BAB 9

1.3K 73 0
                                    

2 bulan kemudian

Semenjak pertemuan itu, Maya tidak pernah lagi bertemu Bara. Bara seolah hilang begitu saja di hidupnya. Seharusnya ia tidak memikirkan laki-laki itu. Walau mengenal laki-laki itu relatif singkat. Entahlah ada perasaan yang mengganjal di hatinya.

Rara, ia teringat Rara. Kala itu, menganggapnya mami. Rara anak yang manis dan pintar. Ia ingin sekali bertemu Rara sekali saja, agar bisa memeluknya. Pertemuan singkat itu begitu dalam, seolah ada sebuah ikatan yang mendalam dihatinya.

Hubungannya dan Wira berjalan cukup lancar, Wira semakin gencar membuka usaha kedai kopi hingga ke Semarang. Usaha yang di jalaninya terbilang cukup sukses dan karyawannya semakin banyak. Maya selalu mendukung kekasihnya. Ia sangat beruntung memiliki kekasih seperti Bara.

Maya berjalan keruang HR, ia menatap kevin sedang duduk menatap berkas yang dipegangnya. Kevin menyadari kehadirannya, dan laki-laki itu tersenyum menatapnya.

"Maya, silahkan duduk" ucap Kevin.

Maya tersenyum, "saya mau menanyakan sisa cuti saya, apakah saya bisa mengambil cuti?".

Kevin mengangguk, dan kembali menatap layar aplikasi di hadapannya, "masih utuh cuti kamu, kamu mau ngambil cuti?" Tanya Kevin.

"Sepertinya begitu, bisa saya ngambil form cuti?".

"Tentu saja, sebentar saya akan mengeprintnya".

Maya melirik jam yang melingkar di tangannya. Ia menyandarkan punggungnya di kursi sambil menunggu Kevin menunggu form cuti yang akan dikeluarkannya.

"Mau ngambil cuti kemana? Pulang kampung?".

"Entahlah, saya tidak tahu mau kemana. Ingin istirahat saja, mungkin".

Kevin mengangguk dan form keluar dari mesin printer. "Kenapa tidak ke luar negri saja". ucap Kevin memberi saran.

"Luar negri?".

Kevin tertawa, "ya, keluar negri saja, sedikit memanjakan mata. Refreshing, kamu sudah bekerja keras selama ini".

"Uang saya tidak cukup jika keluar negri".

"Asuransi liburan kamu, bisa kamu cairin. Kalau kamu mau".

"Hemm, ya tapi kemana?".

"New York, London, Melbourne, terserah kamu".

Maya tertawa, ia menatap secarik kertas dihadapannya, dan ia mulai menandatanganinya. "Oke, ide kamu boleh juga".

"Terima kasih, nanti saya akan mengajukan ke HR manager. Jika sudah di Acc saya akan memberitahu kamu".

"Oke".

Maya melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Kevin.

****

Maya masih menimbang-nimbang rencana cuti tahunannya. Maya kembali mencurukan wajahnya di bantal. Kembali menatap langit-langit plafon. Maya menscrol akun google di layar ponsel miliknya. Mencari salah satu negara eropa. Negara yang cukup aman untuk berlibur seorang diri.

Ia seharusnya memang menenangkan hatinya. Liburan adalah pilihan yang tepat. Pintu kostnya tiba-tiba terbuka, Maya tahu itu pasti Wira kekasihnya. Hanya kekasihnya yang biasa sering berkunjung ke kostnya. Maya tersenyum menatap Wira, dan lalu menghampiri Wira. Wira membawa paper bag berlabel makanan cepat saji.

"Kamu baru pulang?" Tanya Maya, lalu mengambil paper bag yang dibawa Wira. Meletakkanya di meja.

Wira mengecup puncak kepala Maya, "Iya, kamu pasti belum makan".

"Saya tahu, kamu pasti datang. Makanya saya tidak makan diluar tadi" ucap Maya, lalu mengeluarkan isi ayam goreng krispi dan simpannya kedalam piring.

Wira lalu duduk disofa, lalu menarik tubuh langsing kekasihnya. Maya pasrah sudah berada dipelukkan kekasihnya. Maya melingkarkan tangannya leher Wira.

"Mari kita bertunangan" ucap Wira, raut wajahnya, semakin serius.

Maya mengerutkan dahi, "wow, apa saya tidak salah dengar?".

Wira mengelus tubuh Maya, di tatapnya kembali wajah Maya "kamu tidak ingin bertunangan dengan saya?".

Maya ikut tertawa, ia menguruskan wajahnya di dada bidang Wira. "Justru sebaliknya, saya wanita paling bahagia di dunia ini".

Wira mempererat pelukannya, ia mencium puncak kepala Maya. "Saya ingin secepatnya".

Maya merenggangkan pelukkanya, "kapan kamu ingin melamar saya, secara resmi? Agar saya bisa memberitahu kedua orang tua saya".

Wira tersenyum, ia melepaskan kancing kemeja satu persatu. Dan diletakkanya begitu saja di sisi sofa. "Besok saya akan merundingkan kepada keluarga saya, dan setelah itu menentukan hari untuk melamar kamu".

"Oke" Maya tersenyum.

Wira mengangkat tubuh Maya di sisi pinggangnya. Posisi seperti inilah yang selalu menjadi fovoritnya, ia bisa mencium Maya. Maya tersenyum, sepertinya ia tahu, apa yang akan ia lakukan. Maya mengalungkan lenganya di leher Wira.

"Jika seperti ini, Saya sudah tidak sabar ingin menikahi kamu" bisik Wira tepat didepan daun telinga Maya.

Maya mendengar nada sensual Wira, seakan ingin mengecup daun telinganya. Membuat bulu kuduk Maya berdiri. Bara mengecup leher Maya secara perlahan. Maya memberi akses agar Wira agar mengecupnya lebih dalam.

"Saya ingin liburan" ucap Maya, di sela-sela Wira mengecap bagian lehernya.

"Hemmm, liburan kemana?" Gumam Wira, masih sibuk dengan aksinya.

"Ke London" ucap Maya.

Wira menghentikan aksinya, ia menatap Maya. Wira mengerutkan dahi, "dengan siapa?".

"Sendiri, minggu depan saya mengambil cuti saya selama 12 hari. Saya putuskan untuk liburan sebentar hanya seminggu, setelah itu sisa cuti saya kita mengurus pertunangan kita".

"Kamu berani sendiri, London itu jauh loh sayang" Wira, kembali menyusupkan tangannya kedalam baju Maya secara perlahan.

Maya menahan rangsangannya, agar tidak menimbulkan suara desahan. Wira tahu sekali area sensitif dirinya. "Ada GPS, saya hanya istrahat sejenak atas rutinitas selama setahun saya bekerja, palingan saya menghabiskan waktu di kamar hotel" Maya meyakinkan Wira.

"Begitu, oke, saja ijinin. saya sangat merindukan kamu".

Maya tersenyum, dan mengangguk lalu mencium bibir Wira kekasihnya.

*****

LOVE SINGLE DADDY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang