Bukan bank sembarangan".

"Sebaiknya kamu sepertinya bilang langsung kepada pak Handoko teman kamu itu".

"Iya, saya harus melaporkan hal ini kepada Handoko agar bisa di percepat. Saya hanya ingin kamu dirumah, dan merawat Rara saja".

"Iya Bara, Apakah Ina masih menjaga Rara?".

Bara mengetikkan bahu, "Ina sudah pulang ke Paris".

Maya mengerutkan dahi, "pulang ke Paris?" Maya tidak percaya bahwa baby sitter Rara, tinggal di Paris. Bahkan wanita itu lebih berkelas dari dirinya.

"Iya, Ina tinggal di Paris. Kemarin dia hanya mengurus Visanya saja yang hilang. Dari pada dia telantar di Jakarta tidak ada tujuan. Ina memutuskan bekerja, sambil menunggu Visanya jadi".

"Begitu ternyata, pantas saja Ina terlihat terpelajar dan sangat cantik. Ina bukan seperti baby sitter kebanyakan yang saya lihat".

"Iya Ina memang pintar, ada untungnya juga dia bekerja dengan saya dan merawat Rara. Rara bahkan sudah pintar mengucapkan bilangan bahasa Prancis dengan baik. Ina yang mengajarkannya" ucap Bara.

Bara melirik jam melingkar ditangannya. Menunjukkan pukul 11.30. Bara menegakkan punggungnya,

"Sebaiknya kita ke FDC menjemput Rara. Rara pasti bahagia kita bertiga bersama".

"Iya, saya merindukan kebersamaan kita. Bagaimana kita ke kebun binatang" usul Maya.

"Tapi tidak untuk hari ini. Saya harus mengurus kerjaan saya sayang. Lebih baik kamu bersama Rara, dirumah. Misalnya masak untuk saya".

Maya tersenyum dan mengangguk, "yasudah, sebaiknya kita menjemput Rara dan lalu kita ke supermarket berbelanja".

Bara tersenyum, ia menggenggam jemari Maya, "saya menyangi kamu" ucapnya dan mengecup puncak kepala Maya.

********

Beberapa saat kemudian, Maya dan Bara telah tiba di kelas ballet Rara. Rara sangat lucu, ie menari bersama teman-temannya. Pakaian ballet itu sangat pas di tubuhnya.

"Papi !" Teriak Rara.

Rar berlari kearah Bara, dan lalu memeluk Bara. Bara tersenyum dan melirik Maya. Bara menggendong tubuh kecil putrinya, lalu diberinya kecupan di pipinya.

"Papi sama tente Maya" ucap Rara.

"Iya sayang".

"Kita mau jalan-lagi ya pi, sama tante Maya".

Bara mengangguk, "iya, kita jalan-jalan sama tante Maya".

"Holee jalan-jalan lagi sama tante Maya" Rara kegirangan di pelukkan Bara.

Bara kembali memandang putri kecilnya, "Rara, jangan panggil tante Maya lagi" ucap Bara.

"Sekarang panggil tente Maya, Mami".

"Jadi, papi mau menikah sama tante Maya".

"Iya sayang".

"Hole, sekalang Lala punya Mami. Papi Lala mau gendong sama mami" ucap Rara antusias.

Maya tersenyum, "sini mami gendong" ucap Maya lalu mendekat.

Bara menaikkan alis sebelah, ia menarik nafas, "Jangan sayang, di tubuh mami ada babynya. Mami tidak boleh mengangkat yang berat-berat. Cukup papi saja yang gendong kamu".

"Lala punya adik lagi pi?".

"Iya" Bara tersenyum.

"Hole, lala punya adik. Cewek atau cowok pi".

"Belum tahu sayang, ya sudah sekarang kita pulang, pamit dulu sama ibu guru nya" ucap Bara.

Bara melangkah mendekati loker Rara. Mengambil tas dan perlengkapan Rara.

"Hidup saya bahagia, adanya kamu dan Rara" ucap Bara, membawa tas Rara.

"Saya juga bahagia bersama kamu Bar".

Bara dan Maya memandang Rara yang berlari kearahnya.

"Papi, Mami, dan Lala" Rara tertawa bahagia menunjuk dirinya.

"Papi Lala mau es klim" pinta Rara.

"Iya nanti kita beli" ucap Bara diselingi tawa.

"Mau dua ya pi, mau lasa coklat dan stobeli".

"Semuanya boleh, coba tanya mami, bisa atau tidak buat es krim" Bara melirik Maya, ia berjalan menuju parkiran.

"Mami bisa buat es klim?".

"Iya, bisa, nanti kita buat dirumah sayang".

"Holee" Rara tertawa bahagia.

End

******

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang